Etiopia: Pasukan Tigray Terima Gagasan Damai Uni Afrika
12 September 2022
Sejak November 2020, pertempuran telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan orang mengungsi meninggalkan wilayah itu dalam cengkeraman krisis kemanusiaan karena menghadapi kekurangan pangan akut.
Kekerasan di wilayah utara Etiopia muncul kembali pada bulan lalu setelah gencatan senjata selama berbulan-bulanFoto: Amanuel Sileshi/AFP/Getty Images
Iklan
Setelah dua tahun berperang melawan pasukan pemerintah Etiopia, kepemimpinan Tigray telah menyatakan minatnya dalam proses perdamaian yang dipimpin oleh Uni Afrika (AU) pada Minggu (11/09).
"Kami siap untuk mematuhi penghentian pertikaian segera dan disepakati bersama," kata pihak berwenang Tigray dalam sebuah pernyataan, pada hari yang bertepatan dengan tahun baru Etiopia.
AU dan PBB menyambut perkembangan terbaru
Pemerintah Etiopia sebelumnya telah menyatakan minatnya dalam pembicaraan damai yang difasilitasi AU dan mengatakan mereka bersedia untuk datang tanpa prasyarat.
Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat dalam sebuah pernyataan menyambut baik kesempatan untuk perdamaian dan menasihati "kedua pihak untuk segera bekerja menuju gencatan senjata segera dan terlibat dalam pembicaraan langsung."
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa PBB siap mendukung proses perdamaian yang dipimpin AU.
Setelah bertahun-tahun berperang, kawasan itu berada dalam cengkeraman krisis kemanusiaan karena menghadapi krisis pangan akut. Etiopia juga berjuang melawan kekurangan listrik, sementara sistem perbankan dan telekomunikasi tetap offline.
Konflik berdarah di Tigray
Sejak November 2020, wilayah utara Etiopia telah menjadi pusat konflikantara Tigray People's Liberation Front (TPLF), yang memimpin pemerintahan sebelumnya negara itu, dan pemerintahan Perdana Menteri Abiy Ahmed saat ini.
Ethiopia: Satu Tahun Krisis Tigray Bergejolak
Perang yang telah berlangsung selama satu tahun di Ethiopia tidak juga menunjukkan tanda-tanda mereda. Kedua belah pihak saling menyalahkan atas krisis kemanusiaan yang semakin parah.
Foto: AP Photo/picture alliance
Sebuah kota terbakar
Penduduk ibu kota Tigray, Mekele, mengais reruntuhan setelah serangan udara oleh pasukan pemerintah pada 20 Oktober. Militer mengatakan pihaknya menargetkan fasilitas manufaktur senjata yang dioperasikan oleh Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), yang kemudian dibantah oleh pasukan pemberontak Tigray.
Foto: AP Photo/picture alliance
Kabut perang membubung tinggi
Asap dari serangan udara militer mengepul di langit Mekele. Pejuang Tigray menuduh pemerintah membunuh warga sipil, sementara pemerintah federal mengklaim pihaknya menargetkan depot senjata. Penduduk setempat mengkonfirmasi bahwa setidaknya satu kompleks industri besar di Mekele telah hancur.
Foto: Million Haileselassie/DW
Pasukan yang ditangkap
Tentara pemerintah Ethiopia yang ditangkap oleh pasukan Tigray duduk berbaris dan menunggu untuk dibawa ke pusat penahanan pada 22 Oktober. Tentara tersebut diarak di jalan-jalan Mekele dengan truk terbuka sebagai bentuk unjuk kekuatan menyusul serangan udara hari keempat di ibu kota.
Foto: picture alliance/AP
Bantuan dalam perjalanan
Kendaraan Masyarakat Palang Merah Ethiopia berjalan melalui Mekele, menyusul serangan udara pemerintah. Palang Merah berupaya untuk memberikan perawatan medis dan tempat penampungan di wilayah Tigray. Di tengah pemadaman telekomunikasi regional, organisasi ini merupakan kunci untuk membantu menghubungkan kembali keluarga yang terpisah oleh konflik.
Foto: Million Haileselassie/DW
Bantuan yang langka
Sebuah pesawat kargo dari organisasi bantuan Samaritan's Purse menyalurkan bantuan di Bandara Mekele pada Maret lalu. Aliran bantuan kemanusiaan ke Tigray sejak itu mengalami gangguan akibat penghalang jalan di rute-rute utama yang menghentikan konvoi untuk melewatinya dan serangan udara yang memaksa penerbangan bantuan dibatalkan.
Foto: AA/picture alliance
Permohonan yang putus asa
Pekerja kesehatan menggelar protes di luar kantor PBB di Mekele, mengutuk kematian pasien karena kekurangan makanan dan obat-obatan. Stok pasokan vital berkurang di ibu kota, dengan tingkat malnutrisi di antara anak-anak meroket. PBB belum lama ini mengumumkan akan menarik setengah pekerjanya dari Ethiopia.
Foto: Million Haileselassie /DW
Korban perang
Seorang korban serangan udara Togoga dirawat di rumah sakit. Pada tanggal 22 Juni, Angkatan Udara Ethiopia melancarkan serangan udara di kota Tigray dan menewaskan 64 warga sipil, melukai 184 orang. Ambulans yang berusaha mencapai tempat kejadian awalnya diblokir oleh tentara sebelum konvoi lain berhasil melewatinya dan membawa 25 korban ke rumah sakit di Mekele.
Foto: Million Haileselassie/DW
Protes internasional
Di sisi lain dunia, ratusan orang berunjuk rasa di Whitehall, London pada 19 Oktober lalu dengan membawa bendera dan slogan. Mereka menyerukan diakhirinya kekerasan dan blokade bantuan di Tigray. Banyak dari pengunjuk rasa adalah anggota diaspora Tigray, Ethiopia, dan Eritrea.
Foto: Tayfun Salci/picture alliance/ZUMAPRESS
Kemarahan di kedua sisi
Demonstran di ibu kota Addis Ababa berkumpul di luar kantor Program Pangan Dunia PBB pada September, untuk memprotes pengiriman bantuan ke wilayah Tigray. TPLF ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh pemerintah Ethiopia. Pejabat dan kelompok hak asasi juga menuduh pejuang Tigray melakukan kekejaman, termasuk merekrut tentara anak. (rs/ha)
Foto: Minasse Wondimu Hailu/AA/picture alliance
9 foto1 | 9
Pada November 2020, Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed memerintahkan serangan pemerintah di Tigray, sebagai tanggapan atas serangan terhadap pangkalan militer, di tengah tuduhan bahwa pasukan Tigray berusaha merebut kembali kekuasaan, yang mereka bantah.
Etiopia kemudian baru mengakui keterlibatan pasukan Eritrea dalam operasi tersebut, yang semakin memperumit masalah.
Awal bulan ini, dalam tawaran perdamaian bersyarat, pemimpin TPLF Debretsion Gebremichael menyerukan penarikan pasukan Eritrea dari seluruh Etiopia. Kekerasan di wilayah itu muncul kembali bulan lalu setelah gencatan senjata selama berbulan-bulan. Kedua belah pihak menuduh yang lain melanggar gencatan senjata. Pertempuran itu telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan orang mengungsi di negara terpadat kedua di Afrika itu.