1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialIndonesia

DW Goes to Campus: Perangi Disinformasi bareng Mahasiswa UGM

11 November 2024

DW Indonesia berkolaborasi dengan UGM menyelenggarakan DW Goes to Campus bertema “Together Against Disinformation”. Kegiatan mengenai media literasi ini diikuti oleh mahasiswa lintas jenjang mulai dari S1 hingga S3.

Swafoto usai acara DW Goes to Campus di Universitas Gadjah Mada
Kepala Redaksi DW Indonesia, Vidi Legowo Zipperer berharap roadshow DWGC bisa terus berlanjutFoto: DW

Menurut data yang dilansir DataReportal pada awal tahun 2024, lebih dari 185 juta penduduk Indonesia merupakan pengguna internet aktif dan 75 persen di antaranya adalah pengguna media sosial. Angka ini didominasi oleh kaum muda dengan rentang usia 18-34 tahun. Penggunaan internet dan media sosial perlu dibarengi dengan kemampuan untuk dapat memeriksa sumber dan fakta dari banyaknya informasi yang diterima.

Berangkat dari hal tersebut, DW Goes to Campus (DWGC) tahun 2024 mengusung tajuk “Bersama Lawan Disinformasi”. Kegiatan ini berupaya untuk meningkatkan literasi media bagi generasi muda Indonesia sebagai pengguna aktif internet dan media sosial.

Berkolaborasi dengan 10 dosen komunikasi dari sejumlah kampus di Yogyakarta, DW Indonesia meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang pentingnya memiliki pemahaman literasi media dengan mengadakan pelatihan Media and Information Literacy (MIL).

"Topik media literasi jadi sesuatu yang sangat penting. Kita semua tahu bagaimana penyebaran hoaks sangat masif. Karena saya sendiri punya anak berusia remaja agar mereka tidak serta-merta langsung membagikan informasi tanpa mengetahui kebenarannya,” kata Vidi Legowo-Zipperer, Kepala Redaksi DW Indonesia, dalam sambutan yang disampaikan di hadapan puluhan mahasiswa peserta MIL di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis (07/11).

Ketua Prodi Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM, Nyarwi Ahmad, juga menyebutkan, sebagai generasi yang terliterasi penting memiliki kesadaran akan bagaimana menumbuhkan rasa skeptis terhadap informasi yang beredar di media massa. "Berangkat dari rasa skeptis, akan muncul keingintahuan besar untuk melakukan double check, apakah informasi yang kita dapatkan itu benar. Dan mencegah impulsifitas untuk menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya,” jelas Nyarwi.

Kolaborasi praktisi dan akademisi

Untuk menghadirkan joint-perspective antara praktisi dan akademisi pada MIL training yang menjadi puncak acara dalam gelaran DWGC ketiga ini, tak hanya dari UGM, DW Indonesia juga mengundang 10 dosen komunikasi dari UII, UNY, UAD, Universitas Atma Jaya, dan Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Adapun 10 dosen komunikasi yang berpartisipasi dalam DWGC, sebelumnya juga mengikuti agenda "Training for Trainers” (ToT) untuk saling berbagi perspektif dengan jurnalis dari DW Indonesia pada hari Rabu (06/11).

Para jurnalis DW Indonesia dan dosen dari berbagai universitas di Yogyakarta saling berbagi perspektif terkait MIL Foto: DW

Pupung Arifin, dosen komunikasi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta menyebut adanya pertukaran perspektif ini menjadi penting untuk mengetahui bagaimana realita penyebaran informasi saat ini dan apa yang dibutuhkan mahasiswa untuk bisa sadar akan media literasi. "Kami di kampus mengajarkan secara teori tentang bagaimana lanskap dan penyebaran informasi melalui bermacam platform media, tapi sekarang ternyata realitanya lebih kompleks. Dan untuk bisa menangkal disinformasi, penting untuk bisa mengombinasikan antara teori dan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan,” ucapnya.

Wadah berbagi perspektif

Ada sekitar 90 mahasiswa/i dari sejumlah universitas yang hadir untuk mengikuti pelatihan dan diskusi DWGC. Menariknya, pada acara ini mahasiswa lintas jenjang saling berbagi perspektif dengan dua orang pelatih, satu dosen dan satu jurnalis DW, untuk mendiskusikan tentang media literasi.

Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, berisikan 7 hingga 9 orang. Dibagi dalam tiga sesi berbeda, dengan tema pembahasan lanskap informasi, dampak manipulasi di era media digital, dan bagaimana melakukan cek fakta.

Diskusi berjalan dinamis, tak hanya searah dari pelatih ke mahasiswa sebagai peserta training, tetapi mahasiswa juga banyak menyampaikan apa yang mereka alami dan saksikan di media sosialnya. "Jadi kemampuan kami generasi muda dalam menerima informasi dan memprosesnya itu merupakan basis dasar bagaimana kami bisa menyebarkan hal-hal yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga narasi yang muncul juga bisa terpercaya,” ujar Adi, salah satu mahasiswa peserta MIL Training.

Terus berlanjut!

Melihat adanya kebutuhan dan dinamika perkembangan media saat ini, Vidi mengamini bahwa kehadiran DWGC menyadarkan anak muda akan pentingnya literasi media dalam menangkal hoaks yang banyak tersebar.

Sebagai Kepala Redaksi DW Indonesia, Vidi berharap roadshow DWGC bisa terus berlanjut. Ia juga berharap bahwa DWGC ke depan akan menyasar kampus-kampus di daerah lain di Indonesia.

"Kami memulai DW Goes to Campus di tahun 2022, di tahun pertama dan kedua kami berkolaborasi dengan kampus-kampus di sekitar Jakarta. Di tahun ketiga ini kami senang sekali bisa berkolaborasi dengan UGM, untuk ke depannya kami berharap bisa mulai merambah ke kampus-kampus di luar Jawa. Jadi kita tunggu saja,” jelasnya.

DWGC 2024 bekerja sama dengan Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (Dikom UGM) sebagai mitra DW Indonesia. Program ini juga didukung oleh DW Akademie dan Kementerian Luar Negeri Federal Jerman.

Fika Ramadhani Fika Ramadhani, jurnalis multi-media untuk Deutsche Welle Program Indonesia.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait