Sengketa antara Turki dan AS berlanjut. Setelah AS berencana menerapkan sanksi atas Turki, kini Presiden Recep Tayyip Erdogan mengancam akan menutup dua pangkalan militer AS di negaranya.
Iklan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hari Minggu (15/12) mengancam akan menutup dua pangkalan militer strategis yang digunakan Amerika Serikat di Turki, jika Washington menjatuhkan sanksi pada Turki karena membeli sistem rudal Rusia.
"Jika perlu, kami akan menutup Incirlik dan juga Kurecik," kata Recep Tayyip Erdogan kepada media. Kedua pangkalan militer itu saat ini digunakan oleh Amerika Serikat sebagai basis angkatan udaranya. "Jika ancaman sanksi diterapkan terhadap kita, kita akan menanggapinya dalam kerangka timbal balik."
Incirlik adalah pangkalan udara di Turki selatan yang telah memainkan peran utama dalam operasi militer AS di Timur Tengah dan Afghanistan. Dari Incirlik pesawat-pesawat tenpur AS juga melakukan serangan terhadap kubu-kubu ISIS di Suriah dan Irak. Militer AS juga menyimpan sekitar 50 bom nuklir B-61 di pangkalan itu. Sedang pangkalan Kurecik di Turki timur menjadi basis stasiun radar NATO.
Ancaman serupa juga pernah diutarakan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, jika AS benar-benar memberlakukan sanksi.
Sengketa setelah Turki beli senjata dari Rusia
Kongres AS sejauh ini telah menekan Presiden AS Donald Trump untuk menjatuhkan sanksi pada Turki atas pembelian dan penyebaran sistem pertahanan rudal S-400 Rusia, yang disebut Washington "tidak sesuai dengan NATO" dan mengancam jet tempurnya F-35. Sebagai tanggapan, AS telah mengeluarkan Turki sebagai negara mitra dari program jet tempur F-35.
Pemerintahan Trump sejauh ini masih menahan diri untuk tidak menjatuhkan sanksi lebih jauh lagi. Namun di bawah undang-undang CAATSA, negara-negara yang membeli perangkat keras militer tertentu dari Rusia harus dikenai sanksi.
Hubungan antara dua anggota NATO, AS dan Turki, makin mendingin setelah serangan militer Turki di timur laut Suriah terhadap pasukan Kurdi yang dulu bermitra dengan AS melawan ISIS. Turki mengirim pasukannya ke kawasan Suriah yang diduduki kelompok Kurdi, setelah Trump menarik militer AS dari perbatasan Turki-Suriah.
Turki menganggap milisi YPG Kurdi di Suriah sebagai kelompok teroris yang memiliki hubungan erat dengan pemberontak Kurdi di Turki.
Presiden Erdogan juga mengancam akan melakukan langkah balasan, setelah Senat dan DPR AS memutuskan resolusi untuk mengakui pembunuhan massal tahun 1915 atas Armenia sebagai genosida. Namun Presiden Donald Trump belum menandatangani resolusi itu.
Rudal S-400: Siluman Rusia Meneror NATO di Udara
Rusia akhirnya sepakat menjual sistem pertahanan udara S-400 kepada anggota NATO, Turki. Seberapa mematikan peluru kendali berdaya jelajah tinggi yang hingga kini masih dianggap belum tersaingi itu?
Foto: picture-alliance/dpa/S. Malgavko
Momok bagi Pesawat Tempur
S-400 adalah sistem pertahanan udara paling canggih di dunia. Meriam langit ini memiliki daya jelajah sejauh 400 kilometer, mampu menghancurkan target di ketinggian hingga 27 kilometer dan membidik 300 sasaran sekaligus. Entah itu pesawat tempur, pesawat pembom, wahana nirawak, peluru kendali atau bahkan pesawat siluman, tidak ada yang luput dari ancaman S-400.
Foto: picture-alliance/AA/S. Karacan
Meriam Tanpa Tanding
Dikembangkan sejak dekade 1980an, S-400 adalah evolusi termutakhir sistem pertahanan udara Rusia. Saat ini negeri beruang merah itu telah memiliki sebanyak 152 unit sistem rudal S-400 yang terbagi dalam 18 divisi. Menurut klaim Institut Perdamaian dan Kebijakan Keamanan di Jerman (IFSH), NATO saat ini belum memiliki solusi jitu atas ancaman S-400.
Foto: picture alliance/dpa/A.Vilf
Burung Besar dan Enam Peluncur
Sebuah resimen S-400 terdiri atas sebuah pusat komando dan radar 91N6 yang dijuluki Birg Bird E dan enam peluncur sekaligus. Namun ragam susunan S-400 bisa diubah sesuai dengan misi yang diemban. Daya jelajah S-400 yang tinggi antara lain berkat sistem peluncur yang menembakkan roket ke ketinggian 30 meter dengan gas sebelum mesin roket dinyalakan.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Malgavko
Menebar Takut di Udara
Kekhawatiran terhadap ancaman sistem rudal Rusia memaksa koalisi bentukan Amerika Serikat di Suriah mengkandangkan semua armada udaranya ketika Moskow menempatkan sejumlah resimen S-400 di pangkalan udara Khmeimim, Damaskus. Mereka sebaliknya memilih menyerang target dengan rudal Tomahawk dari kapal perang di Teluk Persia. Tapi meski digdaya, S-400 bukan tanpa kelemahan.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Malgavko
Jawaban NATO
Salah satu jawaban NATO atas ancaman S-400 adalah pesawat tempur EA-18G Growler yang memiliki kemampuan perang elektronik dan bisa melumpuhkan sistem navigasi S-400. Namun meski efektif mengurangi daya pukul S-400, EA-18G tidak mampu melumpuhkan sistem pertahanan udara itu sepenuhnya. Cara lain adalah menyerang S-400 dengan puluhan rudal sekaligus. Tapi teori tersebut sejauh ini belum terbukti.
Foto: Getty Images/AFP/A. Pizzoli
Dua Pendamping
Terlebih militer Rusia sudah lebih dulu menyadari kelemahan S-400. Sebagai pelengkap, S-400 akan ditemani oleh sistem pertahanan udara jarak pendek 42S6 Morpheus dan sistem rudal 50R6 Vityaz yang berdaya jangkau hingga 120 kilometer. Kedua peluru kendali darat ke udara itu bertugas mengeliminasi ancaman terhadap S-400, terutama oleh pesawat tempur serupa EA-18G.
Foto: picture-alliance/dpa/V. Sharifulin
Komponen Asing di Sistem NATO
Kini Turki menyepakati pembelian S-400 senilai dua setengah milyar Dollar AS dengan Rusia. Moskow nantinya akan menyerahkan dua unit baterai S-400 dan memberikan lisensi bagi Turki untuk membangun dua unit s-400 lain. Pembelian itu turut menjadi masalah, karena S-400 tidak bersinergi dengan sistem pertahanan NATO yang dimiliki Turki saat ini.