Cina Catat Angka PertumbuhanEkonomi Terendah Sejak 1990
17 Januari 2020
Pekonomian Cina kembali melemah ke tingkat pertumbuhan terendah sejak tiga dekade. Tahun 2019, ekonomi hanya tumbuh 6,1 persen. Penyebab utamanya: permintaan domestik rendah dan perang dagang dengan AS.
Iklan
Sebagaimana diperkirakan sebelumnya, perekonomian Cina melemah dan hanya mencatat pertumbuhan 6,1 persen pada tahun 2019, menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional hari Jumat (17/1). Inilah angka pertumbuhan terlemah sejak tahun 1990.
Pemerintah Cina memang sebelumnya sudah memprediksikan bahwa angka ekonomi hanya akan mencapai kisaran 6,0 sampai 6,5 persen, lebih rendah dibanding angka tahun 2018 yaitu 6,6 persen.
Pemerintah Cina dalam sebuah pernyataan mengatakan, ekonomi saat ini menghadapi "tekanan ke bawah" dan "sumber ketidakstabilan dan titik risiko" di luar negeri yang makin meningkat.
Para eksportir di Cina memang terpukul oleh perang tarif yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump, yang mulai menerapkan tarif impor tambahan terhadap ratusan produk dari Cina dua tahun lalu. Cina lalu membalas kebijakan itu dengan menerapkan tarif impor terhadap produk-produk AS.
Perang dagang antara dua perekenomian terbesar dunia ini sempat membangkitkan kekhawatiran besar di kalangan ekonomi dan politik, karena bisa menjerumuskan dunia ke dalam krisis global baru.
Perlambatan ekonomi juga bersifat struktural
Negosiator AS dan Cina minggu ini menandatangani apa yang disebut "Kesepakatan Perdagangan Fase Satu" menandai pendekatan baru anatara kedua adidaya ekonomi yang sedang bertikai itu. Washington dan Beijing sama-sama berjanji untuk tidak menerapkan tarif impor baru. Beijing juga menyatakan akan membeli barang-barang AS senilai 200 miliar dolar selama dua tahun ke depan.
Bank Dunia dalam sebuah laporan yang dirlis bulan ini mengatakan, pelemahan ekspor Cina terutama merupakan dampak dari perang dagang. Kekhawatiran ekonomi pada gilirannya menekan angka permintaan domestik.
Tetapi para analis juga mencatat bahwa perlambatan ekonomi Cina juga bersifat struktural, karena negara itu pada saat yang sama menghadapi tantangan demografis, seperti semakin berkurangnya jumlah orang di usia kerja.
Louis Kuijs, kepala ekonomi Asia di Oxford Economics mengatakan kepada kantor berita AFP, perlambatan pertumbuhan ekonomi di Cina adalah bagian dari "situasi normal baru" yang juga sering dihadapi oleh negara-negara lain dengan angka pertumbuhan tinggi.
hp/yf (afp, rtr, ap)
Pelaku Bisnis dan Peristiwa Ekonomi Paling Mencuri Perhatian Sepanjang 2019
Dari perang dagang AS-Cina, hingga kesepakatan Brexit yang terus tertunda, Inilah peristiwa ekonomi paling mencuri perhatian yang pernah terjadi sepanjang tahun 2019.
Foto: AFP/M. Medina
Sikat toilet berwujud Donald Trump
Perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat ternyata menimbulkan tren unik. Sikat toilet berwujud Donald Trump ini laris manis dibeli oleh warga Cina sebagai bentuk dukungan terhadap pemerintahnya. Barang ini sempat menjadi trending pencarian dan dihargai sekitar 20 yuan atau Rp 36 ribu. Tren ini muncul setelah pemerintah Cina menentang kebijakan Trump.
Foto: Getty Images/AFP/STR
Cina-AS sepakat akan hapus tarif dagang
Perang dagang Cina-AS akhirnya memasuki babak baru. Kedua belah pihak sepakat untuk menghapus tarif dagang yang diberlakukan masing-masing negara. Pembicaraan kesepakatan perdamaian antar kedua negara menghasilkan kesepakatan fase pertama, yang berarti kedua negara harus meninjau kembali semua tarif tambahan dengan proporsi yang sama secara keseluruhan.
Foto: AFP/M. Medina
'Hidup dan Mati' Huawei
Masih ingat pemblokiran AS terhadap Huawei? Kebijakan ini diyakini sebagai salah satu akibat perang dagang Cina-AS. Pemerintah AS yang khawatir akan adanya spionase Cina, mengeluarkan kebijakan melarang perusahaan AS melakukan bisnis dengan raksasa telekomunikasi tersebut.
Pabrik gigafactory Tesla di Jerman
Keputusan Tesla untuk membangun pabrik mobil listrik Gigafactory pertama di Eropa, disambut baik di Jerman. Gigafactory senilai 4 miliar euro ini dibangun di Gruennheide di negara bagian Brandenburg, dan bakal menciptakan ribuan lapangan kerja baru. Pendiri Tesla Elon Musk mengatakan tidak memilih Inggris karena drama Brexit, dan memilih Jerman karena "engineering yang luar biasa".
Foto: Getty Images/S. Gallup
Drama penundaan Brexit
Lagi dan lagi, keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa kembali untuk kesekian kalinya ditunda hingga akhir Januari 2020. Brexit sebelumnya sudah ditunda tiga kali. Pasca kemenangan Boris Johnson dalam pemilu parlemen Inggris baru-baru, proses Brexit kelihatannya akan lebih lancar. Para pemimpin Uni Eropa kini punya tugas berat menegosiasikan kesepakatan dagang dengan Inggris.
Foto: Reuters/F. Lenoir
Kesalahan sistem operasi Boeing 737 Max
Setelah terjadi dua kali kecelakaan fatal dalam selang waktu lima bulan, akhirnya Maret 2018 Boeing menghentikan penerbangan pesawat 737 Max-nya di seluruh dunia. Para penyelidik mempertanyakan fungsi sistem anti-stall MCAS yang tidak berfungsi baik. Beberapa pilot juga mengeluh tentang sulitnya mengendalikan pesawat selama lepas landas. Boeing akhirnya memutuskan menghentikan produksi 737 Max.
Foto: AFP/Getty Images/M. Ralston
Aramco pecahkan rekor IPO terbesar di Dunia
Peristiwa bisnis paling menguntungkan tahun ini terjadi kepada raksasa minyak Arab Saudi, Aramco, yang melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Perusahaan ini melakukan IPO terbesar dalam sejarah karena meraup 25,5 miliar dolar AS atau Rp 353 triliun. Harga ini mengalahkan rekor IPO terbesar sebelumnya yang dipegang perusahaan teknologi asal Cina, Alibaba.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Nabil
Lagarde pimpin Bank Sentral Eropa
Mantan Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde, ditunjuk menggantikan Mario Draghi untuk memimpin Bank Sentral Eropa. Lagarde menggantikan Draghi yang sebelumnya telah menjabat selama delapan tahun. Tahun lalu, Lagarde menempati posisi ketiga dalam daftar perempuan paling berpengaruh di dunia versi majalah Forbes. (pkp/hp)