Presiden Turki Erdogan memenjarakan wartawan dan politisi oposisi. Ketika dikritik Kanselir Angela Merkel, ia balas mengecam Jerman sebagai negara sumber teror.
Iklan
Situasi politik di Turki tak kunjung pulih. Presiden Recep Tayyip Erdogan memerintahkan penangkapan dua pimpinan partai oposisi terbesar ketiga di parlemen, HDP. Selahattin Demirtas dan Figen Yuksekdag diciduk oleh aparat kepolisian dengan tuduhan menyebarkan propaganda teroris.
HDP adalah partai pro Kurdi yang mencatat perolehan lima juta suara pada pemilu terakhir. Sejak beberapa bulan silam pemerintah Turki memecat sejumlah walikota HDP terpilih dan menempatkan dengan pejabat yang loyal pada Ankara, tanpa adanya pemilihan umum ulangan. Walikota Diyarbakir misalnya ditangkap pekan lalu.
Setelah menyingkirkan pendukung Fethullah Gulen dari pemerintahan, Erdogan kini membidik simpatisan Kurdi. Selain memenjarakan anggota legislatif, pemerintah juga menutup berbagai stasiun televisi, radio dan surat kabar yang berafiliasi dengan kelompok etnis minoritas tersebut. Awal pekan ini polisi menangkap 11 wartawan Cumhuriyet, koran independen terbesar Turki yang telah terbit sejak 1926.
Turkey: Car bomb explodes in major Kurdish city
00:25
Pemerintah juga memblokir akses ke berbagai situs media sosial, terutama Facebook dan Twitter.
Langkah tersebut mengundang kritik dari Eropa. Kanselir Jerman Angela Merkel menilai situasinya "sangat mengkhawatirkan," bahwa pemerintah Turki kembali membatasi kebebasan berpendapat.
Atas kritik tersebut Erdogan membalas dengan kecaman. Katanya Jerman adalah salah satu negara paling buruk di dunia karena melindungi "teroris." Sang presiden mengklaim pihaknya telah mengirimkan dokumen setebal 4.000 halaman yang berisikan daftar terduga teroris di Jerman. Tapi Berlin tidak bereaksi atas permintaan ekstradisi tersebut.
"Jerman sudah menjadi negara paling penting buat menampung teroris," tukasnya dalam sebuah pidato di Ankara. "Kami khawatir Jerman telah menjadi halaman belakang gerakan teror FETO," imbuhnya merujuk pada kelompok pendukung Fethullah Gulen.
Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier menepis tudingan Erdogan. "Saya sama sekali tidak bisa memahami komentar Erdogan terkait situasi keamanan di Jerman," ujarnya. Jerman mengharapkan "hubungan yang dekat dan konstruktif. Tapi ini tidak berarti kami akan mendiamkan ancaman terhadap kebebasan pers dan kebebasan berpendapat."
Sejarah Kudeta Militer di Turki
Sebanyak enam kudeta dilancarkan militer terhadap pemerintah sipil sepanjang sejarah Turki. Hampir semua bermotifkan politik. Militer menganggap diri sebagai pengawal sekularisme Atatürk dan tidak jengah mengintervensi.
Foto: Reuters/O. Orsal
1960: Kudeta Demokrasi
Kepala pemerintahan pertama di Turki yang dipilih langsung oleh rakyat tidak berusia lama. Kekuasaan Adnan Menderes dan Partai Demokrat diwarnai pelanggaran HAM dan upaya untuk mengembalikan Syariat Islam ke pemerintahan Turki. Militer kemudian melancarkan upaya kudeta pertama. Setahun berselang Menderes dihukum mati oleh junta militer.
Foto: picture-alliance/AP Photo
1971: Berakhir Lewat Memorandum
Selang 11 tahun setelah kudeta terakhir, militer melayangkan memorandum yang menyebut pemerintah telah "menyeret negara dalam anarki dan kerusuhan sosial." Surat yang ditandatangani semua perwira tertinggi militer itu mengultimatum pemerintahan untuk segera membubarkan diri dan membentuk pemerintahan kesatuan.
Foto: Imago/ZUMA/Keystone
1980: Kudeta Mengakhiri Perang Proksi
Muak dengan pertikaian antara kaum kanan dan komunis kiri, panglima militer Jendral Kenan Evren melancarkan kudeta buat menyingkirkan pemerintahan sipil. Turki pada dekade 80an ikut terseret dalam arus perang dingin yang ditandai dengan konflik berdarah di level akar rumput. Hingga akhir 70an negeri dua benua itu mengalami 10 pembunuhan per hari terhadap aktivis komunis atau sayap kanan
Foto: imago/Zuma/Keystone
Darah Berbayar Duit
Kudeta 1980 membuahkan pertumbuhan ekonomi buat Turki yang nyaris bangkrut. Namun kekuasaan Jendral Evren hingga 1989 banyak diwarnai oleh penculikan dan penyiksaan terhadap oposisi dan kelompok anti pemerintah. Tahun 2014 Evren akhirnya divonis penjara seumur hidup oleh sebuah pengadilan di Ankara. Namun lantaran faktor usia, vonis tersebut cuma bersifat simbolis.
Foto: AP
1997: Intervensi Senyap
Kembali militer bereaksi ketika pemerintahan Necmettin Erbakan dinilai menanggalkan prinsip sekulerisme Ataturk. Saat itu dewan jendral, termasuk Panglima Militer Jendral Ismail Hakki Karadayi, mengultimatum pemerintah untuk melaksanakan enam butir tuntutan yang membatasi gerak kelompok Islam. Kudeta itu berhasil menjatuhkan Erbakan. Tapi para jendral yang terlibat kemudian diadili tahun 2012
Foto: Adem Altan/AFP/Getty Images
2016: Kudeta Setengah Hati
Pada Jumat malam, 15 Juli 2016, militer tiba-tiba mendeklarasikan kudeta dan mengklaim telah merebut pemerintahan dari tangan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Saat itu Erdogan sedang berlibur di luar negeri. Militer lalu bergerak merebut tempat-tempat strategis, termasuk kantor stasiun televisi CNN Turki di Istanbul
Foto: Getty Images/G.Tan
Balas Dendam Erdogan
Lewat pesan ponsel Erdogan memerintahkan pendukungnya untuk turun ke jalan. Aparat kepolisian dan pasukan pemerintah dikerahkan buat menghalau kelompok makar. Hasilnya ratusan orang tewas dan ribuan lain luka-luka. Kudeta di Turki dinilai berlangsung tanpa perencanaan matang. Erdogan lalu memanfaatkannya buat memberangus musuh politik yang sebagian besar simpatisan kelompok Gulen