Pembocor Data AS Edward Snowden Diberi Kewarganegaraan Rusia
27 September 2022
Mantan kontraktor intelijen Amerika Serikat, Edward Snowden, diberi izin tinggal permanen oleh pemerintah Rusia pada 2020. Dia dicari di AS atas tuduhan spionase karena telah membocorkan data-data rahasia NSA pada 2013.
Iklan
Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Senin (26/09) memberikan kewarganegaraan kepada mantan konsultan intelijen Amerika Serikat, Edward Snowden, yang telah mengungkap skala operasi pengawasan rahasia oleh Badan Keamanan Nasional (NSA).
Putin menandatangani dekrit yang menawarkan Snowden, bersama dengan sekitar 72 warga negara asing lainnya, kewarganegaraan Rusia. Kremlin menerbitkan daftar nama itu di situs resmi mereka, tanpa memberikan pernyataan apa pun tentang kewarganegaraan Snowden.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, mengatakan pihaknya tidak mengetahui adanya perubahan status kewarganegaraan Amerika Snowden.
Price menambahkan bahwa posisi Washington terhadap Snowden tidak berubah. AS telah lama menuntut Snowden untuk kembali dan menghadapi pengadilan pidana atas tuduhan spionase.
Iklan
Siapa Edward Snowden?
Snowden, pria berusia 39 tahun, melarikan diri dari Amerika Serikat setelah membocorkan dokumen tentang program pengawasan rahasia NSA pada tahun 2013.
Snowden bekerja untuk NSA dari 2009 hingga 2013. Dia bertanggung jawab atas salah satu kebocoran paling signifikan dalam sejarah politik AS. Setelah itu, Snowden meminta suaka dari Rusia pada 2013.
Dia telah tinggal di Rusia dan diberikan izin tinggal permanen pada tahun 2020. Saat itu, Snowden mengatakan dia berencana untuk mengajukan kewarganegaraan Rusia. Tidak jelas apakah Snowden telah melepaskan kewarganegaraan Amerika-nya.
Kisah CIA Menjarah Demokrasi di Iran
Lebih dari separuh abad silam AS menggulingkan perdana menteri demokratis pertama Iran, Mohammed Mossadegh. Dokumen sejarah mencatat keterlibatan CIA dalam proses kudeta yang melahirkan kediktaturan Syah Reza Pahlevi itu
Foto: snn.ir
Petaka Dekolonialisasi
Mohammed Mossadegh adalah perdana menteri Iran pertama yang terpilih secara demokratis. Masa pemerintahannya berlangsung singkat, antara 1951 hingga kejatuhannya pada 1953. Figur yang karismatik dan cerdas itu awalnya mengundang simpati dunia. Tapi upaya Mossadegh menasionalisasi industri minyak milik Inggris di Iran menempatkannya sebagai musuh utama kepentingan barat.
Foto: Tarikhirani.ir
Bayang-bayang Kerajaan Inggris
Sejak 1909 Inggris memonopoli produksi minyak bumi di Iran. Anglo-Iranian Oil Company (AIOC) yang kini bertukar nama menjadi British Petroleum (BP) berhasil menegosiasikan kontrak kerjasama yang menjamin keuntungan berganda. Akibatnya Kerajaan Inggris berhak meraup keuntungan selangit dan hanya menyisakan sedikit buat pemerintah Iran.
Foto: Hulton Archive/Getty Images
Buruh Tanpa Martabat
Menikmati hak monopoli, AIOC mengeksploitasi pekerja Iran secara besar-besaran. Di Abadan, salah satu kota minyak Iran, pegawai AIOC hidup di perkampungan kumuh di bawah situasi yang menyedihkan. Pihak perusahaan menolak desakan untuk memperbaiki taraf hidup pegawainya sendiri. Pasca Perang Dunia II, politisi Iran berupaya menegosiasikan ulang kontrak kerja dengan AIOC. Namun upaya tersebut kandas
Foto: Hulton Archive/Getty Images
Gebrakan Maut Perdana Menteri Pilihan
"Nasionalisasi atau mati!" Pada 1951 Mohammed Mossadegh yang baru menjadi perdana menteri memerintahkan nasionalisasi AIOC. Sebagai reaksi, Inggris memulangkan semua tenaga ahli perminyakan dari Iran dan menjatuhkan sanksi berupa embargo minyak. Selama dua tahun berikutnya, "Krisis Abadan" nyaris menyeret Iran ke jurang kebangkrutan.
Foto: picture-alliance/akg-images
Ambivalensi Amerika Serikat
Inggris lalu meminta bantuan Amerika Serikat. Permintaan tersebut awalnya ditolak oleh Presiden Harry S. Truman. Meski bersekutu dengan London, sang presiden juga menaruh simpati pada Mossadegh dan meyakini hanya Iran yang independen dan kuat secara ekonomi yang mampu menghalau pengaruh Komunisme Uni Soviet.
Foto: Parstimes
Stabilitas di Ujung Tombak
Namun begitu krisis ekonomi Iran mulai berdampak pada dinamika politik di dalam negeri. Perlahan kelompok radikal seperti Partai Tudeh yang berhaluan Komunis mulai bermunculan. Dalam berbagai demonstrasi, partai tersebut menuntut pengusiran perusahaan AS dan Inggris agar bisa menginduk pada Moskow.
Foto: picture-alliance/dpa
Suratan Takdir Lewat Dua Pemilu
Dua pemilu mengubah segalanya: kekuasaan Winston Churchill berlanjut pada akhir 1951 dan Dwight D. Eisenhower menggeser Truman di Washington setahun setelahnya. Churchill secara lihai meyakinkan AS terhadap potensi revolusi komunis di Iran. Eisenhower yang sebelumnya bekerja di dinas rahasia selama Perang Dunia II, sepakat melibatkan CIA untuk menjatuhkan Mossadegh.
"Operasi Ajax" dimulai pada bulan Juli 1953. Seorang agen CIA, Kermit Roosevelt, dikirim ke Iran untuk meyakinkan Syah Reza Pahlevi agar memecat Mossadegh dan memilih Jendral Fazlollah Zahedi (ka.) sebagai perdana menteri baru. Nantinya seorang kurir akan membawa surat pemecatan kepada Mossadegh. Dia sendiri direncanakan akan ditempatkan dalam status tahanan rumah.
Foto: Parsine
Teheran Berdarah
Pada waktu yang bersamaan, CIA menciptakan huru-hara di Teheran. Dinas Rahasia AS itu menyogok politisi, ulama, jurnalis dan buruh untuk melawan Mossadegh dan pendukungnya. CIA tidak peduli siapa yang akan memenangkan pertarungan jalanan. Yang terpenting buat AS adalah menempatkan Syah Reza sebagai juru selamat yang mengembalikan keamanan dan ketertiban ke jalan-jalan ibukota.
Foto: picture alliance/AP Photo
Pelarian Reza ke Roma
Upaya kudeta pertama pada 15 Agustus 1953 mengalami kegagalan. Mossadegh yang sudah mencium rencana tersebut memerintahkan penangkapan terhadap sejumlah perwira tinggi militer dan menjanjikan uang untuk siapapun yang membantu menangkap Jendral Zahedi. Ketika sang jendral bersembunyi, Syah Reza melarikan diri ke Baghdad lalu ke Roma.
Foto: tourjan
Kemenangan Semu Mossadegh
Merasa sudah menang, tiga hari usai kudeta Mossadegh memerintahkan pendukungnya untuk berdiam di rumah dan mencegah eskalasi kekerasan di Teheran. Dia meyakini Syah Reza berkomplot dengan Inggris untuk menjatuhkannya. Namun Mossadegh tidak mengetahui keterlibatan CIA dan tidak menyangka akan adanya upaya kudeta kedua.
Foto: snn.ir
Manuver Gelap Sulut Kerusuhan
Pada 19 Agustus agen CIA Roosevelt menyulut demonstrasi massal di Teheran dengan membayar sekelompok orang agar menyamar sebagai pendukung partai komunis. Mereka mengajak simpatisan Partai Tudeh lain untuk bergabung dan menghancurkan segala sesuatu yang melambangkan kapitalisme. Penduduk Teheran yang marah lalu membuat demonstrasi tandingan di hari yang sama.
Foto: aftabnews.ir
Bola Salju Oposisi
Tanpa perlawanan dari pendukung Mossadegh, para demonstran membanjiri jalan ibukota menuntut kepulangan Syah. Popularitas Mossadegh mulai runtuh menyusul krisis ekonomi. Pada akhirnya banyak perwira kepolisian dan militer yang bergabung dengan kelompok oposisi sokongan CIA.
Foto: aftabnews.ir
Zahadi Kembali dengan Tank
Pada hari yang sama Jendral Zahadi memerintahkan pasukannya memasuki Teheran dengan kendaraan lapis baja. Massa yang mendapat angin menyerbu rumah Mossadegh hingga tercipta pertempuran dengan pendukung perdana menteri. 200 orang meninggal dunia pada hari itu. Mossadegh mencoba melarikan diri dari rumahnya. Dia lalu menyerahkan diri ke militer lima hari kemudian.
Foto: aftabnews.ir
Kepulangan Syah Reza Pahlevi
Atas restu Washington, Syah Reza pulang dari Roma pada 22 Agustus. Di Teheran dia membentuk pemerintahan militer yang otoriter. Dengan bantuan AS pula dia membangun dinas kepolisian rahasia, SAVAK. Syah Reza juga mencabut kebijakan nasionalisasi perusahaan minyak. Pada akhirnya hampir separuh konsesi perminyakan berpindah dari tangan Inggris ke perusahaan AS.
Foto: picture-alliance/akg-images/H. Vassal
Akhir Pahit Mossadegh
Mossadegh yang menjalani masa tahanan didakwa dengan tuduhan pengkhianatan dan divonis tiga tahun penjara. Usai bebas pada Desember 1956 dia mengurung diri di kediaman pribadinya di Ahmad Abad, di bawah pengawasan SAVAK. Mossadegh tidak lagi diizinkan keluar rumah atau desanya sendiri. Dia meninggal dunia pada 5 Maret 1967. (rzn/ap)
Foto: picture-alliance/Everett Collection
16 foto1 | 16
Snowden tidak menampakkan diri sejak terbang ke Rusia
Pengacara Snowden dilaporkan mengatakan kepada kantor berita negara Rusia, RIA Novosti, bahwa istri Snowden, Lindsay Mill, yang juga orang Amerika, akan mengajukan paspor Rusia. Pasangan itu dikaruniai seorang anak pada Desember 2020.
Snowden tidak mengungkap keberadaan dirinya di Rusia, hanya sesekali mengkritik kebijakan pemerintah Rusia di media sosial. Pada 2019, Snowden mengatakan dia akan bersedia kembali ke AS jika pemerintah Joe Biden menjamin pengadilan yang adil.
Linimasa kasus Snowden
Snowden dipekerjakan oleh Central Intelligence Agency (CIA) pada tahun 2006 dan ditempatkan di Jenewa pada tahun 2007, di mana ia bekerja sebagai teknisi keamanan jaringan di bawah perlindungan diplomatik.
Snowden meninggalkan CIA untuk NSA pada tahun 2009, di mana ia bekerja sebagai kontraktor swasta untuk perusahaan Dell dan Booz Allen Hamilton. Selama waktu inilah dia mulai mengumpulkan informasi tentang kegiatan NSA.
Pada Mei 2013, Snowden meminta cuti medis dari NSA dan terbang ke Hong Kong. Di Hong Kong, Snowden bertemu dengan wartawan dari surat kabar Inggris, The Guardian, yang akhirnya memecahkan rangkaian pengungkapan pertama secara online. Tak berselang lama, kabar itu juga diberitakan surat kabar Amerika lainnya.
Pada tahun 2013, majalah berita Jerman, Der Spiegel, melaporkan informasi rahasia oleh Snowden yang merinci penyadapan NSA terhadap kantor dan pemimpin Eropa, termasuk telepon mantan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Pada tahun 2015, jaksa Jerman menutup kasus tersebut dengan dugaan penyadapan telepon Merkel, dengan mengatakan bahwa "tuduhan itu tidak dapat dibuktikan secara hukum di bawah hukum pidana."