1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ethiopia Minta Bantuan Pangan Darurat

23 Oktober 2009

Kelaparan kembali mengancam Ethiopia, 25 tahun setelah mengalami bencana kelaparan yang menewaskan 1 juta orang.

Gadis kecil, Tariken Lakamu menunggu bantuan pangan di Ethiopia. Foto dokumentasi, Juni 2008Foto: AP

Lima tahun kemarau berkepanjangan yang hanya sesekali diselingi hujan telah mengancam kehidupan sekitar 23 juta penduduk di tujuh negara kawasan Afrika Timur. Hari Kamis (22/10), Ethiopia, salah satu negara di antara ketujuh negara itu, meminta bantuan pangan darurat senilai 121 juta Dolar AS kepada masyarakat internasional.

Menurut Menteri Negara Ethiopia untuk Pertanian dan Pembangunan Daerah Mitiku Kassa, awal tahun ini hampir 5 juta orang terancam kelaparan di negaranya. Namun minimnya hujan tahun ini menyebabkan jumlah orang yang membutuhkan bantuan darurat melonjak hingga 6,2 juta orang untuk periode Oktober hingga Desember 2009.

Peringatan mengenai situasi di Afrika Timur sudah didengungkan oleh PBB dan organisasi bantuan pangan Jerman Welthungerhilfe. Ketika meluncurkan laporannya pertengahan Oktober, Iris Krebber dari kantor Welthunger di Nairobi, Kenya juga mengingatkan, "Yang termiskin dari mereka yang miskin dan mengalami kelaparan adalah perempuan. Belum lagi, perempuan biasanya merupakan penanggung jawab utama dalam keluarga, yang menjamin makanan, kesehatan dan berbagai hal."

Ethiopia berpenduduk 83 juta orang. Menurut Menteri Pertanian Ethiopia Mitiku Kassa, hampir 80 ribu anak-anak di bawah usia lima tahun menderita kekurangan gizi parah. Selain hampir 160 ribu ton pangan bantuan, ia juga meminta 11 ton pangan khusus untuk anak-anak dan perempuan senilai 8,9 juta dolar AS, serta sekitar 45 juta Dolar AS bantuan non-pangan dari para donatur.

Mitiku Kassa mengatakan, sejak Januari negaranya menghadapi berbagai tantangan kemanusiaan yang meliputi keamanan pangan, kesehatan, nutrisi, sanitasi serta khususnya, air. Selama dua tahun terakhir di berbagai kawasan, sama sekali tak turun hujan. Diperkirakan kondisi kekeringan bisa berlangsung sampai 25 tahun ke depan.

Permintaan bantuan Ethiopia diserukan bersamaan dengan peluncuran laporan lembaga bantuan Oxfam berjudul "Band Aids and Beyond" dalam rangka memperingati 25 tahun tragedi kelaparan di Ethiopia tahun 1984. Dalam bencana itu lebih dari 1 juta orang meninggal akibat kelaparan.

Dalam laporan Oxfam tercatat imbauan Birhan Woldu, salah seorang yang mengalami masa kelaparan itu. Ia mengimbau internasional untuk membantu warga Ethiopia mengolah sektor pertanian dan menghasilkan pangannya sendiri. Dari sekitar 3,2 milyar Dolar bantuan dari Amerika Serikat saja hingga 1991, sekitar 94% pangan dipasok dari luar negeri.

Laporan Oxfam menekankan perlunya mengubah strategi bantuan kemanusiaan darurat untuk Ethiopia. Direktur Oxfam, Penny Laurence juga mengingatkan, meski tak dapat mendatangkan hujan, masih banyak hal yang bisa diperbuat untuk menghentikan siklus bencana akibat kekeringan di Ethiopia dan Tanduk Afrika.

Di Ethiopia banyak warga yang jenuh dengan citra "korban bencana kelaparan" yang dimiliki negaranya. Banyak warga berharap adanya investasi asing yang dapat membantu Ethiopia agar lebih mandiri memenuhi kebutuhan pangannya.

EK/AS/dpa/afpe/rtr

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait