Eropa berupaya membujuk Turki menggandakan pengawasan di perbatasan. Tanpa kesediaan Ankara, Eropa akan kebanjiran jutaan pengungsi. Negeri antara dua benua itu selama ini dianggap negara transit yang paling aman.
Iklan
Bulan madu pengungsi di Eropa telah berakhir. Setelah pembukaan perbatasan oleh Jerman dan Austria beberapa pekan silam, kini Komisi Eropa membujuk Turki buat menghadang arus pengungsi dengan memperkuat kontrol dan patroli di perbatasan menuju Yunani.
Menurut laporan media, jika kesepakatan ditandatangani, maka Turki berkewajiban menutup pintu perbatasan yang selama ini digunakan pengungsi buat masuk ke wilayah Uni Eropa. Saat ini Turki sudah menampung lebih dari 2 juta pengungsi. Jika pintu perbatasan ditutup, berarti Turki harus menampung arus pengungsi yang datang.
Kedua pihak juga membahas pembangunan enam kamp baru buat menampung sekitar dua juta pengungsi yang gagal masuk ke Eropa. Sebagai gantinya Uni Eropa bersedia menampung sekitar setengah juta pengungsi. Mereka akan dipindahkan ke Eropa secara bertahap. Dengan cara itu para pengungsi tidak perlu menggunakan jasa penyelundup dan bertaruh nyawa.
Belum jelas apakah Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, bersedia menandatangi kesepakatan tersebut. Erdogan dijadwalkan tiba di Brussels pada Senin (5/10) dan menghadiri pertempuan di Luxemburg bersama Uni Eropa, negara-negara Balkan dan Mediterania Timur, keesokan harinya.
Sementara itu ribuan pengungsi Suriah yang mencari perlindungan di Yordania memutuskan buat kembali ke negaranya yang remuk oleh perang. Fenomena tersebut dipicu oleh sikap pemerintah Amman yang memotong dana bantuan pengungsi.
Sebagian besar pengungsi Suriah di Yordania tidak memiliki cukup uang buat membayar penyeludup yang bisa mencapai ratusan juta Rupiah. Menurut laporan UNHCR, beberapa pengungsi yang kembali ke Suriah mengaku berniat menjual aset mereka buat membiayai perjalanan ke Eropa. Sementara itu Badan Pengungsi PBB, UNHCR, mengungkapkan kehawatiran terkait fenomena baru tersebut. Menurut lembaga tersebut, bulan Agustus tercatat hampir 4000 pengungsi Suriah yang pulang kampung. Jumlahnya meningkat di bulan September.
"Adalah keputusan berbahaya oleh mereka," kata Andrew Harper, Kepala UNHCR di Yordania. Menurutnya kebanyakan pengungsi yang pulang ke Suriah adalah perempuan dan anak-anak. "Ini adalah tanda gagalnya rejim perlindungan internasional," pungkasnya.
rzn/hp (afp,rtr)
Eropa Mulai Tutup Pintu Perbatasan Bagi Pengungsi
Jerman yang paling ramah terima pengungsi kini kewalahan dan terapkan lagi pemeriksaan ketat di perbatasan, Hungaria dan Serbia pasang pagar kawat berduri. Sementara Austria dan Denmark terapkan buka tutup perbatasan.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Guz
Kroasia Tutup Perbatasan ke Serbia
Kroasia yang juga kewalahan menahan serbuan pengungsi dari Suriah, Irak, Afghanistan dan negara Afrika, menutup tujuh dari delapan pintu perbatasannya ke Serbia. Pemerintah di Beograd memptotes tindakan itu, karena kini ribuan pengungsi terdampar di Serbia. Pelan tapi pasti, Eropa kini mulai memasang tirai besi untuk menahan arus pengungsi.
Foto: Reuters/A. Bronic
Pagar Kawat Berduri di Hongaria
Hongaria memasang pagar kawat berduri untuk menutup perbatasannya ke Kroasia sepanjang 41 Kilometer. Sebelumnya Hongaria juga sudah memasang pembatas pagar kawat berduri untuk menutup perbatasan ke Serbia. Akibat penutupan perbatasan itu gelombang pengungsi kini mencari rute-rute alternatif untuk masuk ke Jerman atau Austria,
Foto: picture-alliance/dpa/S. Ujvari
Slovenia Perkuat Penjagaan Perbatasan
Polisi menangkap pengungsi yang berusaha naik kereta secara ilegal di perbatasan Slovenia-Kroasia. Slovenia memperkuat penjagaan di perbatasan untuk cegah arus pengungsi yang melintasi negara ini. Akibat penutupan perbatasan di berbagai negara, para pengungsi kini memilih rute baru menuju kawasan Schengen yang juga mulai menutup pintunya denagn menerapkan aturan suaka lebih ketat.
Foto: Getty Images/AFP/J. Makovec
Kontrol Perbatasan
Arus pengungsi tak terkendali ke Jerman memaksa pemerintah menerapkan lagi pemeriksaan dokumen di perbatasan. Mendagri Jerman Thomas de Maiziere mengatakan, selain demi keamanan dalam negeri, alasan penutupan perbatasan adalah agar pengungsi mendapat fasilitas lebih manusiawi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Puchner
Lalulintas Kereta Austria-Jerman Dihentikan
Seluruh lalulintas kereta dari Austria ke Jerman dihentikan segera setelah Berlin umumkan kontrol perbatasan. Ribuan pengungsi, kebanyakan berasal dari Suriah, tertahan di stasiun kereta Wina. Uni Eropa menyatakan memahami kebijakan Jerman dan memanggil anggota untuk bersidang darurat.
Foto: Reuters/H.-P. Bader
Hongaria Kerahkan Tentara
Tentara Hongaria kini dikerahkan menjaga perbatasan di Roszke. Langkah Budapest ini merupakan reaksi dan antisipasi terhadap kebijakan terbaru Jerman. Sepekan lalu Kanselir Angela Merkel masih nyatakan pengungsi "welcome" di Jerman.
Foto: Reuters/D. Ruvic
Kawat Berduri Perbatasan Serbia-Hongaria
Pagar kawat berduri di perbatasan Hongaria ke Serbia yang masih ada celahnya, kini akan ditutup total. Hongaria kewalahan dan tak punya anggaran sebagai negara transit ratusan ribu pengungsi asal Suriah, Afghanistan, Irak dan negara Afrika menuju Jerman, Austria dan Swedia. Serbia yang juga jadi rute transit alami kondisi serupa.
Foto: Reuters/B. Szabo
Austria Buka-Tutup Perbatasan
Austria yang juga salah satu tujuan utama pengungsi, juga berulang kali lakukan kontrol perbatasan dengan cara buka-tutup. Tujuannya menahan arus pengungsi yang terus membludak. Akibatnya kemacetan lalulintas panjang terjadi di jalan bebas hambatan di perbatasan ke Hongaria.
Foto: Reuters/H.P. Bader
Denmark Tolak Pengungsi
Pemerintah Denmark dengan tegas menolak kedatangan pengungsi. Penutupan perbatasan ke Jerman dilakukan dan lalulintas kereta juga dihentikan. Ratusan pengungsi ini dikawal polisi, berjalan kaki melintasi jalan bebas hambatan melewati Denmark, menunju Swedia yang ramah terhadap pengungsi seperti Jerman dan Austria.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Nolte
Polandia Tolak Kuota Pengungsi
Ribuan warga Polandia gelar aksi protes menentang rencana pembagian kuota penampungan pengungsi. Walau tidak terimbas langsung krisis pengungsi dan PM Polandia Donald Tusk nyatakan siap terima pengungsi secara sukarela, tapi pemerintahan di bawah dia juga menggalang inisiatif tolak kuota pengungsi.