Suhu bumi akan lebih dingin dan harga bahan bakar akan naik. Itu prediksi bila Gunung Agung meletus. Dua letusan gunung api abad ke-19 membuktikan ledakan gunung api di Indonesia berpotensi merubah iklim dunia.
Iklan
Erupsi freatik gunung Agung berlangsung bertahap hingga akhirnya ketinggian kolom abu sempat mencapai 3.000 meter pada akhir pekan lalu. Tak hanya di Indonesia, seluruh warga dunia juga bersiaga, menanti dengan waspada apakah letusan Gunung Agung mengulang kisahnya seperti pada tahun 1963?
Jika erupsi yang sama terjadi di Gunung Agung, maka sulfur dioksida dalam jumlah besar akan dilepaskan ke angkasa. Atmosfer bumi yang terlapisi akan menyebabkan planet bumi lebih dingin hingga beberapa tahun. Jika benar demikian, maka suhu udara terutama di negara-negara yang mengenal empat musim akan lebih dingin dari biasanya, dan artinya harga gas akan meningkat akibat lonjakan kebutuhan energi.
"Jika (Gunung) Agung melepaskan sulfur dioksida dalam jumlah besar ke stratosfer, suhu udara secara global akan turun hingga beberapa tahun," ujar Michael Mills, peneliti dari National Center for Atmospheric Research di Boulder, Colorado, AS. "Meski demikian, dampak iklim secara regional maupun dampak terhadap musim akan lebih kompleks," kata Mills menambahkan seperti dikutip dari Bloomberg.
Jika letusan Gunung Agung seperti 54 tahun lalu terulang maka tren pemanasan global juga akan terpengaruh. “Berkaca pada sejarah, maka erupsi Gunung Agung dapat mengurangi suhu global sekitar 0,1 sampai 0,2 derajat Celcius pada tahun 2018 hingga 2020, dan temperatur kemungkinan pulih ke kondisi semula pada tahun 2023,“ ungkap Zeke Hausfather, peneliti iklim seperti dikutip dari Vox.
Letusan Tambora, Inspirasi Terciptanya Sepeda
Dari bergerak tanpa pedal hingga menjadi kendaraan roda dua dan alat olah raga: sepeda memiliki perkembangan yang menarik sejak mulai ditemukan. Termasuk pengaruh letusan gunung Tambora.
Foto: picture-alliance/akg-images
Dari kekuatan kaki membawa kita ke tujuan
Dalam masa hampir bersamaan, Pierre Michaux (Perancis) dan Pierre Lallement (Amerika Serikat) mengembangkan kendaraan berpedal pertama dengan sistem penggerak engkol pada roda depan. Siapa penemu sebenarnya sepeda? Hingga saat ini masih belum jelas. Yang pasti, tanggal 20 November 1866, Lallement dianugerahi hak paten di AS untuk penemuannya ini.
Foto: picture-alliance/Mary Evans Picture Library
Letusan Tambora inspirasi cikal bakal sepeda
Draisine dianggap prototipe sepeda. Kelaparan, kekurangan pangan dan matinya kuda sebagai alat transportasi pada tahun 1816 - terjadi akibat letusan gunung berapi Tambora di Indonesia yang mengubah iklim Eropa. Bencana ini menginspirasi pejabat kehutanan Jerman, Karl von Drais untuk penemuannya: "kuda-kudaan" berupa roda dua tanpa pedal.
Foto: picture-alliance/akg-images
Tinggi sekali roda depannya
Lebih cepat, lebih tinggi. Pada tahun 1870 sepeda beroda depan tinggi yang melaju lebih cepat diproduksi pengusaha Inggris James Starley dan William Hillman. Namun, struktur sepedanya tidak stabil dan menyebabkan beberapa kecelakaan fatal di jalanan. Terobosan sepeda terjadi pada tahun 1888 dengan kembali ke sepeda biasa dan penemuan ban pneumatik John Dunlop.
Foto: picture-alliance/akg-images
Berdua
Berduaan lebih asyik ketimbang sendirian. Sepeda kemudian dikembangkan dengan menambah boncengan, dan juga tandem. Bidang kemudi ditetapkan sebagai "pilot" atau "kapten", sementara bagi yang tidak mengayuh disebut sebagai "stoker" atau "pemanas".
Foto: Imago
Tour de France pertama tahun 1903
Tour de France di Perancis yang pertama berlangsung dari tanggal 1 sampai 19 Juli 1903. Balapan ini terbagi dalam enam etape, dengan total panjang perjalanan 2.428 kilometer. Pemenangnya adalah pembalap Prancis, Maurice Garin.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Conservatoire du Patrimoine Sportif
Berlawanan arah jarum jam
Sejarah sirkuit balap sepeda dimulai sejak abad lalu. Bahkan kemudian digunakan dalam kompetisi internasional. Pebalap sepeda melintasi arena balap berlawanan arah jarum jam.
Foto: Getty Images
Balapan sepeda gunung
Olimpiade sepeda gunung lintas negara perdana diadakan tahun1996. 44 pengendara sepeda berkumpul di Georgia International Horse Park dekat Atlanta – yang menjadi titik start balapan. Juara Olimpiade sepeda gunung pertama diraih oleh Bart Jan Brentjens dari Belanda.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Breloer
Emas untuk kecepatan, trik dan aksi
Tahun 2008, balapan sepeda Motocross (BMX) menjadi cabang olahraga Olimpiade. Dalam kompetisi, atlet menunggangi sepeda beroda 20 inci, melaju dengan kecepatan tinggi, sambil mempertontonkan trik dan ketrampilan berbahaya. Di Olimpiade Beijing, pemenangnya adalah pesepeda Perancis, Anne-Caroline Chausson dan Maris Stromberg dari Latvia.
Foto: picture-alliance/Augenklick/Roth
Membawa beban
Di seluruh dunia, sepeda masih dianggap sebagai salah satu pembawa beban utama. Seperti dalam foto ini, seorang pedagang di Vietnam mengangkut berkilo-kilo barang dengan sepeda ke pasar. Penulis : Melanie Cura Daball (ap/rzn)
Foto: picture-alliance/robertharding/J. Langley
9 foto1 | 9
Satu gunung api dapat mengacaukan seluruh planet
Letusan Gunung Agung 54 tahun lalu tercatat menewaskan lebih dari 1600 orang dan 6 juta kubik sulfur dioksida yang dilepaskan ke angkasa menyebabkan suhu turun sekitar 0,1 hingga 0,4 derajat Celcius selama satu tahun. Namun peristiwa itu masih dalam kategori “erupsi sedang,“ ungkap Diana Roman, geologist di Insitut Carnegie di Washington, kepada Washington Post.
Letusan yang berdampak paling dasyat adalah gunung Tambora tahun 1815. Pasca letusan, Eropa dan Amerika mengalami peristiwa yang dikenal sebagai ‘Tahun Tanpa Musim Panas.‘ 68 tahun kemudian, tepatnya tahun 1883, Gunung Krakatau meletus dan abu vulkaniknya mencapai langit Norwegia dan New York. Suhu udara turun drastis sekitar 1,2 derajat Celcius karena sinar matahari meredup akibat atmosfer yang tertutup.
Gunung Agung Hantui Bali
Potensi letusan Gunung Agung menyergap warga Bali dalam kekhawatiran. Sebanyak 75.000 penduduk telah dievakuasi ke kamp pengungsi. Wisatawan asing diminta waspada dan hotel mulai kehilangan pelanggan.
Foto: Reuters/Antara Foto/F. Yusuf
Pariwisata Dibayangi Erupsi
Wisatawan memantau situasi Gunung Agung menyusul aktivitas vulkanik yang menguat sejak beberapa hari terakhir. Meski belum berdampak secara signifikan, denyut pariwisata di Bali mulai melemah lantaran kekhawatiran terhadap erupsi.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Evakuasi Sejak Dini
Sebanyak 75.000 orang telah dievakuasi dari radius 12 kilometer di sekitar Gunung Agung. Namun begitu sejumlah kecil penduduk masih memilih bertahan.
Foto: Reuters/Antara Foto/N. Budhiana
Pengungsi di Kampung Sendiri
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerjasama dengan pemerintah dan sejumlah organisasi bantuan membangun 377 kamp pengungsi untuk penduduk di kaki Gunung Agung. Sebagai langkah pengamanan, BNPB juga mengevakuasi 14.000 penduduk di luar zona evakuasi.
Foto: Reuters/Antara Foto/F. Yusuf
Letusan Tinggal Hitungan Hari
Sejak beberapa hari terakhir, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah mencatat sekitar 564 getaran atau gempa kecil yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik di Gunung Agung. Pakar menilai pergerakan magma di perut gunung hampir mencapai permukaan.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Sejarah Berulang?
Terakhir kali meletus tahun 1963, Gunung Agung memuntahkan debu vulkanik hingga ke ketinggian 20 kilometer dan lava sejauh 7,5 kilometer. Abu dari letusan Gunung Agung dilaporkan mencapai Jakarta yang berjarak hampir 1.000 kilometer. Sekitar 1.000 manusia meregang nyawa kala itu.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Bantuan Mulai Mengalir
Saat ini BNPB telah mulai menyalurkan bantuan berupa 640.000 masker, 12.500 kasur, 8.400 selimut dan 50 tenda raksasa. Pemerintah pusat juga telah menyiapkan dana hingga 900 milyar Rupiah untuk membantu penduduk jika Gunung Agung meletus.
Foto: picture-alliance/AP Photo/F.Lisnawati
6 foto1 | 6
Berbagai peristiwa erupsi di Indonesia ini membuktikan bahwa letusan gunung api memiliki efek global. Tapi apakah semua gunung api memiliki potensi yang sama?
“Sebagian besar letusan tidak menyebabkan dampak iklim yang berarti, dan risiko yang terkait dengan letusan terbatas pada penduduk di sekitarnya,” ungkap Chris Colose, peneliti iklim NASA “Terkait iklim, hal penting yang perlu diperhatikan bukanlah abu vulkanik tetapi emisi sulfur.“
Sulfur dioksida yang dimuntahkan gunung api selama erupsi dapat terbang hingga belasan ribu kilometer dan melapisi atmosfer bumi dan menutup sinar matahari. Inilah yang menyebabkan planet menjadi lebih sejuk. Erupsi juga diketahui bisa mengubah pola turunnya hujan secara global.
Gunung Api Paling Berbahaya dan Mematikan
Di seluruh dunia terdapat 1.500 gunung api aktif, yang erupsinya dalam dua abad terakhir menewaskan ratusan ribu orang. Indonesia dengan 130 gunung api aktif, memegang rekor letusan terdahsyat dan korban terbanyak.
Foto: picture-alliance/dpa
Tambora, Indonesia
Letusan gunung Tambora di Sumbawa tahun 1815 memuntahkan jutaan kubik meter material ke atmosfir, yang menyebabkan Eropa pada 1816 mengalami tahun tanpa musim panas. Sedikitnya 92.000 orang tewas akibat erupsi. Sekitar 100.000 korban lain tewas di Eropa dan Amerika akibat kelaparan yang dipicu gagal panen gara-gara abu letusan Tambora menyebabkan musim dingin panjang.
Foto: picture-alliance/AP
Krakatau, Indonesia
Letusan gunung Krakatau 27 Agustus 1883 menyemburkan material ke atmosfir hingga ketinggian 20 km. Debu vulkaniknya tersebar ke seluruh dunia dan erupsi memicu tsunami dahsyat. Dentumannya terdengar hingga ke Mauritius yang jaraknya 4.800 km. Sedikitnya 36.000 orang meninggal akibat letusan tersebut. Kini dari bekas kaldera muncul gunung Anak Krakatau.
Foto: AP
Mt. Pelee, Martinique Perancis
Letusan dahsyat yang terjadi mulai 25 April hingga mencapai puncaknya 8 Mei 1902 menewaskan lebih 40.000 orang di pulau kawasan Antilles Kecil milik Perancis. Gunung api yang diduga sudah mati itu tiba-tiba aktif dan melontarkan isi dapur magmanya. Letusan final tanggal 8 Mei sangat hebat, sehingga meluluhlantakkan kota St. Pierre. Hanya dua orang warga kota yang selamat dari kematian.
Foto: K. Tribouillard/AFP/Getty Images
Vesuvius, Italia
Erupsi yang dicatat sebagai paling dramatis dalam sejarah dunia, adalah letusan gunung Vesuvius di Italia pada tahun 79 Masehi. Akibat letusan, kota-kota Pompeii, Herculaneum dan Stabia hancur dan lebih dari 10.000 orang tewas dilanda awan dan lahar panas. Sementara letusan tahun 1631 tercatat menewaskan lebih 6.000 orang.
Foto: Imago
Kelud, Indonesia
Letusan gunung Kelud 19 Mei 1919 menghancurkan lebih dari 100 desa dan menewaskan sedikitnya 5.000 orang. Saat erupsi, 38 juta kubik meter air dilontarkan dari danau kawah. Letusan terakhir terjadi 2014 yang membuat sengsara warga di sekitar Blitar hingga ke Yogyakarta.
Foto: Reuters
Nevado del Ruiz, Columbia
Gunung api ini sebetulnya sudah melontarkan sinyal akan meletus hebat, dengan tremor dan gempa kecil terus menerus. Tapi pemerintah Columbia mengabaikannya, hingga sebuah erupsi hebat tanggal 13 November 1985 malam, menyemburkan lava, lahar panas serta lahar dingin yang menimbun kota Armero. Sedikitnya 23.000 orang tewas akibat letusan gunung api tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa/Ingeominas
Merapi, Indonesia
Gunung Merapi di dekat Yogyakarta yang berpopulasi padat terkenal sebagai gunung api paling aktif dalam beberapa dekade terakhir ini. Erupsi yang terjadi tahun 1930 tercatat menelan korban terbanyak, 1.300 tewas. Letusan tahun 2010 yang merupakan erupsi terhebat sejak 1872 menewaskan sedikitnya 350 orang.
Foto: picture alliance/dpa
Mount Nyiragongo, Republik Demokrasi Congo
Gunung berapi yang berlokasi di Virunga National Park dekat perbatasan antara Republik Demokrasi Congo dan Ruanda ini terkenal karena danau lava cairnya dengan diameter sekitar 1,2 km. Erupsi yang terjadi 2002 meluluhlantakan kota Goma dengan aliran lava cairnya. Sejarah mencatat erupsi, gunung api Nyiragongo menyumbang kontribusi 40% dari seluruh kasus letusan gunung api di benua Afrika.
Foto: AP
Unzen, Jepang
Erupsi gunung api Unzen pada tahun 1792 dicatat sebagai salah satu bencana alam terhebat dalam sejarah Jepang. Letusan Unzen yang berlokasi dekat kota Nagasaki itu memicu tanah longsor dan tsunami. Sedikitnya 15.000 orang tewas akibat kombinasi bencana alam letusan gunung api, tanah lonsor dan tsunami.
Foto: picture-alliance/dpa
Laki Volcanic System, Islandia
Erupsi berlangsung 8 bulan mulai 8 Juni 1783 hingga Februari 1784 muntahkan lebih dari 14,7 kubik kilometer lava dan sebabkan munculnya retakan sepanjang 27 kilometer. Tapi sekitar 9.500 korban tewas bukan diakibatkan lontaran material vulkanik padat, melainkan akibat dilanda gas beracun yang juga dilontarkan ke atmosfir dan memicu hujan asam, yang membunuh ribuan hewan ternak dan meracuni tanah.