Earthling Indonesia, Cara Kaum Muda Berbuat Baik untuk Bumi
Sorta Caroline
1 Januari 2021
Kampanye seputar gaya hidup ramah lingkungan, diskusi kasual sembari makan malam, workshop, hingga lomba pitching ide jadi andalan Earthling untuk membangun Indonesia yang berkelanjutan.
Iklan
Empat sekawan Anindya Putri, Fanny Yudris, Aulia Rahmantia, dan Ganesha Siwi menempuh studi mereka di Jerman. Di waktu luang, mereka kerap berkumpul dan berbincang tema-tema seputar lingkungan dan membandingkan situasi di Jerman dan Indonesia. "Di Indonesia topik-topik seputar bagaimana menjaga lingkungan belum banyak dibahas, daripada ngedumel aja, mending kita coba buat kampanye supaya orang lebih perhatian - gak hanya kampanye kita juga dukung mereka yang punya aksi positif menjaga lingkungan", jelas Anindya Putri mahasiswi bioteknologi di Technische Universität Berlin.
Mereka pun mulai aktif menggaungkan kampanye pola hidup berkelanjutan dan membentuk suatu tim yang dinamakan Earthling Indonesia. "Menjaga lingkungan itu bisa dimulai dari menata kembali gaya hidup sehari-hari, pola makan, pilihan pakaian, pengelolaan sampah di rumah tangga,dan hal lainnya. Sederhana tapi bisa membantu lingkungan kita menjadi lebih baik," ujar Anindya
Contohnya salah satu kampanye mereka di sosial media soal jejak karbon pada jenis makanan yang kita konsumsi. Daging yang kita santap, mengalami banyak proses yang bisa berdampak buruk pada lingkungan. Ada konsekuensi pengalihan lahan bahkan deforestasi dari hutan menjadi lahan peternakan. Ada kegiatan beternak yang banyak menghasilkan gas metana.
Setelah itu ada pemrosesan daging di pabrik, yang membutukan pendinginan dan energi yang besar. Ditambah lagi kegiatan pengemasan hingga pengirimannya ke supermarket yang menghasilkan banyak emisi. "Mengurangi konsumsi daging merah dinilai dapat mengurangi dampak perubahan iklim", pesan Earthling Indonesia pada kanal sosial medianya.
8 Kota Yang Paling Ramah Lingkungan di Dunia
Banyak kota yang kini membenahi lingkungannya dan berupaya mereduksi gas rumah kacanya. Inilah delapan kota yang layak disebut kota "terhijau" sedunia.
Foto: picture-alliance/dpa/R.Kaufhold
Kopenhagen, Denmark
Kopenhagen ingin menjadi ibukota netral karbon pertama dunia tahun 2025. Sejak 1995, emisi karbon telah berkurang setengahnya. Kota ini menerapkan zona bebas mobil yang luas, transportasi umum kualitas tinggi dan fasilitas bersepeda yang mengesankan. Sistem pemanasan dan pendinginan distrik - beberapa di antaranya menggunakan air laut - dilakukan dengan teknologi untuk mengurangi emisi karbon.
Foto: DW/E. Kheny
Reykjavik, Islandia
Ibukota Islandia ini telah memiliki sistem pemanas dan listrik dari energi terbarukan - terutama dari tenaga air dan panas bumi. 95 persen rumah terhubung ke jaringan pemanas umum. Kota ini juga menargetkan semua angkutan umum bebas energi fosil pada tahun 2040. Pemerintah kota sangat mendorong warga untuk melakukan kegiatan tanpa menggunakan mobil mereka.
Foto: picture-alliance/U. Bernhart
Curitiba, Brasil
Di kota terbesar kedelapan di Brasil ini, sekitar 60 persen penduduknya bergantung pada jaringan bus perkotaan. Kota ini juga memiliki 250 kilometer jalur sepeda, serta jalan pedalaman pertama di negara itu, Rua das Flores. Sabuk hijau Curitiba memberikan perlindungan alami terhadap banjir. Namun pertumbuhan penduduknya yang cepat membuat ambisi hijau berada di bawah tekanan.
Foto: picture alliance/GES/M. Gilliar
San Francisco, Amerika Serikat
Tahun 2016, San Francisco mengeluarkan undang-undang bahwa semua bangunan baru harus menyisihkan ruang untuk sistem fotovoltaik di atap - sebagai kota metropolitan pertama di AS. Penggunaan kantong plastik sudah dilarang sejak 2007. Tahun 2009 diperkenalkan program limbah makanan perkotaan. Kota ini berencana bebas dari sampah pada tahun 2020.
Foto: AFP/Getty Images/J. Edelson
Frankfurt, Jerman
Frankfurt adalah salah satu kota pertama yang mencanangkan ambisi untuk menggunakan energi terbarukan 100 persen pada tahun 2050. Gedung baru di kota ini harus mengikuti petunjuk efisiensi energi yang ketat. Frankfurt juga telah mengurangi limbahnya secara drastis, berkat sistem pengelolaan limbah modern, dan memiliki rencana ambisius untuk e-mobility.
Foto: CC BY Epizentrum 3.0
Vancouver, Kanada
Vancouver ingin menjadi kota terhijau dunia pada tahun 2020. Sampai saat itu, emisi karbon akan direduksi sampai 33 persen dibandingkan 2007. Listrik kota hampir seluruhnya berasal dari pembangkit listrik tenaga air. Namun untuk transportasi masih perlu beralih dari energi fosil. Tujuannya adalah untuk mengurangi emisi karbon sampai 33 persen per kepala.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com/A. Chin
Kigali, Rwanda
Kigali dijuluki sebagai kota terbersih di Afrika. Sekarang sedang direncanakan koridor pejalan kaki dan pesepeda. Kantong plastik dilarang dan warga menghabiskan satu hari setiap bulan untuk membersihkan kotanya. Di Kigali sampah jarang kelihatan. Tapi kelompok hak asasi manusia juga mengecam apa yang mereka sebut "harga kebersihan," karena kontrol terhadap penduduk yang ketat dan diskriminatif.
Foto: Imago/robertharding
Ljubljana, Slovenia
Kota ini dianugerahi penghargaan European Green Capital 2016. Listriknya berasal dari tenaga air. Ljubljana memberi perhatian besar pada jaringan transportasi umum, pejalan kaki dan pengendara sepeda, dan melarang mobil masuk pusat kota. Inilah kota pertama di Eropa yang berambisi meddaur ulang semua sampahnya. Saat ini, sudah lebih 60 persen sampahnya didaur ulang. (Teks: Irene Banos Ruiz/hp/ml)
Foto: picture-alliance/dpa/R.Kaufhold
8 foto1 | 8
Selain kampanye, Earthling juga membuat dinner date, dimana sembari makan malam mereka mengajak yang hadir untuk berdiskusi seputar tema lingkungan. Dengan itu diskusi pun bisa terjalin secara lebih kasual. "Tapi karena Corona, dinner date kita jadinya versi virtual," jelas Fanny salah satu pendiri Earthling yang mahasiswi Teknologi Informasi di TU Berlin.
Narasumber dinner date pun beragam, dari peneliti Indonesia di Jerman, para ahli, pengusaha, hingga pemerintah. Topiknya bervariasi dari pengelolaan sampah, pakaian ramah lingkungan, transportasi ramah lingkungan, energi terbarukan, bahkan menciptakan ide bisnis ramah lingkungan.
Gagasan Pitching Nation
Melihat banyaknya jumlah mahasiswa Indonesia di Jerman, Earthling Indonesia pun berinisiasi menggelar kompetisi tahunan "Pitching Nation". Dalam kompetisi ini, mahasiswa Indonesia di Jerman berlomba mempresentasikan idenya selama 1 menit untuk Indonesia yang berkelanjutan. Pemenang berkesempatan mengimplemtasikan gagasannya langsung di Indonesia.
"Awalnya kami ke KBRI Berlin untuk ikut acara bincang fireside lalu mencoba pitching ke atase pendidikan KBRI tentang ide-ide keberlanjutan kami, ternyata bersambut baik. Mereka mendukung ide kami dan sarankan serius membentuk organisasi dan menyelengarakan lomba pitching nation", jelas Fanny.
Earthling pun menggandeng kementerian ESDM, GIZ Indonesia, Techbros GmbH, Indohub e.V., P.T. Agrinas, dan Lentera Bumi Nusantara dalam acara yang digelar 14 November 2020 lalu.
Dari puluhan ide yang ditampung Earthling, terpilih tiga pemenang. Pemenang pertama diraih oleh Muhammad Raffly dengan ide pembangkit listrik tenaga angin pesisir. Juara kedua diraih duet pemuda asal Bandung, Muhammad Kemal dan Samuel Sihotang, dengan grup yang dinamai CAI. CAI membuat aplikasi terintegrasi dengan sensor pada pipa, pompa, filter, dan tangki air yang dapat memantau berapa besar curah hujan yang dapat digunakan bahkan disimpan. "Air hujan sangat bisa kita digunakan dalam keseharian, kita pun bisa bantu meminimalisir resiko banjir dan memaksimalkan potensinya sebagai cadangan air di musim kemarau," jelas Kemal. Juara ketiga diraih The Earth Keeper dengan ide mesin daun ulang botol ala Jerman buatan dalam negeri.
Iklan
Implementasi adalah kunci
"Saya rasa ini gerakan yang positif dari teman-teman pelajar Indonesia disini, ide kreatif yang kental dengan aspek akademis," ujar Roni Susman, peneliti Indonesia di Leibniz Center für Agrarlandschaft Forschung (ZALF),Jerman. Roni adalah salah sat juri di acara Pitching Nation yang digelar Earthling.
Lantas apakah ide membuat grup seperti Earthling Indonesia bisa menjadi solusi Indonesia yang lebih berkelanjutan? "Ini tergantung seberapa konsisten kawan-kawan Earthling dapat mengimplemtasikan ide-ide yang telah mereka tampung di Pitching Nation secara nyata di Indonesia dan terus mengembangkan jaringan di Jerman dengan Indonesia", jelas Roni. Peneliti di lembaga riset pertanian Jerman ini pun tak menampik kesibukan studi para anggota Earthling bisa jadi tantangan tersendiri keberlanjutan organisasi ini.
Kabar baiknya, tahun 2020 Earthling Indonesia telah berhasil diakui oleh UNESCO sebagai aktor yang turut berperan dalam memberikan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. "Harus konsisten dan jangan lupa implementasinya di Indonesia," tambah Roni.
Sejauh ini selain kampanye, diskusi dinner date, workshop dan kompetisi pitching nation, Earthling baru sedikit mengimplementasikan kegiatan terkait pembangunan berkelanjutan. "Sejauh ini kami sudah bekerjasama dengan pengrajin besek di Indonesia untuk mengurangi plastik terutama saat pembagian Qurban di Hari Raya. Seusai pandemi, kami harap bisa lebih banyak berkolaborasi dan mengimplementasikan ide-ide kami di Indonesia", pungkas Anindya.
8 Langkah Praktis yang Besar Manfaatnya untuk Menjaga Bumi
Krisis iklim telah mencapai titik kritis dan tidak bisa dikembalikan lagi. Mari lakukan delapan langkah berikut untuk menjaga Bumi kita dari perubahan iklim.
Foto: Reuters/E. Su
Bijak memilih alat transportasi
'Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui'. Begitu kira-kira penjelasan yang tepat bila Anda mau berpergian sambil jalan kaki atau naik sepeda. Selain tidak menyumbang emisi karbon, Anda bisa meningkatkan kesehatan. Selain itu, bila khawatir berpergian menggunakan pesawat terbang dapat menyumbang emisi besar, gantilah transportasi Anda dengan kereta. Tetap menyenangkan bukan!
Foto: Reuters/E. Su
Pintar memilih produk ramah lingkungan
Lebih bijak dalam memilih barang apa yang harus dan tidak harus Anda beli. Beruntung, kini produk ramah lingkungan telah dijual dimana-mana. Anda perlu mempersiapkan rencana belanja dengan matang dan pilihlah merek yang peduli lingkungan. Anda bisa membeli barang bekas atau mulailah berbelanja lebih sedikit. Kuncinya, ketahui sejak awal barang apa yang memang Anda butuhkan dan mana yang tidak.
Foto: Imago/Westend61
Kurangi limbah makanan
Tahukah Anda hampir sepertiga dari semua makanan yang diproduksi oleh manusia terbuang sia-sia setiap tahunnya? Miris bukan? Jangan biarkan ada makanan tersisa di piring Anda. Habiskan semua sisa makanan, olah kembali bumbu makanan yang berlebih dan mulailah membuat pupuk kompos dari sisa makanan Anda. Dengan pupuk kompos berarti Anda tidak perlu lagi membeli bahan kimia berbahaya apa pun.
Foto: picture-alliance/dpa/F. May
Matikan listrik jika tidak dipakai
Hal ini sering dianggap sepele padahal dampaknya besar bagi lingkungan. Biasakan diri Anda untuk mematikan komputer, laptop dan listrik ketika sudah tidak dipakai. Tahukah Anda langkah kecil ini mampu menghemat banyak energi dalam jangka panjang. Bagi Anda yang sudah memulainya, pertahankan! Tanamkan dalam diri bahwa kebiasaan kecil ini berpengaruh besar untuk menjaga Bumi.
Foto: picture-alliance/blickwinkel
Berani bersuara!
Jika Anda belum memulainya, inilah saat yang tepat untuk menyuarakan kepedulian Anda terhadap perubahan iklim. Tidak melulu harus protes di jalan, tapi Anda bisa memulainya dengan meminta pejabat setempat untuk segera bertindak mengatasi perubahan iklim. Dapatkan informasi sebanyak mungkin dan berdiskusilah dengan orang sekitar dan tentukan apa yang bisa kalian lakukan untuk menyelamatkan bumi.
Foto: Reuters/K. Pempel
Pertimbangkan menu diet nabati
Memilih menu diet memang perlu pertimbangan matang. Mulailah masukkan menu diet nabati, sebab produk daging hewan ternak dan susu adalah salah satu penyebab deforestasi terbesar dan penyumbang utama emisi CO2. Makan lebih banyak asupan nabati bisa menjadi salah satu langkah kecil Anda memerangi perubahan iklim.
Foto: Colourbox
Daur ulang untuk jaga laut kita
Ada alasan penting mengapa kita selalu diingatkan tentang pentingnya daur ulang. Konsekuensi dari pemakaian plastik sekali pakai telah menyebabkan hewan-hewan di lautan tersiksa. Dengan mendaur ulang, berarti kita tidak perlu lagi menghasilkan material-material baru. Anda bisa mencoba mendaur ulang botol-botol bekas menjadi lampu atau bahkan tempat memberi makan burung.
Foto: picture-alliance/ZB/S. Stache
Lebih dekat dengan alam
Pergi menjelajah alam dan lihat tempat-tempat indah yang belum pernah Anda kunjungi. Cara ini mungkin tidak akan berdampak langsung pada aksi perubahan iklim tapi bisa menjadi momen refleksi diri agar lebih menghargai Bumi. Lebih dekat dengan alam juga jadi pengingat bahwa Bumi tempat kita tinggal terlalu sayang untuk diabaikan. Penulis: Ineke Mules (pkp/as)