Facebook mengatakan hari Rabu (4/4), data pribadi dari 87 juta orang bocor ke Cambridge Analytica. Sebelumnya perusahaan Mark Zuckerberg itu mengatakan ada sekitar 50 juta data akun pribadi yang bocor.
Iklan
Raksasa media sosial Facebook kini menyatakan, kemungkinan sampai 87 juta akun yang dibajak oleh Cambridge Analytica. Chief Technology Officer Facebook, Mike Schroepfer, merilis angka-angka baru itu hari Rabu (4/4) saat memperkenalkana seperangkat fitur baru aturan privasi Facebook untuk melindungi data-data pribadi penggunanya.
"Secara keseluruhan, kami percaya informasi dari hingga 87 juta orang di Facebook - sebagian besar di AS - mungkin telah diteruskan secara tidak layak ke Cambridge Analytica," katanya.
Konsultan politik Cambridge Analytica (CA) yang berbasis di Inggris membantah sudah melakukan pembajakan. CA mengatakan pihaknya melibatkan seorang profesor universitas "dengan itikad baik" untuk mengumpulkan data-data Facebook dengan cara yang biasa dilakukan oleh pengembang aplikasi pihak ketiga lainnya yang memanen informasi pribadi.
Facebook to investigate data abuse
01:40
Menghadap Komite di Kongres
Direktur Eksekutif dan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg mengatakan, dia akan tampil di hadapan anggota komite di Kongres AS 11 April mendatang untuk memberi kesaksian. Secara terpisah, Komisi Perdagangan Federal AS dan banyak otoritas di Eropa kini melakukan penyelidikan atas skandal itu.
Dengar pendapat ini akan "menjadi kesempatan penting untuk menjelaskan masalah privasi data konsumen yang penting, dan membantu semua warga Amerika lebih memahami apa yang terjadi pada informasi pribadi mereka secara online," kata ketua komite dari Partai Republik, Greg Walden, dan rekannya dari Partai Demokrat, Frank Pallone, dalam sebuah pernyataan.
"Kami menghargai kesediaan Mr. Zuckerberg untuk memberi kesaksian di hadapan komite, dan kami menantikan dia menjawab pertanyaan kami."
Mark Zuckerberg juga telah diundang untuk tampil di hadapan Komite Kehakiman Senat pada 10 April, bersama direktur Google Sundar Pichai dan direktur Twitter Jack Dorsey.
Zuckerberg mengatakan dia telah membuat "kesalahan besar karena gagal mengambil pandangan yang cukup luas tentang apa tanggung jawab Facebook di dunia."
Kebijakan privasi baru
Facebook juga mengungkapkan kebijakan privasi barunya yang bertujuan untuk lebih menjelaskan data-data yang dikumpulkan dari pengguna. Perubahan itu akan mulai diberlakukan minggu depan.
Senin depan, semua pengguna Facebook akan menerima pemberitahuan di feed Facebook mereka dengan tautan untuk melihat aplikasi apa yang mereka gunakan dan informasi apa yang telah mereka bagikan dengan aplikasi tersebut. Mereka akan memiliki kesempatan untuk menghapus aplikasi yang tidak lagi mereka inginkan. Selain itu, Facebook juga akan menghapus opsi pencarian akun seseorang dengan memasukkan nomor telepon atau alamat emailnya.
Beberapa minggu yang lalu Facebook mengatakan akan menghapus secara otomatis akses pengembang ke data pribadi pengguna, jika orang tersebut tidak menggunakan aplikasi bersangkutan dalam tiga bulan terakhir.
Perusahaan Yang Tinggalkan Facebook Setelah Skandal Data Pribadi
Beberapa perusahaan besar menyatakan mereka meninggalkan Facebook atau untuk sementara berhenti menggunakan media sosial ini. Tapi Facebook mengatakan, tidak banyak perusahaan yang ikut aksi #deletefacebook.
Foto: Getty Images/J. Kempin
Playboy Enterprises
Playboy Enterprises mengatakan telah menutup laman Facebook-nya saat skandal seputar media sosial itu berkembang. Playboy mengatakan, skandal privasi ini adalah insiden terakhir setelah lama mengalami kesulitan memposting ke situs tersebut karena aturan ketat Facebook. Sekitar 25 juta orang sebelumnya berinteraksi dengan halaman Facebook Playboy.
Foto: Getty Images/J. Kempin
SpaceX dan Tesla
Elon Musk, miliarder di belakang produsen mobil listrik Tesla dan program roket SpaceX, menulis di Twitter bahwa dia akan menghapus akun Facebook kedua perusahaannya. Keputusan itu tampaknya spontan setelah Musk menulis dia "tidak menyadari" bahwa SpaceX punya akun Facebook. Akun kedua perusahaan masing-masing memiliki sekitar 2,6 juta pengikut sebelum dihapus.
Foto: Reuters/T. Baur
Mozilla
Perusahaan di balik browser populer Firefox mengatakan dalam sebuah pernyataan, perusahaan itu "mengusahakan jeda" iklan Facebook-nya. Namun dikatakan, mereka tidak akan menghapus akun Facebook-nya, tetapi berhenti memposting pembaruan rutin pada akun. "Jika Facebook mengambil tindakan yang lebih tegas dalam cara berbagi data pelanggan... kami akan mempertimbangkan (langkah itu) kembali," katanya.
Foto: LEON NEAL/AFP/Getty Images
Sonos
Perusahaan AS yang khusus membuat sound system ini mengatakan, mereka menarik iklan-iklannya dari Facebook dan platform media sosial lainnya termasuk Instagram. Sonos mengatakan, apa yang terjadi akhir-akhir ini "membangkitkan tanda tanya", apakah Facebook serius ingin menjaga kerahasiaan data-data pribadi. Tapi Sonos tidak menghapus akun Facebooknya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Sonos
Commerzbank
Salah satu bank terbesar Jerman, Commerzbank, menyatakan akan memberhentikan untuk sementara iklan di Facebook. Direktur Utama Commerzbank mengatakan kepada harian ekonomi Jerman Handelsblatt: Kami jeda dulu dari iklan di Facebook. Perlindungan data dan mempertahankan citra perusahaan sangat penting bagi kami." Commerzbank akan menanti perkembangan lebih jauh untuk menentukan langklah selanjutnya.
Foto: Daniel Roland/AFP/Getty Images
Dr. Oetker
Perusahaan makanan Jerman Dr. Oetker menyerahkan keputusan kepada pengikutnya di Twitter. "Kami akan menghapus halaman Facebook kami jika didukung 1.000 retweet," tulis perusahaan itu si Twitter, 21 Maret lalu. Hari itu juga akun Facebooknya di-nonaktif-kan. Namun hari berikutnya akun Facebook Dr. Oetker aktif lagi. Di Twitter mereka menulis, "tidak mungkin" melakukan promosi tanpa Facebook.
Foto: Dr. Oetker
Tanggapan dari Facebook
Mengenai mundurnya beberapa perusahaan dari Facebook, perusahaan media sosial itu mengatakan: "Sebagian besar perusahaan yang kami ajak bicara minggu ini senang dengan langkah-langkah yang telah kami canangkan untuk lebih melindungi data pribadi, dan mereka percaya bahwa kami akan menanggapi tantangan ini dengan baik dan menjadi mitra yang lebih baik." (Alexander Pearson/hp/yf)