Sepuluh ekor paus terdampar di perairan dangkal Aceh. Namun empat di antaranya tewas meski upaya evakuasi yang dilakukan nelayan, warga dan aparat gabungan.
Iklan
Nelayan Aceh Selamatkan Paus Terdampar
01:17
Nelayan Aceh Selamatkan Paus Terdampar
01:17
This browser does not support the video element.
Empat ekor paus sperma yang terdampar di pantai Aceh dikabarkan tewas meski upaya penyelamatan besar-besaran yang dilakukan nelayan, warga dan aparat gabungan. Ke-empat ekor paus tersebut termasuk kelompok berjumlah 10 ekor yang terdampat di pantai Ujong Kreung.
Regu penyelamat sempat menggiring sembilan ekor kembali ke laut. Tapi lima di antaranya kembali terdampar di perairan dangkal. Empat ekor kemudian meninggal akibat keletihan dan luka-luka yang diperkirakan akibat bergesekan dengan terumbu karang.
"Kami kesulitan mengevakuasi mereka lantaran kurangnya pengalaman dan peralatan," tutur Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh, Sapto Aji Prabowo.
"Tapi ini merupakan pelajaran yang baik buat kami karena Aceh adalah titik persinggahan berbagai jenis mamalia laut. Jadi di masa depan kami lebih siap menghadapi situasi seperti ini," imbuhnya.
Balai Konservasi SDA lokal akan melakukan otopsi terhadap empat ekor paus sperma yang tewas. Prabowo meyakini kelompok paus tersebut terdampar karena membuntuti pemimpinnya ke perairan dangkal. "Biasanya paus sperma menghindari laut dalam kalau mereka sakit. Dua di antaranya sakit. Jadi kami berasumsi pemimpinnya sakit dan kelompoknya mengikuti ke perairan dangkal atau tersasar."
Salah satu ekor paus mengalami luka kibat gesekan dengan terumbu karang, imbuh Prabowo. Ia mengatakan empat ekor paus yang tewas akan dikubur di pantai, tidak jauh dari lokasi terdampar.
Fenomena terdamparnya mamalia laut bukan hal langka di Indonesia. Tahun lalu delapan paus pilot tewas setelah terdampat di Jawa Timur. Mereka termasuk kelompok paus pilot bersirip pendek yang berjumlah belasan yang tersesat di perairan dangkal menyusul laut pasang.
Memburu Raksasa Laut
Perburuan terhadap ikan paus masih marak terjadi, meski sejak 1986 ada moratorium yang melarang penangakapan ikan paus untuk kebutuhan komersil.
Foto: picture-alliance/Robert Harding
Ikan paus yang diburu
Penangkapan paus belum menjadi bagian masa lalu. Walau pemburuan terhadap mamalia laut yang terancam punah ini dilarang sejak 1986, pemburu paus dari Norwegia, Islandia, dan Jepang terus melakukannya. Argumen pihak Jepang adalah pemburuan tersebut membantu penelitian ilmiah.
Foto: picture-alliance/dpa
Terancam punah
Sejak larangan penangkapan, banyak spesies paus jumlahnya menjadi stabil. Namun, Paus Biru, Paus Sirip, Paus Sei, Paus Sikat Selatan, dan Paus Sperma masih terancam keberadaannya. Paus adalah hewan mamalia dan panjangnya bisa mencapai 33 meter dan berat 190 ton. Hewan ini adalah salah satu hewan terbesar di bumi.
Foto: DW
Tradisi Jepang
Daging ikan paus sejak lama menjadi makanan orang Jepang. Khususnya tidak lama setelah perang dunia kedua, warga banyak mengkonsumsi daging ikan paus. Kantin-kantin sekolah dan kantor memilih daging paus karena lebih murah dari daging sapi. Tapi kini, hanya satu persen daging di Jepang yang berasal dari paus.
Foto: gemeinfrei
Makanan anjing
7.000 ton daging paus menumpuk di ruang pendingin di Jepang. Karena daging Paus Sirip tidak menemukan pembeli, sebuah perusahaan Jepang mengolahnya menjadi makanan anjing. Kini perusahaan tersebut mengumumkan untuk tidak lagi memproduksi makanan anjing dari daging paus. Protes dari organisasi perlindungan hewan internasional terlalu besar.
Foto: picture-alliance/dpa
Tidak peduli tekanan internasional
Banyak warga Jepang yang mendukung penangkapan paus dan memaki aksi para aktivis lingkungan. Mereka misalnya menyebut Greenpeace sebagai teroris lingkungan. Tekanan dunia internasional tidak dipedulikan. Bagi pemerintah Jepang ini urusan mahal. Dalam 25 tahun terakhir, penangkapan paus mendapat subsidi tahunan sebesar 6,3 juta Euro. .
Foto: picture-alliance/ dpa
Bukan kasus tunggal
Islandia dan Norwegia juga masih secara resmi melakukan penangkapan paus. Mereka mengajukan keberatan atas moratorium tahun 1986 dan merasa tidak terikat dengan larangan tersebut.
Foto: picture-alliance / dpa
Penangkapan paus yang diijinkan
Suku asli seperti Chukchi atau Inuit di Kanada mendapat ijin resmi untuk memburu ikan paus, selama tidak memperdagangkan produknya tersebut. Bagi mereka, pemburuan paus adalah tradisi yang sudah berjalan selama berabad-abad. Mamalia laut ini memberikan daging, minyak dan tulang bagi suku asli tersebut.
Foto: picture-alliance/empics
Greenpeace dan Sea Shepherd
Dilarangnya penangkapan paus juga berkat dukungan organisasi-organisasi lingkungan. Selama puluhan tahun mereka menggelar aksi spektakuler yang menarik perhatian massa akan pemburuan paus. Organisasi Sea Shepherd dikenal atas sikap yang kontroversial dan agresif dalam melindungi raksasa laut tersebut.
Foto: cc by John Guano sa 2.0
Whale Watching
Banyak negara yang dulunya melakukan penangkapan paus, kini menjalankan bisnis dengan Whale Watching atau menonton paus. Beberapa pengamat paus di Jepang dan Norwegia dulunya adalah penangkap paus. Kini mereka membagi pengetahuannya dengan para turis. Semakin banyak warga Jepang yang ingin hewan tersebut hidup di lautan bebas dibandingkan sebagai sajian di atas piring.