Buntut Eksekusi Mati, Iran Hentikan Dialog dengan Saudi
14 Maret 2022
Perundingan rahasia yang dimediasi pemerintah Irak di Baghdad sedianya diadakan untuk meredakan krisis di Yaman. Eksekusi massal terhadap minoritas Syiah oleh Saudi akhir pekan silam memicu eskalasi baru.
Ilustrasi permusuhan Arab Saudi dan IranFoto: Zoonar/picture alliance
Iklan
Reaksi Iran datang pada Minggu (13/3), sehari setelah Arab Saudi mengumumkan eksekusi mati terhadap 81 narapidana. Situs berita Iran, Nournews, melaporkan pemerintah secara sepihak menunda perundingan dengan Arab Saudi di Baghdad.
Sejak setahun terakhir kedua negara berunding secara diam-diam untuk memulihkan hubungan diplomasi. Beberapa hari silam, Kementerian Luar Negeri di Teheran masih mengumumkan putaran kelima perundingan dengan Arab Saudi dijadwalkan berlanjut pada Rabu (16/3).
Pada Sabtu (12/3) malam, sebanyak 81 narapidana di Arab Saudi menjemput ajal di tangan algojo sebagai ganjaran atas beragam tindak kriminal, mulai dari pembunuhan hingga afiliasi dengan kelompok militan.
Dewan HAM Saudi di Eropa (ESOHR) mencatat puluhan terpidana berasal dari kelompok minoritas Syiah. Sejumlah kasus tergolong sebagai delik ringan, seperti paritispasi dalam aksi demonstrasi terlarang. Kendati begitu semua terpidana mendapat vonis yang sama.
Menengok Hak Perempuan di Arab Saudi
Arab Saudi sudah mengumumkan akan mengizinkan perempuan untuk memiliki surat izin mengemudi tanpa harus ada izin dari "penjaga legal". Untuk itu perjuangannya panjang.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Ammar
1955: Sekolah pertama buat anak perempuan, 1970: Universitas pertama
Dulu, anak perempuan Arab Saudi tidak bisa bersekolah seperti murid-murid sekolah di Riyadh. Penerimaan murid di sekolah pertama untuk perempuan, Dar Al Hanan, baru dimulai 1955. Sementara Riyadh College of Education, yang jadi institusi pendidikan tinggi untuk perempuan, baru dibuka 1970.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
2001: Kartu identitas untuk perempuan
Baru di awal abad ke-21, perempuan bisa mendapat kartu identitas. Padahal kartu itu adalah satu-satunya cara untuk membuktikan siapa mereka, misalnya dalam cekcok soal warisan atau masalah properti. Kartu identitas hanya dikeluarkan dengan dengan izin dan diberikan kepada muhrim. Baru tahun 2006 perempuan bisa mendapatkannya tanpa izin muhrim. 2013 semua perempuan harus punya kartu identitas.
Foto: Getty Images/J. Pix
2005: Kawin paksa dilarang - di atas kertas
Walaupun 2005 sudah dilarang, kontrak pernikahan tetap disetujui antara calon suami dan ayah pengantin perempuan, bukan oleh perempuan itu sendiri.
Foto: Getty Images/A.Hilabi
2009: Menteri perempuan pertama
Tahun 2009, King Abdullah menunjuk menteri perempuan pertama. Noura al-Fayez jadi wakil menteri pendidikan untuk masalah perempuan.
Foto: Foreign and Commonwealth Office
2012: Atlit Olimpiade perempuan pertama
2012 pemerintah Arab Saudi untuk pertama kalinya setuju untuk mengizinkan atlit perempuan berkompetisi dalam Olimpiade dengan ikut tim nasional. Salah satunya Sarah Attar, yang ikut nomor lari 800 meter di London dengan mengenakan jilbab. Sebelum Olimpiade dimulai ada spekulasi bahwa tim Arab Saudi mungkin akan dilarang ikut, jika mendiskriminasi perempuan dari keikutsertaan dalam Olimpiade.
Foto: picture alliance/dpa/J.-G.Mabanglo
2013: Perempuan diizinkan naik sepeda dan sepeda motor
Inilah saatnya perempuan untuk pertama kalinya diizinkan naik sepeda dan sepeda motor. Tapi hanya di area rekreasi, dan dengan mengenakan nikab dan dengan kehadiran muhrim.
Foto: Getty Images/AFP
2013: Perempuan pertama dalam Shura
Februari 2013, King Abdullah untuk pertama kalinya mengambil sumpah perempuan untuk jadi anggota Syura, atau dewan konsultatif Arab Saudi. Ketika itu 30 perempuan diambil sumpahnya. Ini membuka jalan bagi perempuan untuk mendapat posisi lebih tinggi di pemerintahan.
Foto: REUTERS/Saudi TV/Handout
2015: Perempuan memberikan suara dalam pemilu dan mencalonkan diri
Dalam pemilihan tingkat daerah di tahun 2015, perempuan bisa memberikan suara, dan mencalonkan diri untuk dipilih. Sebagai perbandingan: Selandia Baru adalah negara pertama, di mana perempuan bisa dipilih. Jerman melakukannya tahun 1919. Dalam pemilu 2015 di Arab Saudi, 20 perempuan terpilih untuk berbagai posisi di pemerintahan daerah, di negara yang monarki absolut.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Batrawy
2017: Perempuan pimpin bursa efek Arab Saudi
Februari 2017, untuk pertama kalinya bursa efek Arab Saudi mengangkat kepala perempuan dalam sejarahnya. Namanya Sarah Al Suhaimi.
Foto: pictur- alliance/abaca/Balkis Press
2018: Perempuan akan diijinkan mengemudi mobil
September 26, 2017, Arab Saudi mengumumkan bahwa perempuan akan segera diizinkan untuk mengemudi mobil. Mulai Juni 2018, perempuan tidak akan perlu lagi izin dari muhrim untuk mendapat surat izin mengemudi. Dan muhrim juga tidak harus ada di mobil jika mereka mengemudi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Jamali
2018: Perempuan akan diijikan masuk stadion olah raga
29 Oktober 2017, Badan Olah Raga mengumumkan perempuan akan boleh menonton di stadion olah raga. Tiga stadion yang selama ini hanya untuk pria, juga akan terbuka untuk perempuan mulai 2018.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
2019: Perempuan Saudi akan mendapat notifikasi melalui pesan singkat jika mereka diceraikan
Hukum baru dirancang untuk lindungi perempuan saat pernikahan berakhir tanpa sepengetahuan mereka. Perempuan dapat cek status pernikahannya online atau dapat fotokopi surat tanda cerai dari pengadilan. Hukum ini tak sepenuhnya lindungi perempuan karena cerai hanya dapat diajukan dalam kasus terbatas dengan persetujuan suami atau jika suami lakukan tindak kekerasan. (Penulis: Carla Bleiker, ml/hp)
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Ammar
12 foto1 | 12
Minoritas Syiah sejak lama mengeluhkan perlakuan sebagai warga kelas dua di Arab Saudi. Kebanyakan bermukim di wilayah timur, berbatasan dengan Bahrain yang juga bermayoritaskan Syiah. Riyadh selama ini tidak ragu menggunakan hukuman mati untuk mendamaikan paksa penduduk di kawasan kaya minyak tersebut.
Ketegangan baru di Timur Tengah
Strategi serupa sebenarnya juga dijalankan rezim di Teheran hingga kini. Tapi pada Minggu, Kementerian Luar Negeri Iran mengecam eksekusi oleh Saudi sebagai "tindak tidak manusiawi yang melanggar prinsip dasar hak asasi manusia dan hukum international,” kutip media-media nasional Iran.
Perundingan di Baghdad dimulai secara diam-diam tahun lalu untuk mencari jalan keluar dari situasi pelik di Yaman. Di negeri miskin itu, Riyadh menggalang koalisi yang melancarkan serangan udara brutal untuk menyokong pemerintahan resmi Yaman. Sebaliknya Iran bahu membahu dengan pemberontak Houthi melawan Khartoum.
Massa Pelayat Iringi Prosesi Pemakaman Jenderal Iran Qassem Soleimani
Ribuan orang berkumpul pada Senin (06/01) untuk mengikuti prosesi pemakaman Jenderal Qassem Soleimani di Teheran. Pemimpin Iran bersumpah "membalas dendam dengan keras" terhadap AS.
Foto: AFP/A. Kenare
Massa ingin menyentuh peti jenazah
Sebagai belasungkawa dan ucapan perpisahan, massa di Teheran bergantian ingin ikut menyentuh peti jenazah jenderal yang terbunuh dalam serangan drone AS di Baghdad, Irak. Jenazah Jenderal Qassem Soleimani diterbangkan ke Teheran, Senin (06/01). Massa meneriakkan kata-kata "Matilah Amerika!" dan "Balas Dendam!"
Foto: AFP/Office of Iran's Supreme Leader Ayatollah Ali Khamenei
Ayatollah menangis
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menangis ketika memimpin doa di depan peti jenazah. Khameini menyerukan "balas dendam berat" terhadap AS. Pengganti Soleimani yang menjadi pemimpin Quds, Esmail Qaani (kanan) juga menunjukkan emosi pada hari itu.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Iran Press TV
Pemakaman terbesar sejak 1989
TV pemerintah Iran mengatakan jumlah pelayat mencapai lebih dari satu juta orang, tetapi banyak yang memperkirakan bahwa jumlah sebenarnya kurang dari itu. Terlepas dari perdebatan itu, pemakaman ini adalah yang terbesar di Iran sejak pemakaman pendiri Republik Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini, tahun 1989.
Foto: AFP
Pemimpin yang populer
Soleimani adalah pemimpin militer yang cukup populer. Kematiannya ditangisi oleh banyak orang termasuk juga di kalangan militer Iran. Seorang jenderal Quds yang tidak disebutkan namanya terlihat tersungkur dan menangisi peti matinya.
Foto: AFP/Office of Iran's Supreme Leader Ayatollah Ali Khamenei
Putri Soleimani: "hari gelap" bagi AS
Anak perempuan Qassem Soleimani, Zeinab, berbicara dalam prosesi pemakaman. Dia mengatakan "hari-hari gelap" akan datang untuk AS. "Trump gila, jangan berpikir bahwa semuanya sudah berakhir dengan kemartiran ayah saya," katanya.
Foto: AFP/Office of Iran's Supreme Leader Ayatollah Ali Khamenei
"Kita semua adalam Soleimani"
Soleimani adalah pahlawan nasional bagi banyak orang di Iran, bahkan bagi mereka yang menyatakan sebagai bukan pendukung para pemimpin ulama Iran. Kematian Soleimani telah menyatukan warga Iran dari seluruh spektrum agama dan politik.
Foto: Reuters/WANA/N. Tabatabaee
"Pahlawan" militer
Kerumunan massa yang membawa bendera Iran berkumpul di depan gambar besar Soleimani ketika ia dianugerahi Ordo Zolfaghar, kehormatan militer tertinggi di Iran. Soleimani telah dinyatakan sebagai "pahlawan" militer. Jalan-jalan di Teheran banyak yang ditutup karena dipenuhi pelayat. (ae/hp)
Foto: AFP/A. Kenare
7 foto1 | 7
Tertundanya perundingan di Baghdad diputuskan ketika ketegangan baru menyapu kawasan Timur Tengah. Minggu (13/3) kemarin, Iran menyerang kantor konsuler Amerika Serikar di Irbil, Irak, sebagai balasan atas serangan Israel di utara Suriah yang menewaskan dua komandan Garda Revolusi pekan lalu.
Reaksi Teheran terhadap eksekusi massal oleh Saudi dikhawatirkan akan memicu eskalasi konflik di Timur Tengah, serupa tahun 2016 silam.
Saat itu, Arab Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah, Sheikh Nimr al Nimr. Buntutnya warga Iran mengamuk dan merusak dua kantor perwakilan Saudi di Teheran. Sebagai reaksi, Riyadh memutus hubungan diplomasi dengan Iran.
Eksekusi massal kali ini juga memicu aksi demonstrasi sporadis warga Syiah di Bahrain pada Sabtu (12/3) tengah malam. Bahrain merupakan negara mayoritas Islam Syiah, namun dipimpin oleh monarki Sunni. Penduduk di negara kepulauan itu tergolong yang paling sering menggugat nasib minoritas Syiah di Arab Saudi.