Ekonom Khawatirkan "Penutupan" Pusat Industri di Cina
15 Maret 2022
Puluhan juta penduduk di Cina kembali menjalani lockdown menyusul lonjakan tertinggi kasus infeksi Covid-19. Pemadaman pusat-pusat industri ikut memicu kekhawatiran terhadap gangguan pada rantai suplai global.
Iklan
Petugas berseragam hazmat kembali berseliweran di jalan-jalan Cina, sementara warga menunggu antrian tes massal, seiring padamnya kehidupan publik akibat lockdown. Langkah dramatis itu diambil Beijing karena kasus infeksi Covid-19 kembali melonjak.
Pada Selasa (15/3), Cina melaporkan 5.280 kasus baru, dua kali lipat ketimbang sehari sebelumnya. Pemerintah Beijing dikenal ketat menerapkan pembatasan sosial dan tak ragu menutup pintu bagi pelancong dari luar negeri dengan memberlakukan kewajiban karantina hotel, yang di sejumlah tempat mencapai 28 hari.
Saat ini setidaknya 13 kota di Cina sudah menjalani lockdown. Sementara beberapa kota lain mulai membatasi kehidupan publik. Sebanyak 15.000 kasus infeksi baru dilaporkan sepanjang bulan Maret.
Pemerintah di Beijing kali ini fokus mengimbau kaum lansia untuk mendapat vaksin, meski tingkat imunisasi di kalangan usia lanjut sudah mencapai 80 persen. Penyebabnya adalah gelombang penularan tak terkendali di Hong Kong yang terutama menyebar di kalangan lansia, lantaran rendahnya tingkat vaksinasi.
Wuhan: Setahun Setelah Virus Corona Merebak
Awal tahun 2020, kota Wuhan di provinsi Hubei Cina dikenal sebagai hot spot virus corona pertama di dunia. Kini kondisinya membaik, tetapi tidak persis sama seperti sebelumnya.
Foto: Aly Song/REUTERS
Pasar kembali ramai
Wuhan menjalani masa lockdown 11 minggu setelah menjadi hot spot virus corona global pertama. Hingga pertengahan Mei, 50.000 dari 80.000 kasus resmi corona yang tercatat di Cina, berasal dari Wuhan. (Gambar) kehidupan hampir normal kembali di kawasan pasar yang padat pengunjung, 7 Desember 2020.
Foto: Aly Song/REUTERS
Ground zero virus corona?
Sayuran, ikan dan daging, bahkan hewan liar - semua dulu dijual di pasar basah ini. Tapi sejak Januari 2020 pasar ini ditutup. Penyakit paru-paru misterius mulai merebak dan asal-usulnya dilacak berasal dari pasar tersebut. Namun, para pakar belum berhasil memastikan peran pasar dalam penyebaran virus.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Nasib para pemilik restoran
Sebelum pandemi, Lai Yun membeli kebanyakan produk untuk restoran Jepangnya di pasar basah yang kini tutup. "Setelah anak-anak berangkat sekolah, saya biasanya sarapan lalu belanja di pasar," ujarnya. Tapi sejak buka kembali di bulan Juni, ia harus belanja di tempat lain dan bumbu yang dibutuhkan kini harganya lima kali lebih mahal. "Tahun depan target saya hanyalah bisa bertahan".
Foto: Aly Song/REUTERS
Tidak ada sayuran segar
Walau lantai dasar masih tutup, lantai kedua pasar basah Wuhan telah buka kembali. Namun, kebanyakan toko hanya menjual kacamata dan produk khusus lainnya bagi ahli optik. "Bagi beberapa orang kesannya aneh, kini hanya seperti bangunan kosong," ujar salah seorang penjual toko ke DW.
Foto: Aly Song/REUTERS
Penjual pasar basah pindah ke jalanan
Sejak pasar basah tutup, beberapa orang mulai menjual daging dan bahan segar lainnya di jalanan. Walau penjual memakai masker dan sarung tangan, kondisinya belum memenuhi standar kebersihan. Saat pandemi corona, pasar basah sudah dikiritik karena kondisi kesehatan dan sanitasi yang buruk.
Foto: Aly Song/REUTERS
Masker masih diperlukan
Kebanyakan warga Wuhan masih mengenakan masker pelindung di runag publik. Virus corona belum punah dan ada sejumlah kasus baru di Cina. "Banyak yang mulai menimbun masker, desinfektan dan alat perlindungan lainnya," kata guru bahasa Inggris Yen kepada DW. (vlz/rzn)
Foto: Aly Song/REUTERS
6 foto1 | 6
Provinsi Jillin di timur laut Beijing termasuk yang paling awal menerapkan lockdown. Saat ini sekitar sembilan juta penduduk diperintahkan untuk mengisolasi diri. Pemerintah kota mengumumkan sebanyak 8.200 penduduk dirawat di rumah sakit dengan gejala Covid-19.
"Kali ini setidaknya pemerintah mengizinkan kami mengisolasi diri di rumah. Itu saja sudah melegakan,” kata Mary Yue, seorang warga Beijing. Di ibu kota Cina itu, sejak awal pandemi pemerintah mewajibkan warga menunjukkan bukti vaksinasi saat berada di ruang publik atau melakukan karantina diri selama 21 hari jika terinfeksi.
Iklan
Padamkan sementara jantung industri
Shenzen, pusat teknologi di selatan yang dihuni 12,5 juta penduduk, sudah menjalani lockdown sejak tiga hari terakhir. Sekolah-sekolah, kantor dan pabrik dipaksa tutup. Situasi ini dikhawatirkan bisa menghambat pertumbuhan ekonomi pascapandemi.
Linimasa Penyebaran Virus Corona Secara Global
Setelah kasus virus corona dikonfirmasi Cina akhir Desember 2019, wabah menyebar jadi pandemi. Sejumlah negara sudah memberlakukan lockdown. Sekarang lebih1,2 juta terinfeksi Covid-19 dan hampir 70.000 meninggal.
Foto: picture-alliance/dpa/SOPA Images/A. Marzo
Virus Corona Baru Diidentifikasi
Ilmuwan Cina pada 7 Januari mengumumkan, berhasil identifikasi virus corona jenis baru yang menyerang Wuhan dan memicu infeksi paru-paru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2. Berbeda virus corona pemicu SARS sebelumnya, virus baru menyerang saluran pernafasan bawah. Gejala penyakitnya: demam, batuk kering, kesulitan bernafas dan paru-paru berisi cairan.
Foto: Reuters/Str
Jutaan Warga Dikarantina
Cina mengkarantina Wuhan pada 23 Januari dalam upaya membatasi penyebaran virus corona. Pekerja berupaya untuk segera membangun rumah sakit baru untuk merawat pasien terinfeksi, yang jumlahnya lebih dari 830 orang dan jumlah kematian yang meningkat menjadi 26 orang pada 24 Januari. Para pejabat akhirnya memperluas lockdown ke 13 kota lain, yang memengaruhi setidaknya 36 juta orang.
Foto: AFP/STR
Jerman Batasi Kontak Sosial
Pada tanggal 27 Januari, Jerman mengumumkan kasus virus corona pertama yang teridentifikasi. Pasiennya seorang pria berusia 33 tahun di Bayern yang kontak langsung dengan rekan kerja dari Cina selama pelatihan di tempat kerja. Tanggal 22 Maret Jerman umumkan lockdown parsial dan sosial distancing. Tanggal 6 April, John Hopkins konformasi lebih 100.000 kasus di Jerman dengan lebih 1.500 kematian.
Foto: Reuters/A. Uyanik
Italia Berlakukan Lockdown
Kasus infeksi Covid-19 di Italia meningkat secara dramatis. Pada 3 Maret dikonfirmasi 77 kematian dan ribuan kasus infeksi corona. Pada 8 Maret, pemerintah Italia memerintahkan “lockdown“ seluruh kawasan Lombardy yang berpenghuni 16 juta orang. Italia pada 5 April masih memegang rekor jumlah infeksi dan kematian terbanyak di Eropa, dengan lebih 128.000 kasus dan lebih 15.000 kematian.
Foto: Reuters/R. Casilli
Ekonomi Terjun Bebas
Pasar saham Eropa dan AS anjlok pada 6 Maret, menjadi minggu terburuk sejak krisis keuangan 2008. Efek pandemi pada bisnis global sangat signifikan. Banyak perusahaan melaporkan kerugian. Sektor industri pariwisata dan maskapai penerbangan terpukul. 10 Maret, Uni Eropa menjanjikan dana investasi sebesar € 7,5 miliar ($ 8,4 miliar) untuk mencoba menghentikan zona euro merosot ke situasi resesi.
Foto: picture-alliance/Jiji Press/M. Taguchi
WHO Deklarasikan Pandemi
Ketika kasus terinfeksi di seluruh dunia mencapai 127.000 orang dan 4.700 korban meninggal, Organisasi Kesehatan Dunia pada 11 Maret menyatakan wabah global ini sebagai "pandemi". Presiden AS Trump mengumumkan pembatasan perjalanan bagi wisatawan yang datang dari Zona Schengen di Eropa. Kanselir Jerman Angela Merkel juga mengumumkan bahwa 70% populasi di Jerman dapat terinfeksi virus corona.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Kehidupan Publik Berhenti di Eropa
Pada 14 Maret, Spanyol mengikuti langkah Italia melakukan lockdown secara nasional untuk 46 juta warganya, dengan tujuan untuk mencegah penyebaran virus corona. Spanyol berada di peringkat kedua kasus di Eropa, dengan 131.000 terinfeksi dan lebih 12.000 meninggal. Di Prancis, kafe, restoran, dan toko-toko tutup pada 15 Maret.
Foto: picture-alliance/dpa/AAB. Akbulut
AS Terpukul Telak
Pada 27 Maret, Jumlah terinfeksi di AS melampaui Cina. Ini terjadi ketika Presiden Donald Trump mengklaim bahwa negara akan kembali pulih "dengan cukup cepat." AS mencatat lebih 337.000 kasus infeksi dan hampir 10.000 meninggal (6/4). New York terdampak yang paling parah, dengan 63.000 kasus Covid-19 dan lebih 3000 meninggal. Kapal rumah sakit dikerahkan untuk membantu tenaga medis.
Foto: picture-alliance/Photoshot/J. Fischer
Lebih 1 Juta Orang Terinfeksi Covid-19
Universitas Johns Hopkins mengumumkan, Senin (6/4), lebih 1.2 juta kasus virus corona yang dikonfirmasi di seluruh dunia. Sekitar 70.000 orang meninggal akibat Covid-19. AS mencatat rekor infeksi dengan jumlah tiga kali lipat dari Cina, tempat virus itu muncul pada Desember 2019. Kemungkinan kondisi pandemi akan semakin buruk dengan jumlah yang terinfeksi dan meninggal terus naik. (fs/as)
Foto: Reuters/J. Redmond
9 foto1 | 9
"Pembatasan baru, terutama lockdown di Shenzen, akan berdampak terhadap menurunnya konsumsi dan gangguan pada suplai dalam jangka dekat,” kata Tommy Wu, ekonom di Oxford Economics, dalam keterangan persnya. Menurutnya perkembangan terbaru ini akan menyulitkan Cina mencapai ambisi pertumbuhan 5,5 persen tahun ini.
Shenzen tidak cuma memproduksi perangkat elektronik smartphone atau suku cadang kendaraan yang melayani permintaan global, tetapi juga memiliki pelabuhan Yantian yang terbesar keempat di dunia.
Pusat keuangan Cina, Shanghai, juga ikut terdampak lockdown. Mulai pekan depan, pemerintah mengalihkan 100 penerbangan internasional ke kota lain. Saat ini sudah belasan penerbangan domestik yang dibatalkan secara mendadak.
Pengumuman lockdown di Shenzen, Senin (14/3) kemarin, sempat membuat bursa saham anjlok di Cina dan Hong Kong anjlok. Investor diyakini mengkhawatirkan dampanya terhadap rantai suplai industri yang saat ini pun mengalami gangguan akibat pandemi.
"Tidak terhitung rantai suplai manufaktur yang melalui Cina,” kata Carl B. Weinberg, ekonom di High-Frequency Economics, dalam sebuah laporan baru-baru ini.
"Kami tidak bisa memikirkan risiko lain terhadap perekonomian dunia, di luar perang nuklir tentunya, yang lebih besar ketimbang pandemi Covid di Cina yang memporakporandakan produksi industrial.”