Kasus COVID-19 Naik, Efikasi Sinovac Kembali Dipertanyakan
18 Juni 2021
Lebih dari 350 dokter dan pekerja medis di Indonesia diketahui terinfeksi COVID-19 meski telah disuntik vaksin Sinovac. Tumbuh kekhawatiran semanjur apa vaksin ini melawan varian yang lebih menular.
Badai Ismoyo, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengatakan bahwa sebagian besar yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala dan mengakini tengah melakukan isolasi mandiri di rumah. Namun ia mengatakan puluhan dirawat di rumah sakit karena demam tinggi dan penurunan tingkat saturasi oksigen.
Petugas kesehatan termasuk yang pertama divaksinasi ketika program ini dimulai pada bulan Januari lalu. Hampir semuanya telah menerima vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi Sinovac, kata Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Di Kudus ada sekitar 5.000 petugas kesehatan. Daerah itu saat ini sedang berjuang melawan wabah yang diyakini didorong oleh varian Delta yang lebih menular yang telah mendorong tingkat hunian tempat tidur di atas 90%.
"Data menunjukkan varian Delta (di Kudus) sehingga tidak mengherankan jika terobosan infeksi lebih tinggi dari sebelumnya, karena seperti yang kita ketahui mayoritas tenaga kesehatan di Indonesia disuntik Sinovac, dan kita masih belum tahu, seberapa efektifnya (vaksin ini) di dunia nyata melawan varian Delta," kata Dicky Budiman, ahli epidemiologi di Universitas Griffith di Australia.
Juru bicara Sinovac tidak memberikan komentar tentang pertanyaan seputar kemanjuran vaksinnya dalam menghadapi varian-varian virus yang lebih baru.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri pada bulan ini telah menyetujui penggunaan darurat vaksin Sinovac, dan mengatakan hasil menunjukkan vaksin tersebut mencegah penyakit simtomatik pada 51% penerima vaksin.
Iklan
Ditolak Costa Rica, dilaporkan efektif di Uruguay
Namun tetap saja kekhawatiran muncul di berbagai negara akan kemanjuran vaksin buatan Cina ini bila dibandingkan dengan vaksin lain buatan Barat. Di sisi lain, tingkat kemanjuran vaksin-vaksin ini tidak dapat dibandingkan secara langsung karena uji coba dilakukan di bawah kondisi yang berbeda.
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)
Foto: Markus Schreiber/AP Photo/picture alliance
10 foto1 | 10
Vaksin buatan negara-negara Barat telah terbukti efektif dalam mencegah infeksi dalam tes dunia nyata. Sementara suntikan Sinovac terbukti efektif dalam mencegah penyakit berkembang menjadi parah sehingga pasien memerlukan rawat inap.
Sementara otoritas kesehatan Costa Rika pada hari Rabu (16/06) mengatakan bahwa setelah mempelajari studi klinis yang tersedia, mereka saat ini memutuskan untuk menolak pengiriman vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech dan mengatakan bahwa vaksin itu tidak cukup efektif.
Namun awal bulan ini, Uruguay merilis data berdasarkan tes dari kenyataan tentang dampak vaksin Sinovac di antara penduduknya. Data menunjukkan bahwa vaksin itu memiliki tingkat efektifitas lebih dari 90% dalam mencegah pasien dirujuk ke rumah sakit dan kematian pasien di unit perawatan intensif.