Eskalasi Memuncak Usai Iran dan Israel Saling Serang
14 Juni 2025
Israel mengancam akan melakukan serangan balik ke Iran jika Teheran menambah eskalasi serangan balasannya. "Teheran akan terbakar," kata Menteri Pertahanan Israel Katz, seperti dilansir AP, Sabtu (14/6).
Iran sebelumnya meluncurkan hujan peluru kendali ke wilayah Israel pada malam hingga Sabtu (14/6) pagi. Sedikitnya tiga orang tewas dan puluhan lainnya terluka di Israel, sehari setelah Negeri Zionis itu melancarkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran.
Pada dini hari 13 Juni 2025, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran, dengan sekitar 200 jet tempur dalam lima gelombang, yang menyerang seratusan sasaran di Iran, termasuk fasilitas nuklir Natanz, Fordow dan Isfahan. Israel juga membidik pangkalan militer, dan kediaman pejabat tinggi, dibantu oleh operasi rahasia Mossad di dalam negeri Iran
Target utama mencakup fasilitas penting serta sejumlah tokoh tinggi militer dan ilmuwan nuklir. Iran mengonfirmasi 78 orang tewas dan lebih dari 320 luka-luka, menurut pernyataan duta besarnya untuk PBB.
Israel mengklaim tewasnya sebanyak 20 jenderal Garda Revolusi (IRGC), termasul Hossein Salami dan Mohammad Bagheri.
Kerusakan parah di Natanz
Pemerintah di Tel Aviv mengklaim serangan itu krusial untuk mencegah Iran semakin dekat dengan pengembangan senjata nuklir. Namun, analisis dari para ahli dan pemerintah Amerika Serikat menyatakan bahwa Teheran tidak sedang aktif membuat senjata nuklir sebelum serangan berlangsung.
Serangan Israel sekaligus mengakhiri negosiasi antara Iran dan AS terkait kesepakatan nuklir yang batal digelar pada Minggu (15/6) di Oman. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyebut kelanjutan negosiasi dengan AS sebagai "tindakan yang tidak dapat dibenarkan” di tengah eskalasi kekerasan yang didukung Washington.
Citra satelit terbaru menunjukkan kerusakan besar di fasilitas pengayaan uranium Natanz. Sejumlah bangunan penyuplai listrik terlihat rusak berat atau hancur. Fasilitas pengayaan uranium, yang mampu menghasilkan kemurnian level 60% atau satu langkah sebelum mencapai kadar senjata, juga dilaporkan hancur.
Meski demikian, Iran juga memiliki ruang pengayaan bawah tanah yang tidak tampak rusak.
Sejauh ini, tidak ada peningkatan level radiasi yang terdeteksi pascaserangan udara Israel terhadap fasilitas nuklir Iran di Isfahan, menurut Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Dalam unggahan di platform X pada Sabtu, IAEA menyatakan pihaknya tetap menjalin kontak erat dengan otoritas Iran, menyusul beberapa serangan terhadap fasilitas tersebut pada Jumat.
Isfahan, yang terletak di Iran tengah sekitar 440 kilometer di selatan Teheran, secara luas dicurigai sebagai lokasi utama pengembangan senjata nuklir rahasia Iran.
Puluhan target militer lain dihantam dalam semalam, termasuk sistem pertahanan udara, klaim militer Israel. Sebanyak tujuh tentara Israel dilaporkan terluka ringan akibat serangan rudal Iran.
Iran sebaliknya melaporkan dua jenderal tinggi yang tewas adalah wakil kepala intelijen dan wakil operasi staf umum angkatan bersenjata. Ayatollah Ali Khamenei menunjuk Jenderal Majid Mousavi menggantikan Jenderal Amir Ali Hajizadeh yang tewas dalam serangan tersebut.
Serangan balasan Iran
Hujan rudal Iran dikabarkan mengenai sejumlah titik di Israel, termasuk Tel Aviv. Seorang perempuan tewas, menambah jumlah korban tewas di Israel menjadi tiga orang. Sebanyak 19 orang luka akibat rudal yang menghantam wilayah pemukiman. Sementara itu, di Yordania, tiga warga terluka akibat objek jatuh yang diduga bagian dari rudal atau drone.
Gelombang kedua rudal Iran kembali menggempur wilayah Israel pada Sabtu (14/6) dini hari, memicu sirene serangan udara dan ledakan di langit Tel Aviv dan Yerusalem. Beberapa rudal tampak mengenai permukaan tanah, sementara sistem pertahanan Israel Irone Dome terlihat aktif mencegat hujan proyektil di langit.
Bandara Internasional Ben Gurion Israel tetap ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut. Di Iran, kebakaran terjadi di Bandara Mehrabad Tehran. Sementara itu, pemerintah Mesir melaporkan pasokan gas dari Israel dihentikan, memicu kekurangan energi domestik.
Ketegangan diplomatik dan respons regional
Mesir menyebut tindakan Israel sebagai "eskalasi serius" yang dapat menyeret kawasan ke dalam kekacauan. Universitas Al-Azhar di Kairo mengecam Israel sebagai "entitas bandit." Lebanon, Yordania, dan Suriah membuka kembali wilayah udara mereka setelah sempat ditutup karena eskalasi.
Paus Leo XIV menyerukan tanggung jawab moral dari Israel dan Iran untuk menahan diri, menekankan bahwa dunia harus bebas dari ancaman nuklir. Sekjen PBB Antonio Guterres juga mendesak kedua pihak menghentikan kekerasan, dengan mengatakan: "Cukup sudah eskalasi. Saatnya berdiplomasi.”