Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi hanya tumbuh 3% sepanjang tahun 2021. INDEF juga memprediksi tingkat inflasi bisa mencapai 2,5% dan tingkat pengangguran terbuka (TPT) meningkat 7,8%.
Iklan
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memproyeksi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh sebesar 3% sepanjang 2021 ini. Lantaran, pemerintah Indonesia dinilai belum mampu juga mengatasi pandemi COVID-19. Selama pandeminya masih tumbuh subur, maka angan-angan pemulihan ekonomi masih sangat jauh dari jangkauan.
"Pemerintah optimis sekali memperkirakan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 4-5%. Perkiraan pertumbuhan ini tidak berdasar pada fakta yang sebenarnya dari perkembangan COVID-19 yang buruk dan kapasitas kebijakan pemerintah yang rendah dalam mengatasinya. Karena itu, pertumbuhan ekonomi tahun 2021 diperkirakan hanya sebesar 3%, kecuali ada perubahan kebijakan yang lebih baik dalam mengatasi pandemi," tulis Ekonom senior Indef Didik J Rachbini di Jakarta dalam rilis catatan awal tahun 2021 yang diterima detikcom, Jumat (08/01).
Indikator lainnya yang diramal tak membaik adalah tingkat inflasi yang bisa mencapai 2,5% dan tingkat pengangguran terbuka (TPT) meningkat 7,8%.
TPT selama pandemi meningkat hampir dua kali lipat sebesar 7,8% (10,4 juta jiwa). Di balik tingkat pengangguran tersebut masih ada pengangguran terselubung, yang jumlahnya dua kali lipat dari pengangguran terbuka.
Pada tahun 2021, terdapat pengangguran tambahan sebesar 1,1 juta orang sebagai akibat COVID-19 dan sekitar 2,6 juta orang angkatan kerja baru yang tidak terserap sehingga tambahan pengangguran totalnya tahun 2021 sebesar 3,6 juta orang.
"Masalah pengangguran ini menjadi faktor krusial dalam proses pemulihan ekonomi pada tahun 2021. Yang lebih memprihatinkan adalah robohnya pilar industri bahkan sebelum pandemi," katanya.
7 Pengusaha Yang Raup Untung Selama Pandemi Corona
Banyak industri yang terpukul oleh krisis virus corona. Tetapi ada juga bisnis yang mengeruk keuntungan besar di masa pandemi.
Foto: Pawan Sharma/AFP/Getty Images
Jeff Bezos, Amazon
Pendiri Amazon Jeff Bezos tentu bermain di kelas tersendiri. Perusahaan e-commerce miliknya dengan cepat melejit selama pandemi Covid-19. Nilai saham Amazon terus menerus mencatat rekor baru, membuat Jeff Bezos menjadi orang terkaya, yang makin kaya lagi selama krisis virus corona, dengan nilai kekayaan USD 193 miliar menurut majalah Forbes.
Foto: Dennis Van TIne/Star Max//AP Images/picture alliance
Elon Musk, Tesla
Perusahaan Tesla milik Elon Musk memang membuat mobil, tetapi di bursa harga sahamnya melejit seperti roket meluncur ke antariksa. Tesla termasuk perusahaan yang mengeruk keuntungan dari antusiasme selama pandemi. Beberapa waktu lalu, Elon Musk menyalip Bill Gates (Microsoft) dalam daftar orang terkaya dunia dan kini menempati peringkat kedua, dengan kekayaan sekitar USD 132 miliar.
Foto: Getty Images/M. Hitij
Eric Yuan, Zoom
Meningkatnya jumlah orang yang bekerja dari rumah di masa pandemi, menjadi keuntungan besar bagi Eric Yuan. Pendiri Zoom ini pindah dari Cina ke AS ketika dia berusia 27 tahun. Dia meluncurkan platform komunikasi videonya Zoom di pasar bursa pada 2019. Sejak pecahnya krisis virus corona, nilai sahamnya ibarat meledak. Eric Yuan diperkirakan memiliki kekayaan sekitar USD 19 miliar.
Foto: Kena Betancur/Getty Images
John Foley, Peloton
Tahun 2013, John Foley masih berkeliling kesana-kemari mempromosikan peralatan fitnesnya. Di saat pandemi, ketika banyak orang harus tinggal di rumah dan banyak tempat olahraga ditutup, makin banyak orang yang membeli peralatan olahraga rumah dari Peloton. Saham perusahaan ini melonjak tiga kali lipat selama pandemi, dan membuat John Foley yang berusia hampir 50 tahun menjadi miliarder.
Foto: Mark Lennihan/AP Photo/picture alliance
Tobias Lütke, Shopify
Shopify memungkinkan pedagang membuat toko online mereka sendiri - dikembangkan oleh Tobias Lütke. Lahir di Koblenz, Jerman, dia beremigrasi ke Kanada 2002 dan mengembangkan bisnisnya dari garasi. Saat ini, Shopify adalah perusahaan paling berharga di Kanada. Majalah Forbes menaksir kekayaan Tobias Lütke yang berusia 39 tahun sekitar USD 9 miliar.
Foto: Wikipedia/Union Eleven
Ugur Sahin, BioNTech
Awal Januari, Ugur Sahin mulai mengembangkan vaksid Covid-19, dengan perusahaan yang dia dirikan bersama istrinya, Özlem Türeci: BioNTech. Insting bisnis suami-istri keturunan Turki ini ternyata membuahkan hasil. Nilai saham yang mereka miliki di BioNTech, yang bekerjasama dengan raksasa farmasi AS Pfizewr, diperkirakan mencapai USD 2,4 miliar.
Foto: BIONTECH/AFP
Dominik Richter, HelloFresh
Perusahaan layanan makanan HelloFresh langsung berkembang pesat di masa pandemi Covid-19. Keuntungannya naik lebih dari tiga kali lipat, menurut laporan terbaru yang dirilis awal November. Salah satu pendirinya, Dominik Richter, berhasil memanfaatkan situasi, di mana banyak restoran harus ditutup. Dia memang belum berada di liga para milarder, tetapi sedang menuju ke sana. (hp/as)
Foto: Bernd Kammerer/picture-alliance
7 foto1 | 7
Indikator lain mandeknya pertumbuhan ekonomi tahun ini adalah tingkat kemiskinan menjadi 10,5% dan nilai tukar mata uang rupiah diproyeksi melemah jadi Rp 14.800 terhadap dolar.
"Perkiraan tingkat kemiskinan 10,5%. Tetapi jumlah penduduk yang hampir miskin (near poor) masih jauh lebih banyak dari angka kemiskinan dengan garis batas kemiskinan yang rendah," terangnya.
Jika garis batas ditingkatkan maka lebih banyak lagi kasus kemiskinan tersebut, yang masuk kategori hampir miskin dan sesungguhnya memang miskin.
Tingkat pengangguran yang meningkat akan mendorong tambahan penduduk miskin baru, khususnya yang berasal dari kelompok di atas garis kemiskinan. (Ed: rap/ha)