Rumitnya Proses Evakuasi Tim Sepak Bola Remaja Thailand
3 Juli 2018
Tim bola remaja dan pelatih yang menghilang di Thailand berhasil ditemukan setelah sembilan hari lamanya terperangkap di dalam gua.
Iklan
Evakuasi untuk menyelamatkan satu tim sepak bola remaja yang terjebak di dalam gua di Thailand menghadapi kendala serius. Kondisi gua diakui cukup sulit karena beberapa akses jalan masuk gua tertutup air banjir. Sementara musim hujan menyebabkan air sulit surut.
Karena kondisi cuaca tersebut, salah seorang tim penyelamat mengatakan ada kemungkinan ketiga belas orang itu bisa terjebak di sana selama empat bulan.
Gua Tham Luang Nang Non yang terletak Provinsi Chiang Rai, Thailand, adalah gua yang cukup besar membentang sepanjang 10 kilometer di sisi wilayah pegunungan.
Kontur jalan masuk gua banyak berupa lorong sempit yang menuju suatu ruang terbuka, kemudian kembali lagi menjadi lorong-lorong sempit. Ketinggian penjelajahan di dalam gua ini pun bervariasi karena dasar gua yang berbatu dan berlumpur.
Sedikitnya 12 remaja beserta seorang pelatih diperkirakan terjebak sekitar dua kilometer di dalam gua, dan sekitar 800 meter di bawah permukaan tanah.
Mereka telah terjebak selama sepuluh hari di dalam salah satu ruangan di gua ketika air hujan membanjiri lorong tempat mereka masuk.
Tantangan Evakuasi
Gubernur provinsi Chiang Rai, Narongsak Osotthanakorn, mengatakan mereka akan mengutamakan keselamatan dalam upaya evakuasi para remaja tersebut.
"Kami telah sampai sejauh ini. Kami tidak mau kehilangan mereka," tegas Gubernur Narongsak.
Menteri Dalam Negeri Anupong Paochinda mengatakan tim penyelamat berusaha keras memompa keluar air untuk mengurangi tinggi permukaan air di dalam lorong gua. Namun hujan terus mengguyur bahkan diramalkan akan semakin deras mulai Rabu (04/07).
"Kami memompa air dengan cepat untuk mengeluarkan mereka dari sana secepat mungkin," kata Anupong kepada para wartawan. "Kalau hujan kian deras, level air akan naik dan mereka semakin sulit keluar."
Selama mereka belum bisa dievakuasi, pihak yang berwenang mengirimkan suplai makanan dan jel energi agar mereka dapat bertahan hidup setidaknya selama empat bulan di dalam gua.
Fenomena Terbentuknya Gua
Tetesan air tak kunjung henti melubangi batu. Yang diperlukan hanya air untuk menciptakan kecantikan alam ini. Tapi kadang kekuatan lain juga ikut serta.
Foto: picture-alliance/dpa
Tetesan Air
Tidak lebih dari air. Tetapi selama ratusan bahkan ribuan tahun, ini berdampak sangat besar, yaitu mengurai batu-batuan. Karbon dioksida yang terurai membuat air hujan jadi asam. Ini berdampak pada bebatuan, misalnya batuan kapur. Dengan demikian terbetuk gua di bawah tanah.
Foto: picture-alliance/dpa
Keju Swiss
Akibat air hujan, tapi juga karena sungai kecil dan besar, sistem gua bisa terbentuk, dan panjangnya bisa berkilometer-kilometer. Ini yang disebut sebagai gua karst. Contohnya gua Einhornhöhle di dekat Herzberg, di daerah Harz. Dulu orang percaya, telah menemukan fosil Einhorn (kuda unicorn) di gua tersebut. Tapi ternyata itu hanya fosil beruang gua.
Foto: picture-alliance/dpa
Gua Basah
Kadang sungai atau sungai kecil yang membentuk gua masih mengalir di dalam gua. Bisa jadi juga, gua terletak sepenuhnya di bawah permukaan laut, dan jadi tujuan favorit penyelam. Misalnya gua Cenoten yang ada di semenanjung Yucatan, Meksiko. Kadang bagian atap gua runtuh, sehingga orang bisa masuk dari atasnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Gua sebagai Lemari Beku
Jika di dalam gua suhu di bawah nol, air akan beku, sehingga terbentuk formasi es dan gua es. Di musim panaspun, udara dingin tidak bisa keluar. Sementara udara hangat berbobot berbobot lebih ringan dan bergerak ke atas, tidak ke dalam gua. Gua-gua seperti itu bisa ditemukan di Rusia, juga di Jerman. Di Gletser juga bisa terbentuk gua es.
Foto: picture-alliance/dpa
Formasi Batu Yang terbentuk
Gua batu tetesan juga terbentuk akibat air. Yang istimewa adalah batu tetesan, formasi batu yang berbentuk panjang, baik ke arah atas maupun bawah. Formasi ini terbentuk, jika kapur di sekelilingnya larut dalam air hujan, dan kemudian terbentuk lagi di tempat lain, di mana air menguap.
Foto: picture-alliance/dpa
Disukai Turis
Stalaktit adalah formasi batu yang terbentuk di atap gua. Sementara stalagmit terbentuk di dasar gua dan memanjang ke atas. Jika stalagmit dan stalaktit bertemu di satu titik, maka terbentuk tiang, yang disebut 'stalagnate', seperti bisa ditemukan di gua Carlsbad, di New Meksiko, AS.
Foto: picture-alliance/dpa
Romantika Biru
Jika gelombang terus menghampar tepian sungai di dalam gua, maka di sisi sungai juga akan terbentuk gua hempasan. Salah satu yang paling terkenal adalah Grotta Azzurra (gua biru) di Italia. Gua itu terutama diterangi cahaya, yang direfleksikan air laut. Itulah yang menyebabkan warna biru.
Foto: cc-by-sa/Arnaud Gaillard
Tidak Selalu Karena Air
Kadang gua terbentuk tanpa kaitan dengan air sama sekali. Gua tuf misalnya, tercipta dalam tuf kapur ketika jenis batuan ini terbentuk. Yakni karena ada udara yang terkurung di dalamnya. Oleh sebab itu, jenis gua ini disebut gua primer, karena tidak terbentuk karena pengikisan. Orang juga bisa mendirikan rumah bahkan sebuah desa dalam bebatuan ini. Misalnya desa cadas Kandovan di Iran.
Foto: DW/Helbig
Tergali dalam Panas
Gua lava juga gua primer. Gua jenis ini terbentuk, jika lava timbul di permukaan tanah saat gunung meletus. Lava tipis dan cair ini mendingin di permukaan tanah dan menjadi kaku, tetapi di bagian dalamnya masih cair. Bagian yang cair terus mengalir dan mencari jalan ke bawah tanah.
Foto: picture-alliance/OKAPIA/Gavriel Jecan/SAVE
Bundar dan Seperti Pipa
Oleh sebab itu gua lava kebanyakan berbentuk seperti pipa. Jika di atas atap tumbuh pohon-pohon, akarnya bisa tumbuh dan menerobos ke gua. Gua lava sebagian besar bisa ditemukan di Hawaii, juga di Islandia dan pulau-pulau Kanaria. Selain itu juga di bulan dan Mars.
Foto: CC BY-SA 2.5/Dave Bunnell
10 foto1 | 10
Namun, lagi-lagi, curah hujan yang deras hingga tanggal 10 Juli nanti diperkirakan akan menambah sulitnya upaya pengiriman makanan.
Sebagai langkah antisipasi, grup tersebut juga mendapatkan pasokan peralatan menyelam untuk mengevakuasi mereka melalui jalur yang sama yang dilalui tim penyelamat sebelumnya.
Koordinator nasional dari the National Cave Rescue di Amerika Serikat mengatakan bahwa membawa anak-anak yang bukan penyelam untuk melewati jalur tersebut sangatlah berbahaya. Bahkan para penyelam ahli pun membutuhkan waktu berhari-hari untuk mencapai lokasi mereka.
"Untuk mengeluarkan mereka mungkin bisa lebih cepat karena sudah ada jalur penyelaman, kantong oksigen ekstra, dan lampu pendar untuk menerangi jalur," katanya. Tapi tetap saja usaha untuk membawa pelatih dan anak-anak itu menyelam keluar sangat berisiko karena faktor kendala teknis dan risiko lain yang harus dipertimbangkan.
Sepuluh Hari Di Dalam Gua
Tim dari British Cave Rescue Council yang turut ambil bagian dalam tim operasi gabungan pertama kali menemukan posisi tepat mereka di dalam gua.
Sebuah video dari laman Facebook Angkatan Laut Thailand menunjukkan sebuah kelompok anak remaja yang tampak lemas terjebak di dalam gua. Namun secara keseluruhan mereka tidak dalam kondisi medis yang memprihatinkan.
Dalam video tersebut, tampak beberapa bocah berkaos bola berwarna merah dan biru diterangi cahaya senter petugas penyelamat.
"Ada berapa orang semuanya – 13? Bagus," kata salah seorang anggota tim penyelamat internasional dalam bahasa Inggris. "Kalian sudah berada di sini selama sepuluh hari. Kalian sangat kuat."
"Terima kasih," kata salah satu anak.
Salah satu dari mereka menanyakan kapan bisa keluar, yang dijawab "Tidak hari ini. Kamu harus menyelam."
Berita penemuan ini disambut kegembiraan di seluruh Thailand yang sebelumnya telah dihantui drama tentang hilangnya tim ini. Saluran telepon telah dipasang agar mereka bisa berkomunikasi dengan keluarga dan tim penyelamat.
Dua belas remaja berusia 10 hingga 16 tahun bersama seorang pelatih yang berusia 25 tahun pergi ke gua untuk merayakan ulang tahun salah seorang dari mereka setelah selesai latihan rutin.
Butuh lebih dari sembilan hari bagi para tim penyelamat untuk menemukan mereka. Hal ini terutama karena sulit sekali untuk bisa bergerak di dalam gua.
Bahkan para penyelam terlatih Angkatan Laut Thailand mengalami kesulitan ketika harus mengarungi aliran air berlumpur di dalam lorong sempit dalam gua itu.
ae/vlz (dpa/Reuters/AP)
Lukisan Gua Sulawesi – Menulis Kembali Sejarah
Sebuah riset mengungkapkan, lukisan gua pra-sejarah di Indonesia seumur dengan seni paling kuno di Eropa. Gambar yang ada disejumlah gua di Pulau Sulawesi memperlihatkan manusia sudah menggambar sejak 40 ribu tahun.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Lukisan Gua
Lukisan-lukisan kuno ditemukan di tujuh gua di Sulawesi Tengah, Indonesia. Foto-foto ini diambil dari pintu masuk gua, dimana ditemukan pula seni pahat batu yang usianya sudah sangat lawas.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Babirusa
Gambar-gambar pra-sejarah yang setidaknya sudah berumur 40 ribu tahun, menggambarkan hewan dan tangan manusia. Foto yang diambil dari gua Leang Pettakere, memperlihatkan tulisan – tulisan tangan dan gambar dua babirusa, hewan khas Sulawesi serta pulau-pulau lain di Indonesia.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Waktu Pembuatan Berbeda
Di gua Leang Pettakere, kita bisa melihat generasi yang berbeda dari lukisan-lukisan yang ada di dalam gua. Pada lukisan babirusa, bagian belakangnya kemungkinan dibuat lebih dulu oleh generasi sebelumnya, yang kemudian disempurnakan oleh generasi berikutnya. Keberadaan batu-batu seni itu pertama kali dilaporkan arkeolog asal Belanda, Heeren-Palm, pada 1950-an.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Mirip dengan Eropa
Sejumlah peneliti menemukan lukisan gua di Sulawesi, seumuran dengan lukisan batu paling kuno di Eropa, yang dianggap sebagai kelahiran seni. Lukisan-lukisan tersebut memiliki kesamaan dengan lukisan di dalam gua El Castillo, Spanyol, yang umurnya sekitar 37 ribu tahun. Sejumlah lukisan di gua El Castillo, ditasbihkan sebagai lukisan gua tertua di Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/Rodrigo De Balbin Behrmann
Seberapa Tua?
Karya seni purbakala di Sulawesi pertama kali dilaporkan ke arkeolog Belanda pada 1950-an. Namun selama bertahun-tahun, para arkeolog mengira itu peninggalan zaman pra-Neolitikum, yang periodenya sekitar 10 ribu tahun lalu. Pada 2011 saat arkeolog dari Indonesia dan Australia memulai penggalian gua Leang Burung 2 di Maros, baru diketahui umur sebenarnya dari lukisan-lukisan itu.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Pemandangan Alam
Keindahan pemandangan di kawasan Maros, dituangkan dalam lukisan-lukisan dalam gua. Lukisan tersebut menggambarkan keindahan sungai yang diukir dengan batu kapur dan lahan-lahan pertanian di sejumlah bukit.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Harus Dilindungi
Ada banyak lukisan-lukisan gua yang sangat indah, tetapi tidak sedikit pula yang sudah hancur karena erosi dan ancaman tangan-tangan jahat. Untunglah, guna perlindungan lebih lanjut, pemerintah Indonesia berencana memasukan lukisan-lukisan gua tersebut ke daftar resmi Warisan Budaya dan World Heritage List milik UNESCO.