Sekalipun sektor ekonomi anjlok di masa corona, perusahaan Jerman mulai melihat harapan di pasar ekspor. Dibandingkan dengan angka bulan April, ekspor Jerman bulan Mei naik sembilan persen.
Iklan
Perusahaan-perusahaan Jerman bulan Mei lalu mengekspor barang senilai 80,3 miliar euro ke luar negeri, menurut data biro statistik Jerman, Statistisches Bundesamt.
Bagi sektor bisnis yang selama berbulan-bulan mengalami pukulan hebat karena pandemi corona, angka ini memberi secercah harapan.
Dibandingkan dengan nilai ekspor tahun sebelumnya, angka dari bulan Mei tahun ini memang menunjukkan penurunan sekitar 30 persen. Namun dibandingkan dengan angka ekspor bulan April 2020, ada kenaikan sekitar sembilan persen.
Ada alasan untuk optimis
"Ekspor Jerman ke AS turun 26 persen dibanding tahun lalu. Ekspor ke Inggris malah turun hampir 47 persen", kata Jörg Zeuner dari Union Investment. "Tidak akan ada perbaikan yang cepat, karena tidak semua kawasan ekonomi pulih sama cepatnya dari krisis corona".
Namun para pengamat ekonomi mengatakan ada alasan untuk optimis. Pasalnya perkembangan ekspor bulan Mei jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sudah memperlihatkan kenaikan sembilan persen. Padahal data-data ekspor bulan Maret dan April, jika dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, menunjukkan penurunan drastis.
Bagaimana Virus Corona Ubah Pertanian dan Peternakan
Restriksi akibat COVID-19 ganggu berbagai sektor vital, termasuk juga pertanian dan peternakan. Mulai dari penutupan peternakan, hingga bertambahnya pertanian di perkotaan. Pandemi bisa ubah rantai makanan kita.
Foto: DW/K. Makoye
Peternakan Pabrik atau Factory Farming
Asal COVID-19 belum jelas. Tetapi pandemi belakangan ini, seperti flu burung dan flu babi kemungkinan besar berkembang di peternakan dalam bangunan dengan kepadatan tinggi. Karena kaitan antara peternakan seperti ini dan risiko pandemi sudah nyata, kemungkinan jenis peternakan ini harus ditinjau kembali.
Foto: picture alliance/Augenklick/Kunz
Keburukan Industri Daging Terungkap
Pandemi juga menunjukkan kondisi buruk industri produk daging. Jerman sudah melihat bagaimana virus COVID-19 merebak di antara pekerja pabrik daging. Lebih dari 1.550 pekerja perusahaan Tönnies tertular virus itu. Kini seruan makin kuat, agar regulasi di seluruh sektor industri daging diperbaiki.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Thissen
Menghentikan peternakan hewan liar
Pakar yakin, virus COVID-19 berasal dari hewan liar yang dijual di pasar kota Wuhan, Cina. Setelah pandemi muncul, Cina melarang perdagangan hewan liar, dan menutup hampir 20.000 peternakan hewan liar. Sebagian provinsi Cina kini berikan sokongan dari pemerintah untuk menolong peternak yang harus beralih menjadi petani atau beternak babi atau ayam.
Foto: Getty Images/AFP/M. Bernetti
Sektor yang lebih kuat
Pandemi sudah berdampak pada rantai makanan kita. Industri yang sudah dikembangkan untuk bisa memasok kebutuhan secara global, kini harus diperkecil menjadi skala lokal di banyak kasus. Kesulitan bagi petani: kurangnya makanan ternak dan juga kurangnya pekerja.
Foto: picture-alliance/dpa
Pertanian di perkotaan berkembang
Karena harus melewatkan lebih banyak waktu di rumah, semakin banyak orang yang mulai mencoba menanam sendiri kebutuhan pangannya. Ini bisa jadi kemajuan bagus untuk jangka panjang. Diperkirakan dua pertiga populasi dunia akan tinggal di perkotaan tahun 2050.
Foto: Imago/UIG
Kembalikan lahan ke alam
Diperkirakan penduduk dunia akan mencapai 10 miliar orang tahun 2050. Produksi bahan pangan harus bertambah, tetapi kekhawatiran akan semakin bertambahnya perusakan alam demi kepentingan produksi bahan pangan membuat orang semakin sering mempertimbangkan ulang bagaimana cara kita menggunakan lahan.
Foto: Kate Evans / Center for International Forestry Research (CIFOR)
Beralih ke makanan berbasis tanaman
Saat kesadaran akan bahaya pasar daging bertambah, Cina semakin beralih ke produk berbasis tanaman. Di negara-negara barat sudah ada tren makanan berbasis tanaman sejak beberapa tahun lalu. Dan ini kemungkinan akan semakin kuat mengingat konsumen semakin ingin tahu perihal asal daging yang mereka konsumsi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/C. Neibergall
Jaminan bahan pangan bagi negara berkembang
Pandemi COVID-19 diduga akan berakibat sangat berat bagi negara berkembang, terutama dalam hal terjaminnya bahan pangan. PBB sudah beberapa kali memberikan peringatan. Selain bantuan segera, mitigasi kelaparan yang makin meluas juga butuh proteksi tanah yang lebih baik, keragaman tanaman dan sokongan bagi petani. (Ed.: ml/gtp)
Foto: DW/K. Makoye
8 foto1 | 8
"Kalau dilihat angka-angka ini, ini adalah minggu yang baik bagi industri. Jumlah pemesanan, angka produksi, dan sekarang angka ekspor, semuanya plus”, kata Thomas Gitzel dari VP Bank.
Resesi masih akan berlangsung
"Pelonggaran lockdown di dalam dan luar negeri mulai berdampak positif", kata Thomas Gitzel. Namun dia juga mengingatkan, sebagian kapasitas produksi di Jerman masih tetap harus menunggu beberapa waktu, sampai bisa beroperasi penuh. "Gema pandemi corona masih akan lama terasa di pasar ekspor", katanya.
Perekonomian global saat ini memang sedang mengalami resesi setelah dilanda pandemi. Organisasi negara-negara industri OECD memperkirakan, perekonomian global tahun 2020 akan menyusut sampai 8,7 persen.
Komisi Eropa mengatakan, perekonomian di kawasan Uni Eropa tahun ini akan mengalami penyusutan sampai 8,7 persen, sedangkan ekonomi Jerman akan turun 6,3 persen.