Eks Wartawan Perang Divonis 7 Bulan Penjara di Bali
9 Maret 2017
Eks koresponden perang David Fox asal Inggris dijatuhi hukuman ringan 7 bulan penjara di Bali karena kepemilikan ganja.
Iklan
Eks wartawan David Fox, 55 tahun, dinyatakan bersalah kerena mengkonsumsi narkoba di Bali dan dijatuhi hukuman tujuh bulan penjara. Vonis itu dijatuhkan di pengadilan Denpasar.
Mantan koresponden perang yang pernah bekerja untuk kantor berita Reuters itu ditangkap dengan beberapa gram ganja.
Hukumannya akan dipotong dengan masa tahanan sejak penangkapannya bulan Oktober tahun lalu. Berarti dia bisa bebas bulan Mei mendatang.
Fox mengatakan, dia menggunakan ganja untuk pengobatan dan menghilangkan stres karena banyak meliput daerah konflik.
Kejahatan narkotika di Indonesia bisa diganjar hukuman berat karena UU anti narkoba yang sangat keras dengan hukuman maksimal hukuman mati bagi pengedar narkotika.
Tapi dalam kasus ini, jaksa memuji kesopanan David Fox yang juga mengakui kesalahannya selama persidangan. Fox menyatakan dia kecanduan obat karena mencoba menangani stres pasca-trauma dalam pekerjaannya di daerah konflik.
David Fox bekerja untuk kantor berita Reuters selama lebih dari 20 tahun dan meliput berbagai konflik, antara lain di Bosnia, Rwanda, Pakistan, Afghanistan dan Irak. Dia meninggalkan Reuters pada tahun 2011.
Terdakwa "telah secara sah dan meyakinkan terbukti bersalah melakukan kejahatan penggunaan tidak sah dari narkotika," kata hakim ketua Erwin Djong dalam sidang pengadilan.
Djong kemudian menyatakan vonis selama tujuh bulan penjara potong masa tahanan. Vonis itu lebih rendah daripada tuntutan jaksa.
Warga Inggris itu sudah tinggal beberapa tahun di Bali. Dia ditahan setelah penangkapan seorang warga Australia Giuseppe Serafino yang memiliki sebuah bar di Bali.
Polisi sebelumnya menggerebek rumah warga Australia Giuseppe Serafino di kawasan Sanur, selatan Bali, setelah mendapat laporan dari penduduk setempat tentang orang asing yang tinggal di sana dan sering menggunakan narkoba.
Di rumah itu, polisi menemukan sekitar tujuh gram ganja. Serafino lalu menyebut David Fox sebagai orang yang membantu dia membeli ganja itu dari orang lain. Polisi lalu menahan David Fox dan menemukan 10 gram ganja di sakunya.
Giuseppe Serafino juga diajukan ke pengadilan dan akan dijatuhi hukuman minggu depan.
10 Keajaiban Medis Mariyuana
Ganja bila disalahgunakan bisa merusak kesehatan. Tapi dalam dosis yang tepat, tumbuhan yang satu ini bisa menyelamatkan nyawa manusia dari berbagai jenis penyakit. Berikut manfaat ganja yang telah dibuktikan oleh sains
Foto: Novartis Vaccine
Mencegah Serangan Epilepsi
Tahun 2013 lalu peneliti Virginia Commonwealth University menemukan senyawa dalam mariyuana bisa mencegah serangan Epilepsi. Studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah, Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics, itu menyebut senyawa Cannabinoids bekerja dengan mengikat sel otak yang bertanggungjawab mengatur rangsangan dan rasa tenang pada manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sultan
Meringankan Glaukoma
Sejak lebih dari sepuluh tahun silam National Eye Institute di Amerika Serikat telah menyarankan penggunaan ganja untuk mengurangi gejala Glaukoma. Penyakit ini memicu pembesaran bola mata yang kemudian menekan saraf mata dan menyebabkan gangguan penglihatan. Mengkonsumsi ganja dengan menghisapnya, menurut NEI, dapat meringankan tekanan pada saraf mata.
Foto: picture-alliance/dpa/Leukert
Memerangi Alzheimer
Sebuah studi yang dipublikasikan di The Journal of Alzheimer’s Disease mengungkap, dosis kecil Tetrahydrocannabinol, senyawa yang terdapat di dalam tumbuhan mariyuana, dapat memperlambat pembentukan plak amiloid yang membunuh sel otak dan bertanggungjawab atas penyakit Alzheimer. Selama eksperimen peneliti menggunakan minyak cannabis.
Foto: Colourbox
Membunuh Kanker
Pemerintah Amerika 2015 silam akhirnya mengakui khasiat Mariyuana memerangi penyakit Kanker. Sebelumnya sebuah studi yang dipublikasikan di situs pemerintah cancer.org mengungkap senyawa Cannabinoids mampu membunuh sel Kanker dan memblokir sejumlah pembuluh darah yang dibutuhkan Tumor untuk tumbuh. Cannabinoids antara lain efektif mengobati penyakit kanker usus, kanker payudara dan kanker hati
Foto: Imago/Science Photo Library
Redam Efek Kemoterapi
Berbagai studi mengungkap ganja sangat efektif meredakan dampak samping kemoterapi, yakni rasa mual, muntah dan hilang nafsu makan. Badan Pengawas Obat AS, FDA, sejak beberapa tahun telah mengizinkan terapi obat-obatan berbasis Cannabinoid untuk pasien kanker yang menjalani Kemoterapi.
Foto: Frederic J. Brown/AFP/Getty Images
Meredakan Penyakit Autoimun
Autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh manusia membunuh sel-sel sehat ketibang memerangi penyakit. Hasilnya organ tubuh sering diserang radang. Tahun 2014 silam peneliti dari University of South Carolina menemukan senyawa THC di dalam ganja mampu mengubah molekul dalam DNA yang bertanggungjawab mempercepat proses peradangan. Sejak saat itu Cannabis digunakan untuk merawat pasien Autoimun.
Foto: bzga
Melindungi Otak
Peneliti dari University of Nottingham berhasil membuktikan bahwa ganja mampu melindungi otak dari kerusakan yang disebabkan serangan stroke. Studi tersebut menyebut ganja membatasi area di dalam otak yang terkena dampak stroke. Kendati belum diuji klinis, temuan tersebut memperkuat teori lain bahwa mariyuana juga mampu meminimalisir kerusakan akibat trauma atau geger otak.
Foto: Colourbox
Menghambat Sklerosis Ganda
Sklerosis Ganda adalah gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang merusak lapisan lemak pelindung saraf manusia. Akibatnya saraf mengeras dan menyebabkan kejang-kejang yang memicu rasa sakit luar biasa. Sebuah studi yang dipublikasikan di Canadian Medical Association Journal tahun lalu menyebut Cannabis dapat meringankan gejala kejang pada pasien Sklerosis Ganda.
Foto: picture-alliance/dpa
Meringankan Rasa Sakit
Sebagian penderita Diabetes mengalami kerusakan saraf di bagian kaki dan tangan. Gejalanya adalah rasa terbakar di bagian tubuh tersebut. Belum lama ini peneliti University of California menemukan Cannabis efektif meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh kerusakan saraf. Namun hingga kini Badan Pengawasan Obat AS, FDA, belum memberikan lampu hijau buat terapi ganja untuk pasien Diabetes
Meringankan Efek Samping Hepatitis C
Serupa obat Kanker, terapi obat buat meredam Hepatitis C picu efek samping seperti lelah, mual, otot pegal, kehilangan nafsu makan dan depresi. Namun studi yang diterbitkan di European Journal of Gastroenterology and Hepatology, mengungkap lebih dari 86% pasien mampu menuntaskan terapi Hepatitis C dengan mengkonsumsi ganja. Cannabis diyakini mampu meredam efek samping terapi Hepatitis C