1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Ekonomi Berkembang,Tapi Kesenjangan Makin Besar

16 Oktober 2017

Secara makro, perekonomian Indonesia sedang berkembang menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Namun di beberapa sektor penting, kesenjangan makin menganga.

Slum in Jakarta Archiv 2013
Foto: AFP/Getty Images/Bay Ismoyo

Selama 10 tahun terakhir, perekonomian Indonesia tumbuh dua kali lipat dan kini mencapai volume 932 miliar dolar AS. Namun dibandingkan dengan negara-negara tetangganya, Indonesia masih tertinggal jauh dalam pembangunan infrastruktur. Sementara 28 juta penduduknya masih hidup dalam kemiskinan.

Jika dicermati secara lebih mendalam, perekonomian Indonesia belum benar-benar bangkit secara merata: pertumbuhan kredit tetap kecil. Gambaran ini jadi lebih kompleks jika ditinjau perbedaan besar dalam angka pertumbuhan di berbagain kawasan, dengan variasi tingkat pertumbuhan antara negatif sampai lebih dari 7 persen.

"Ini adalah kawasan ekonomi yang cukup besar dengan banyak potensi, tapi yang penting adalah bagaimana mencapai pertumbuhan berkelanjutan pada tingkat yang relatif tinggi. Ini lebih penting daripada indikator-indikator ekonomi makro, " kata Euben Paracuelles, pakar ekonomi di Nomura Holdings Inc. Singapura.

Angka pertumbuhan ekonomi cukup stabil, tapi kesenjangan antara kaya miskin makin melebarFoto: Bay Ismoyo/AFP/Getty Images

Pertumbuhan berkelanjutan

Mempertahankan tingkat pertumbuhan memang sangat penting untuk dapat menarik minat investor asing. 20 tahun setelah krisis keuangan Asia yang juga mengguncang Indonesia, cadangan devisa kini mencapai rekor tertinggi dengan 129 miliar dolar AS. Arus masuk di pasar obligasi juga mendekati angka rekor.

S&P Global Ratings pada Mei lalu bergabung dengan dua perusahaan pemeringkat utama lainnya dalam memberikan status "investment grade" untuk Indonesia, sebuah imbalan positif pada politik anggaran yang lebih hati-hati. Mata uang Rupiah tahun ini berhasil dipertahankan stabil, bahkan menguat 2,3 persen terhadap dolar AS dibanding pada 2016.

Trend ini "menandakan bagaimana Indonesia sekarang naik menjadi kelompok negara berpenghasilan menengah," kata Perry Warjiyo, wakil gubernur di Bank Indonesia. "Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, perkembangan itu juga menandakan dasar-dasar ekonomi yang cukup kuat dan tangguh," tandasnya.

Pembangunan infrastruktur saja tidak menyelesaikan masalah ketimpangan sosialFoto: picture alliance/dpa/A. Rante

Gap Infrastruktur

Program pembangunan pemerintahan Jokowi saat ini fokus pada pembangunan infrastruktur: jalan, jalur kereta api dan pelabuhan laut serta udara. Targetnya adalah pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen pada 2018, sasaran tertinggi dalam lima tahun.

Tapi defisit infrastruktur masih sangat besar. Bank Dunia memperkirakan ada defisit infrastruktur senilair 1,5 triliun US Dolar Berarti, Indonesia dalam beberapa tahun ke depan tetap perlu pinjaman dari luar negeri senilai 500 miliar US Dolar setiap tahun.

Karena minimnya investasi sebelum era Jokowi, tingkat pertumbuhan belanja pemerintah per kapita di Indonesia jauh lebih rendah dibanding Vietnam, China, India dan Malaysia, kata Bank Dunia. Investasi publik tumbuh hanya setengah dari laju ekonomi dari tahun 2005 sampai 2015. Kualitas infrastruktur juga jauh tertinggal dari wilayah dan pasar negara berkembang lainnya.

Tekanan Anggaran

Penerimaan pajak Indonesia sebagai pangsa PDB juga tetap menjadi salah satu yang paling rendah di kawasan Asia Tenggara. Menurut perkiraan OECD angkanya hanya 12 persen pada tahun 2015. Lalu turun lagi menjadi hanya 10,3 persen, hal yang membuat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bulan Juli mengeluarkan pernyataan bahwa pendapatan dari pajak begitu "rendah dan tidak dapat diterima."

Menkeu Sri Mulyani ingin mendongkrak pendapatan pajak hingga mencapai rasio 16 persen sampai 2019, sebuah target yang dinilai ambisius. Melalui program amnesti pajak yang berakhir tahun ini, pemerintah berhasil meraup senilai lebih dari 11 miliar US Dolar dari pembayaran denda amnesti pajak.

Dalam upaya mengurangi kemiskinan, ada beberapa kemajuian, namun masih terdapat sekitar 28 juta penduduk miskin. Tingkat kemiskinan resmi adalah 10,6 persen pada bulan Maret, atau hanya 0,2 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Bank Dunia mengatakan, sejumlah besar penduduk tetap rentan terhadap guncangan ekonomi. Lebih 60 juta orang berisiko jatuh kembali ke dalam kemiskinan. Sementara upah bulanan rata-rata naik 24 persen sampai Februari tahun ini, dengan kecenderungan timpang, karena kelompok pendapatan yang lebih tinggi mengalami pertumbuhan lebih cepat daripada kelompok berpenghasilan rendah.

hp/as (bloomberg,rtr)