Perjalanan Jerman kandas setelah kalah melawan Inggris di babak 16 besar Euro 2020. Bagi Joachim Löw, berakhirnya turnamen juga berarti akhir kariernya sebagi kepala pelatih Jerman.
Iklan
Turnamen terakhir Jaochim Löw sebagai pelatih Jerman berakhir antiklimaks. Inggris berhasil menumbangkan Jerman di babak 16 besar Euro 2020 yang berlangsung di Stadion Wembley, Inggris pada Selasa (29/06) dengan skor 2-0. Gol pertama Inggris berhasil dicetak oleh Sterling di menit 75 dan Kane menggandakannya di menit 86.
Löw yang pada bulan Mei lalu mengumumkan bahwa ia akan pensiun setelah Euro 2020 pun hanya bisa menyesali hilangnya kesempatan tim yang ia asuh untuk meraih kejayaan di satu turnamen terakhir itu.
"[Kekalahan] ini kekecewaan besar bagi kami,” kata Löw kepada penyiar publik Jerman, ARD. "Kami berharap lebih dan sejatinya ada keyakinan di sana. Namun, dalam pertandingan seperti ini, penting untuk menggunakan sedikit peluang yang Anda miliki,” tambahnya.
Laga Jerman Vs Inggris: Rivalitas Bebuyutan dalam Sepak Bola
Rangkaian laga memicu perayaan kemenangan, kontroversi, mengalirnya air mata dan kekalahan dalam pemilu. Kita lihat kilas balik rivalitas Jerman - Inggris di ajang sepakbola, menjelang laga babak 16 besar Euro 2020.
Foto: AP
1966: Gol kontroversial
Ini merupakan laga paling terkenal dari semua pertandingan antara kedua tim. Final Piala Dunia 1966 di Wembley, sangat menegangkan yang ditentukan dengan satu gol paling kontroversial yang pernah ada, saat perpanjangan waktu. Lebih dari 50 tahun sejak Inggris menang dengan skor 4-2, masih terjadi perdebatan tentang apakah gol ketiga Inggris – oleh Geoff Hurst – benar-benar melewati garis.
Foto: picture-alliance/dpa/Empics Barratts
1968: Balas Dendam untuk Jerman Barat
Dengan beberapa pemain tersisa dari susunan pemain final Piala Dunia tahun 1966, laga persahabatan di Hannover – dipandang sebagai kesempatan bagi Jerman Barat untuk balas dendam. Sebuah permainan sengit dan banyak adu fisik dituntaskan pada menit ke-80, saat tendangan bola Franz Beckenbauer menjebol gawang Gordon Banks. Itu adalah kekalahan pertama Inggris di benua Eropa sejak tahun 1963.
Foto: picture-alliance/dpa
1970: Jerman Barat Berjaya di Meksiko
Kedua rival bertemu di perempat final Piala Dunia 1970 di Meksiko. Inggris memimpin dengan skor 2-0 tapi lumpuh tanpa kiper Gordon Banks. Gol Franz Beckenbauer dan Uwe Seeler menyamakan kedudukan, sebelum Gerd Müller pada perpanjangan waktu menentukan kemenangan 3-2. Empat hari kemudian, Perdana Menteri Inggris Harold Wilson menyebut kekalahan pemilu Partai Buruh gara-gara kekalahan tersebut.
Foto: Sven Simon/picture alliance
1972: Jerman Barat Kalahkan Inggris dua kali
Pertandingan perempat final berikutnya di Kejuaraan Eropa 1972. Laga di putaran sistem gugur dimainkan dua leg, di kandang dan tandang. Jerman Barat menang dengan skor 3-1 di Wembley berkat gol menit ke-26 dari Uli Hoeness dan gol berikutnya dari Günter Netzer dan Gerd Müller. Di leg kedua di Berlin Barat, Keduanya bermain imbang dengan skor 0-0. Jerman Barat akhirnya memenangkan turnamen itu.
Foto: Getty Images
1982: Pukulan Knockout untuk Inggris
Dalam turnamen dengan format dua babak grup terpisah, hasil imbang 0-0 cukup untuk menyingkirkan Inggris dan Jerman Barat lolos ke semifinal. Sukses mencapai final setelah kalahkan Prancis lewat adu penalti, tetapi gagal meraih trofi. Jerman Barat kalah 3-1 dari Italia di Stadion Bernabeu pada final yang paling diingat sebagai perayaan gegap gempita untuk Marco Tardelli.
Foto: picture-alliance/Baumann
1990: Penalti, ketegangan dan air mata di Turin
Semifinal pertama Inggris sejak kemenangan mereka pada tahun 1966 dengan kinerja terbaik mereka di Italia '90. Andreas Brehme membuat Jerman unggul sebelum Gary Lineker menyamakan kedudukan. Paul Gascoigne menangis setelah dikartu kuning yang berarti dia tidak bisa main di final. Laga ditentukan lewat adu penalti, Chris Waddle dan Stuart Pearce gagal yang membuat Inggris harus pulang kandang.
Foto: picture-alliance/dpa
1996: Mereka akan pulang... ke Jerman
Dalam turnamen kandang pertama mereka sejak tahun 1966, Inggris bertemu rival bebuyutannya di semifinal. Sebuah permainan yang menghibur dan seimbang, menampilkan pemain handal seperti Matthias Sammer dan kapten Jerman Andreas Möller yang angkuh. Pemenang laga kembali ditentukan dengan adu penalti. Kali ini Gareth Southgate jadi pemain Inggris yang gagal mengeksekusi bola ke gawang Andreas Köpke.
Foto: Imago/Werek
2000: Hadiah perpisahan Didi buat Wembley
Inggris punya rencana besar menandai laga pamungkas di stadion tua mereka yang terkenal. Ini pertandingan kualifikasi untuk Piala Dunia tahun 2002, yang berubah jadi perpisahan yang menyedihkan. Tendangan jarak jauh Dietmar Hamann jadi satu-satunya gol dalam laga membosankan ini. Kekalahan punya konsekuensi besar bagi tuan rumah, pelatih Kevin Keegan mengundurkan diri setelah laga tersebut.
Foto: picture-alliance/Sven Simon
2010: Kontroversi gawang kembali terjadi
Jerman mengalahkan Inggris dalam pertandingan babak 16 besar Piala Dunia di Bloemfontein, Afrika Selatan. Unggul dengan skor 2-1 menjelang jeda, Frank Lampard melepaskan tendangan jarak jauh yang mengenai bagian bawah gawang dan memantul sekitar satu meter melewati garis. Namun wasit asal Uruguay Jorge Larrionda tidak mengakui gol itu. Jerman akhirnya menang dengan skor 4-1. (sc/as)
Foto: AP
9 foto1 | 9
Kekalahan Jerman buah ketidakkonsistenan?
Secara historis, pertandingan kali ini sebenarnya lebih menguntungkan Jerman.
Iklan
Jerman hampir tidak pernah kalah dari Inggris di turnamen besar. Kekalahan terakhir mereka terjadi di final Piala Dunia 1966. Terlepas dari inkonsistensi Jerman dan ramainya penonton tuan rumah yang datang, pertandingan babak 16 besar Euro 2020 ini seharusnya tidak berbeda.
Laga 16 besar kali ini memang diwarnai sejumlah suasana yang mengintimidasi. Sebut saja ejekan penggemar Inggris saat lagu kebangsaan Jerman berkumandang, atau saat Jerman menguasai bola lebih lama, bahkan sorak-sorai penggemar Inggris saat layar lebar menampilkan seorang gadis kecil berbaju Jerman menangis. Namun, bukan hal ini yang membuat Jerman linglung dan bingung, tapi ketidakmampuan mereka menemukan cara memenangkan pertandingan.
Seandainya Timo Werner menunjukkan lebih banyak ketenangan, Kai Havertz tidak digagalkan oleh penyelamatan hebat Jordan Pickford, dan Thomas Müller tidak melepaskan tembakan melebar di akhir pertandingan, ini mungkin akan menjadi malam yang berbeda bagi Jerman.
Namun, itu semua adalah buah dari ketidakkonsistenan Jerman, yang sudah berlangsung lama jauh sebelum Inggris mengalahkan mereka.
Akhir karier panjang Joachim Löw
Pertandingan kali ini juga menjadi akhir bagi karier panjang Joachim Löw. Löw (61 tahun) pensiun setelah melatih Jerman selama 15 tahun. Ia berhasil meraih rekor nasional memimpin timnas Jerman dalam 198 pertandingan.
Di tahun 2014, Löw berhasil membawa Jerman ke puncak kejayaan memenangkan Piala Dunia di Brasil. Namun, di Euro ia tidak pernah berhasil meboyong piala, karena Jerman kalah di final pada tahun 2008 dan gugur di semifinal tahun 2012 dan 2016.
Kekalahan terhadap Inggris di Euro 2020 adalah kemunduran kedua bagi dirinya saat memimpin timnas Jerman, setelah sebelumnya Jerman juga gagal mempertahankan gelar juara Piala Dunia di tahun 2018 di Rusia.
Beberapa kemunduran ini akhirnya mendorong Löw untuk mengumumkan bahwa dirinya tidak akan memenuhi kontrak sampai Piala Dunia 2022. Namun, kekalahan Jerman melawan Makedonia Utara di kualifikasi piala dunia dan kandasnya peluang Jerman di Euro 2020 menunjukkan bahwa sudah saatnya Jerman memiliki pelatih baru.
"Dia berada di antara pemimpin di era yang luar biasa dan cukup menyedihkan bahwa hal itu selesai sekarang. Hats off,” kata Bastian Schweinsteiger mantan kapten Jerman terkait Löw kepada ARD.
Senada dengan Schweinsteiger, kapten Jerman Manuel Neuer juga berkata: "Saya sempat melihat ke arah bangku pelatih di akhir. Saya merasa sedih. Dia adalah orang yang hebat. Kita semua berhutang padanya. Dia telah membentuk era, dan sangat menyedihkan bahwa hari ini itu berakhir.”
Kini giliran Hansi Flick, asisten pelatih Löw dari tahun 2006-2014 yang akan berjuang membingkai ulang kejayaan Jerman di dunia sepak bola.
gtp/ha (dpa)
Klopp? Flick? Rangnick? Siapa yang Layak menggantikan Joachim Loew?
Joachim Loew akan mundur sebagai pelatih tim nasional Jerman pada Juli setelah hampir 15 tahun bertugas. Pertanyaan kemudian muncul, siapa pelatih yang layak menggantikannya? DW memprediksi para kandidat potensial.
Foto: picture-alliance/Offside/C. Wilson
Juergen Klopp
Berbeda dengan Loew yang terkenal kalem, Juergen Klopp merupakan pelatih yang berkarakter meledak-ledak. Jika timnas Jerman ingin mengganti pendekatan tersebut, Klopp bisa jadi kandidat tepat. Klopp yang memenangkan gelar Premier League dan Liga Champions bersama Liverpool, akan habis kontraknya pada 2024. Namun dengan krisis Liverpool saat ini, mungkin pelatih 53 tahun ini butuh tantangan baru?
Foto: picture-alliance/Offside/C. Wilson
Hansi Flick
Jika kesinambungan adalah yang dicari timnas Jerman, maka Hansi Flick adalah jawabannya. Pelatih Bayern Muenchen ini selama delapan tahun menjadi asisten pelatih Loew dan ikut mengantar Jerman menjuarai Piala Dunia 2014. Flick pun dihormati para pemainnya. Tetapi tampaknya sulit bagi Muenchen untuk melepas Flick yang telah mengantar Die Roten merengkuh gelar Sextuple di musim ini.
Foto: John Macdougall/dpa/AFP/picture alliance
Ralf Rangnick
Profesor sepak bola Ralf Rangnick adalah aktor utama di belakang sukses RB Leipzig. Kemampuannya mengolah taktik mendapat acungan jempol. Kompetensi pelatih yang telah malang melintang melatih sejumlah klub Jerman ini tidak perlu diragukan. Rangnick, yang berusia 62 tahun, terkenal akan tuntutannya atas kendali penuh. Direktur timnas Jerman Oliver Bierhoff harus siap-siap berada di belakang.
Foto: picture-alliance/dpa/L. Perenyi
Stefan Kuntz
Mantan penyerang timnas Jerman Stefan Kuntz (58) merupakan pelatih timnas Jerman U-21 sejak 2016 dan telah mengantar timnas U-21 meraih gelar juara EURO 2017. Kuntz merupakan bagian dari skuad timnas Jerman yang menjuarai EURO 1996. Pilihan mempromosikan Kuntz merupakan pilihan yang masuk akal bagi Jerman, jika mereka tidak bisa mendapatkan kandidat-kandidat yang diunggulkan.
Foto: picture-alliance/dpa/Revierfoto
Horst Hrubesch
Pelatih timnas U-18, U-19, U-21, tim olimpiade, timnas perempuan, direktur olahraga timnas telah dijalani oleh Horst Hrubesch. Pelatih berusia 69 tahun ini telah mengetahui betul luar dalam timnas Jerman. Namun, kini ia telah pensiun sebagai pelatih. Apakah mantan penyerang Hamburg SV ini akan kembali aktif lagi, setelah mendapat tawaran melatih timnas senior?
Foto: picture-alliance/dpa/R.Michael
Christian Streich
Christian Streich sering disebut sebagai penerus Joachim Loew. Pria berusia 55 tahun ini merupakan pelatih yang paling lama melatih klub Bundesliga Freiburg, yakni sejak 2011. Memiliki keterampilan mumpuni, pengalaman, stamina dan kepribadian yang cocok untuk timnas, menjadikannya salah satu kandidat yang pantas dipertimbangkan. Namun, dia baru saja memperpanjang kontraknya di Freiburg.
Foto: Imago Images/Sportfoto Rudel/H. Rudel
Lothar Matthaeus
Lothar Matthaeus sebagai pemain pernah menang Piala Dunia 1990, jadi mengapa tidak sebagai pelatih? Franz Beckenbauer jadi pelatih timnas Jerman kala itu, tetapi Matthaeus dinilai sebagai sosok yang jauh memiki peran penting. Dari karier kepelatihan, beberapa orang melihatnya sebagai ahli taktik, tapi tak sedikit juga yang meragukannya. Kini Matthaeus berprofesi sebagai komentator di Sky TV.
Foto: I)mago/L. Perenyi
Silvia Neid
Bagaimana jika timnas Jerman dilatih oleh pelatih perempuan? Silvia Neid sukses mengantar timnas perempuan Jerman menjuarai Piala Dunia dan EURO. Ia juga dinobatkan sebagai Pelatih Terbaik versi FIFA pada tahun 2010, 2013, dan 2016. Kini perempuan berusia 56 tahun ini bertugas sebagai kepala pencari bakat timnas Jerman. Apakah Jerman cukup berani mengangkatnya untuk menggantikan Loew? (rap/)