1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

250708 China Wirtschaft

25 Juli 2008

Politbiro Partai Komunis mengelar pertemuaan darurat untuk membahas situasi ekonomi Cina. Melambungnya inflasi serta anjloknya ekspor mengancam laju pertumbuhan negara berpenduduk terbanyak dunia ini.

Foto: DW-Montage

Edisi luar negeri media resmi Renmin Ribao melaporkan, pemerintah harus berhasil menurunkan tingkat inflasi yang kini mencapai 7,1 persen tanpa mengusik pertumbuhan ekonomi Cina. Andy Xie, seorang pengamat independen di Shanghai menilai, pemerintah akan meluncurkan sejumlah kebijakan konkret:

"Saya rasa, pemerintah akan mengubah haluan politik ekonomi Cina. Perekonomian kami berada dalam masa peralihan yang dimulai dengan anjloknya ekspor Cina. Biaya produksi terus naik sementara pasar makin lemah. Sebenarnya, pemerintah Cina memiliki aset besar. Beijing dapat meredam dampak kemandegan ekonomi dengan berinvestasi dalam proyek perbaikan infrastruktur. Masalah lain adalah tingginya tingkat inflasi, ini dapat memicu kericuhan dalam masyarakat. Saya kira, pemerintah tidak akan mengubah kebijakan suku bunga. Dalam 12 bulan ke depan pemerintah akan mengucurkan dana dalam jumlah besar, memberlakukan kebijakan mata uang yang restriktif dan mempertahankan kurs mata uang yang stabil."

Pekan lalu, petinggi pemerintah dan Partai Komunis berkeliling Cina untuk menyaksikan langsung situasi perekonomian di daerah-daerah. Presiden Hu Jintao misalnya berkunjung ke Shangdong, sementara Perdana Menteri Wen Jiabao hari Minggu lalu menuntaskan kunjungan kilat ke kawasan boom ekonomi Cina, yaitu Provinsi Guangdong, Zhejiang, Jiangsu dan Shanghai. Di Provinsi Guanghdong di selatan Cina dalam bulan-bulan belakangan terjadi peralihan dari produksi yang menelan energi dan jam kerja tinggi ke produk teknologi termutakhir. Menurut pakar ekonomi Andy Xie, ini adalah salah satu penyebab menurunnya ekspor Cina.

"Dulu Cina menawarkan tenaga kerja murah dan lahan yang luas. Perusakan lingkungan tidak ditindak-lanjuti dan energi tergolong sangat murah. Tapi, faktor-faktor itu sudah tidak berlaku lagi. Sekarang, penawaran dan permintaan bisa dikatakan seimbang. Dan bila permintaan naik, maka harga ikut melambung. Dulu harga barang tetap stabil walau jumlah permintaan naik. Upah buruh misalnya tidak berubah antara 1995 dan 2005. Tapi sekarang pertumbuhan ekonomi berdampak langsung pada proses kenaikan gaji dan upah buruh."

Menurut statistik resmi, pertumbuhan ekonomi Cina di kuartal kedua melemah 0,5 persen menjadi 10,1 persen. Ini adalah tingkat pertumbuhan terendah sejak tahun 2005. Tahun lalu, ekonomi Cina masih tumbuh 12 persen. Faktor utama yang menghambat boom ekonomi Cina adalah penurunan ekspor. Bulan lalu, ekspor Cina berkurang menjadi 17,6 persen. Menurut para pakar, dalam paruh kedua tahun ini, jumlah ekspor Cina akan terus menurun sampai kisaran di bawah sepuluh persen. (zer)