Eropa Harus Bertindak Cegah Wabah Corona Pada Pengungsi
20 Maret 2020
Uni Eropa harus segera bertindak, evakuasi pengungsi dari kamp penampungan Moria di Yunani. Pasalnya, kamp yang penuh sesak dan tidak higienis akan jadi lahan subur penyebaran virus corona.
Iklan
Organisasi kemanusiaan Dokter Lintas Batas mendesak Uni Eropa untuk segera bertindak, mengevakuasi sekitar 20.000 pengungsi dari kamp penampungan Moria di Pulau Lesbos, Yunani. Pemicunya, kondisi kamp penampungan yang luber jauh melebihi kapasitas serta persyaratan higienis yang sangat buruk.
Tuntutan itu dilontarkan Florian Westphal, Direktur Pelaksana Dokter Lintas Batas Jerman dalam wawancara dengan DW. Dia menyebutkan, sampah bertebaran di mana-mana, keluarga tinggal berdesakan dalam ruang yang amat sempit, ribuan orang berbagi MCK dan tidak ada sabun. Situasi kehidupan di kamp penampungan Moria adalah lahan subur buat menyebar cepatnya virus corona SARS-CoV-2.
Kepada DW, Westphal mengatakan bahwa tenaga medis di kamp penampunan pengungsi Moria di Pulau Lesbos sudah menyampaikan kekhawatirannya. Kamp yang dirancang bisa menampung 3.000 pengungsi itu, kini dihuni lebih 20.000 pengungsi. Infeksi virus corona akan menyebar sangat cepat dalam kondisi seperti itu.
"Inti tuntutan kami kepada Uni Eropa, segera evakuasi mereka dari Moria. Agar mereka bisa dilindungi atau dirawat dari wabah COVID-19," lanjut Westphal.
Pernyataan mendukung
Tuntutan yang dilontarkan Dokter Lintas Batas itu juga mendapat dukungan dari sejumlah organisasi kemausiaan lain. Sebuah aliansi yang terdiri dari organisasi Pro Asyl, Medico International, Komite untuk Hak Asasi dan Demokrasi, Dewan Pengungsi negara bagian Nordrhein-Westfalen dan Jaringan Okumene Suaka di gereja negara bagian Nordrhein-Westfalen merilis pernyataan bersama pada Kamis (19/03). Isinya antara lain yaitu tuntutan agar pengungsi di kamp Moria di Pulau Lesbos segera dievakuasi.
Ancaman wabah corona atau juga bencana kebakaran, akan mengancam jiwa manusia, terutama anak-anak di kamp tersebut. Aliansi menuntut agar kamp di Pulau Lesbos, Yunani, di mana pengungsi hidup dalam kondisi "sangat tidak manusiawi" segera ditutup.
Uni Eropa hentikan sementara program pengungsi
Namun Uni Eropa mengambil langkah sebaliknya dari tuntutan itu. "Terkait wabah virus corona, Uni Eropa menghentikan sementara semua program pembagian dan pemukiman pengungsi dari kawasan krisis," demikian pernyataan Komisi Uni Eropa di Brussel, Belgia. Kapan program ini akan dimulai lagi, tidak disebutkan dalam pernyataan yang dirilis Kamis itu.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan Komisi Tinggi Pengungsi PBB (UNHCR) sudah mengumumkan penghentian sementara program pembagian pengungsi. Pemerintah Jerman juga sudah menyatakan pada Rabu (18/03) lalu, menimbang wabah virus corona, Jerman untuk sementara tidak akan menerima pengungsi dengan alasan kemanusiaan.
as/ae (dw,dpa,epd,kna)
Gelombang Migrasi Global
Ada 68 juta manusia yang terpaksa menjadi pengungsi. Mereka tersebar di lima benua dunia. Inilah kisah mereka dalam gambar.
Foto: Imago/ZUMA Press/G. So
Mengungsi dengan truk
Gerakan migrasi paling baru terjadi di Amerika Tengah. Kekerasan dan kelaparan menyebabkan orang-orang dari Honduras, Nikaragua, El Salvador dan Guatemala mengungsi. Tujuannya: Amerika Serikat. Namun di sana, Presiden Trump mengusir para migran tersebut. Sebagian besar pengungsi dari Amerika Tengah itu terdampar di perbatasan Meksiko-Amerika Serikat.
Foto: Reuters/C. Garcia Rawlins
Pengungsi yang dialihkan
Pemerintah konservatif Australia tidak mau menerima pengungsi. Mereka yang benar-benar berhasil mencapai Australia akan langsung dideportasi. Pemerintah Australia telah menandatangani perjanjian dengan beberapa negara Pasifik, termasuk Papua Nugini dan Nauru, untuk menempatkan para pengungsi di kamp di negara-negara tersebut. Pengamat menggambarkan situasi ini sebagai sesuatu yang sangat buruk.
Foto: picture alliance/AP Photo/Hass Hassaballa
Pengungsi yang terlupakan
Hussein Abo Shanan berusia 80 tahun. Dia hidup sebagai pengungsi Palestina di Yordania selama beberapa dekade. Kerajaan ini memiliki hampir sepuluh juta penduduk. Di antara mereka adalah 2,3 juta pengungsi terdaftar dari Palestina. Sebagian dari mereka hidup sejak tahun 1948 di negara itu - setelah berakhirnya perang Arab-Israel. Selain itu, Yordania menampung sekitar 500 ribu pengungsi Suriah.
Foto: Getty Images/AFP/A. Abdo
Diterima oleh tetangga
Kolombia adalah kesempatan terakhir bagi banyak pengungsi dari Venezuela. Di sini mereka tinggal di kamp-kamp seperti "El Camino" di luar ibukota Bogota. Kebijakan Presiden Nicolás Maduro menyebabkan pemerintah Venezuela tidak mampu mendukung warganya. Persediaan makanan dan obat-obatan menipis.
Foto: DW/F. Abondano
Menerjang dingin
Dari waktu ke waktu, mereka yang ingin mengungsi ke Eropa, seperti para lelaki di gambar, mencoba menyeberangi perbatasan Bosnia-Herzegovina ke Kroasia. Kroasia sebagai anggota Uni Eropa adalah tujuan para migran. Rute ini berbahaya, terutama di musim dingin di Balkan. Salju, es dan badai menyulitkan pendakian.
Foto: picture-alliance/A. Emric
Perhentian terakhir: Bangladesh?
Musim hujan di kamp pengungsi Kutupalong di Bangladesh. Para wanita Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar melindungi diri dari hujan dengan payung mereka. Lebih dari satu juta Muslim Rohingya melarikan diri dari pasukan Myanmar ke negara tetangga. Bangladesh, salah satu negara termiskin di dunia, kewalahan dengan situasi ini. Kutupalong saat ini adalah kamp pengungsi terbesar di dunia.
Foto: Jibon Ahmed
Hidup tanpa jalan keluar
Banyak mineral dan tanah yang subur: Republik Afrika Tengah sebenarnya memiliki segalanya untuk membangun masyarakat yang stabil. Namun perang saudara, konflik dengan negara-negara tetangga, pemerintah yang korup dan pemahaman Islam radikal memicu kekerasan di wilayah tersebut. Hal ini menyebabkan banyak orang, seperti tampak pada foto, tinggal di lokasi penampungan di kota Bangui.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Blackwell
Tiba di Spanyol
Dibungkus selimut merah, para pengungsi dirawat oleh petugas Palang Merah setelah tiba di pelabuhan Malaga, Spanyol. 246 migran diselamatkan oleh kapal penyelamat "Guadamar Polimnia". Banyak orang Afrika mengambil rute Mediterania barat dari Aljazair atau Maroko untuk mencapai pantai Eropa.
Foto: picture-alliance/ZUMA Wire/J. Merida
Pengungsi Sudan di Uganda
Untuk waktu yang lama, Uganda adalah negara yang dilanda perang saudara. Namun, situasinya kini telah lebih stabil dibandingkan dengan negara-negara Afrika lainnya. Bagi para pengungsi dari Sudan Selatan ini, kedatangan mereka di Kuluba mereka berada dalam situasi yang aman. Ratusan ribu orang Sudan Selatan kini menemukan perlindungan di Uganda. (Ed: na/ap)