Eropa baru-baru ini diguncang serangan teror, rangkaian razia dan peringatan kemungkinan serangan baru. Para menteri luar negeri Uni Eropa menggelar KTT untuk mencari rumusan ampuh mencegah serangan teror.
Iklan
Eropa memasuki tahun 2015 dengan ketakutan yang makin meningkat terhadap aksi serangan teror kelompok Islamis radikal. Serangan pembunuhan di Paris, razia besar-besaran disertai baku tembak dan penangkapan di Belgia serta aksi penangkapan di Jerman menjadi bukti dari "ancaman" kelompok teror Islamis terhadap Eropa.
Perang melawan Islamis militan menjadi agenda utama dalam pertemuan puncak para menteri luar negeri 28 anggota Uni Eropa yang digelar di Brussel Senin (19/01). Terutama akan dibahas kerjasama lebih erat, khususnya di jajaran dinas rahasia negara anggota. Sebelumnya para menteri dalam negeri Uni Eropa sudah menyepakati untuk mengintensifkan pertukaran data penting.
Para penanggung jawab keamanan di Eropa kini bertarung melawan ancaman yang berubah dan makin kompleks dari kelompok jihadis. Baik dari front yang dikategorikan sel-sel yang dari luar kelihatan tidak aktif atau disebut "sleeper" serta dari para jihadis yang kembali dari front petempuran di Timur Tengah khususnya dari Suriah dan Irak
"Lanskap keamanan di Eropa makin sulit dan makin penuh tantangan dibandingkan periode lain sejak serangan teror 11 September 2001", ujar komandan lembaga kepolisia Eropa, Rob Wainwright. Sebagai antisipasi, sejumlah negara Eropa sudah menerapkan pemeriksaan makin ketat di perbatasan serta merencanakan aturan imigrasi lebih ketat.
Bergerak global
Para pakar keamanan juga hendak memanfaatkan pertemuan puncak para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussel untuk menggarisbawahi, bahwa asumsi "pelaku teror tunggal" yang selama ini dianut sejumlah negara Uni Eropa adalah kesalahan fatal.
Serangan Teror di Eropa
Sejak satu dekade terakhir serangan teror radikal Islamis terus menyasar Eropa. Sebuah Kronologi dalam gambar.
Foto: AP
November 2015 Paris
Serangan yang terjadi pada Jumat (13/11/15) malam merupakan aksi paling berdarah yang mengguncang Perancis setelah Perang Dunia II satu tusukan bagi Perancis. Sedikitnya 130 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka akibat serangan yang dilancarkan ISIS di tujuh lokasi di Paris. Polisi melaporkan 8 pelaku serangan teror tewas; 7 diantaranya meledakkan diri.
Foto: Getty Images/AFP/K. Tribouillard
Serangan Terhadap Kebebasan Berpendapat
Serangan terhadap mingguan Charlie Hebdo 7 Januari 2015 dinilai para politisi dunia sebagai identik dengan serangan terhadap kebebasan berpendapat dan kebebasan pers. Pimpinan redaksi Stephane Charbonnier alias "Charb" dan sejumlah karikaturis utama majalah itu tewas akibat serangan tersebut. Charb dipuji sebagai pejuang kebebasan pers yang berani dan pantang mundur.
Foto: DW/Bernd Riegert
Januari 2015 Paris
Sedikitnya 12 orang tewas dalam serangan ke Kantor mingguan satir "Charlie-Hebdo" di Paris um. Pelaku masih diburon. Motifnya diduga balas dendam atas publikasi Karikatur Nabi Muhammad dan Karikatur pimpinan ISIS Abubakar al Bhagdadi oleh majalah tersebut. Seluruh dunia mengutuk aksi teror barbar tersebut.
Foto: A. Gelbard/AFP/Getty Images
Maret 2004 Madrid
Sejumlah bom meledak di empat kereta dan satu trem bawah tanah di ibukota Spanyol 11 Maret 2004. Sedikitnya 191 orang tewas dan 1.8000 cedera. Pelakunya secara simbolis diganjar hukuman 43.000 tahun penjara. Di Spanyol berlaku peraturan bagi pelaku kejahatan berat dengan ganjaran hukuman tertinggi 40 tahun.
Foto: AP
Juli 2005 London
Saat jam sibuk tanggal 7 Juli 2005 empat teroris radikal Islamis melancarkan serangan teror nyaris berbarengan mengguncang ibukota Inggris. Tiga pelaku serangan bunuh diri meledakkan sebuan kereta bawah tanah dan seorang lagi meledakkan sebuah bus kota bertingkat. Sedikitnya 52 orang tewas termasuk keempat teroris.
Foto: picture-alliance/dpa/P. MacDiarmid
September 2005 Denmark
Tanggal 30 September 2005 harian Denmark "Jylannds Posten" mempublikasikan 12 karikatur yang mengkritik Islam. Salah satunya Karikatur Nabi Muhammad yang mengenakan sorban berupa bom. Publikasi ini memicu aksi protes di seluruh negara Islam sebagian dengan kekerasan dan membuat pemerintah Denmark dan Eropa waspada.
Foto: picture-alliance/dpa
Desember 2010 Stockholm
Menjelang Natal pada 11 Desember 2010 dua bom meledak di pusat perbelanjaan yang ramai di ibukota Swedia. Dua pejalan Kaki cedera. Pelakunya pemuda berusia 28 tahun keturunan Irak membunuh diri. Semula diduga aksi dilakukan pelaku tunggal, tapi belakangan diketahui pelaku memiliki komplotan.
Foto: AFP/Getty Images/J. Nackstrand
November 2011 Paris
Mingguan satir Perancis "Charlie Hebdo" pada November 2011 jadi sasaran serangan bom molotov yang dilemparkan ke ruang redaksi. Saat itu tidak ada korban cedera. Pelaku serangan hingga kini tidak tertangkap. Motif serangan diduga publikasi terkait karikatur yang mengritik Islam. Mingguan satir ini terkenal dengan karikaturnya yang mengritik semua agama besar.
Foto: picture-alliance/abaca
Maret 2012 Toulouse
Antara 11 hingga 22 Maret 2012 seluruh Perancis dicekam ketakutan. Mula-mula seorang lelaki Yang menunggang skuter menembak dua orang serdadu. Delapan hari kemudian tiga siswa dan seorang Guru sekolah Yahudi ditembak mati. Tanggal 22 Maret polisi menyerbu rumah pelaku dan dalam aksi baku tembak pelaku berhasil dibunuh.
Foto: AP
Mei 2014 Brussel
Seorang pria melakukan aksi penembakan membbi buta di jalan masuk Musium Yahudi di Brussel 24 Mei 2014. Empat orang tewas dan pelaku berkewargaan Perancis berhasil kabur. Balakangan pelaku tertangkap di Perancis dan diekstradisi ke Belgia. Pelaku adalah eks jihadis di Suriah dan pernah dipenjara karena merampok.
Foto: Reuters
September 2014 Brussel
September 2014 sebuah serangan ke gedung Komisi Uni Eropa berhasil digagalkan. Pelaku tunggal diduga gagal berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Setelah serangan itu, sejumlah negara Eropa meningkatkan kewaspadaan terhadap para eks jihadis pendukung ISIS yang balik kembali ke negara asalnya di Eropa.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/M. Dairieh
11 foto1 | 11
Setiap serangan teror yang dilancarkan di barat dalam beberapa tahun terakhir membuktikan, semua pelakunya memiliki hubungan dengan kelompok ekstrimis yang menggiatkan jihad secara global. "Serangan pembunuhan di Paris dan aksi baku tembak di Belgia sekali lagi membuktikan gagasan "pelaku teror tunggal" adalah mitos yang salah", ujar Jean-Pierre Filiu pakar terorisme dari Science Po University di Paris.
"Gagasan pelaku tunggal" adalah rekayasa intelektual yang muncul tahun 2001 di Amerika Serikat sebagai bagian dari perang melawan teror yang dicanangkan pemerintahan George W. Bush", tambah Filiu. Gagasan semacam itu menjadi kebijakan politik yang lebih gampang dijual kepada publik sebagai tindakan keamanan yang lebih ketat.
"Nyatanya di balik setiap serangan teror, selalu ada dalang yang memberikan perintah baik langsung maupun tidak langsung," ujar pakar terorisme itu.
Walau begitu, para analis keamanan dan pakar terorisme dari berbagai lembaga "think tank" kenamaan menekankan, adalah kontra produktif menuduh semua umat Muslim sebagai potensi tersangka jihadis atau radikal Islamis. "Hanya ada lusinan orang yang beperilaku radikal diantara jutaan warga Muslim Eropa, sehingga aktivitas mereka sulit dilacak.