1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Fake News Persulit Penanganan Wabah Corona di Afrika

Cai Nebe
23 Maret 2020

Ketakutan membuat masyarakat rentan terhadap segala bentuk Fake News. Ini menyulitkan penanganan Covid-19 di Afrika. Bagaimana meredam berbagai mitos tentang virus Corona?

Seorang pria dengan masker pelindung di Addis Ababa, Ethiopia
Foto: AFP/M. Tewelde

Sistem kesehatan yang lemah, kota-kota yang penuh sesak, dan tingkat kemiskinan yang tinggi di Afrika menjadi lahan subur bagi virus corona. Benua ini sekarang mulai mengambil tindakan untuk mengekang penyebaran virus SARS-CoV-2: membatasi perjalanan, mengunci tempat-tempat umum dan menutup perbatasan.

Tetapi tidak yang bisa membendung penyebaran fake news atau berita palsu. Beredar banyak sekali saran-saran untuk penyembuhan yang tidak berdasar. Para pakar kesehatan Afrika mendesak masyarakat agar lebih hati-hati.

Institut Penelitian Virus Uganda Kino berada dalam keadaan siaga tinggi. Direktur Institut Profesor Pontian Kaleebu tahu bahwa melacak kasus infeksi, adalah kunci untuk menghentikan coronavirus.

"Semakin banyak orang bepergian dari situs yang terinfeksi ke tempat lain, maka semakin banyak kasus yang akan Anda miliki," katanya kepada DW.

 Fake News yang menggelisahkan

Sebuah teori populer yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenaran ilmiahnya adalah, bahwa iklim Afrika yang umumnya panas akan memperlambat penyebaran virus. Namun hingga kini tidak ada bukti bahwa iklim memainkan peran dalam pandemi ini.

Rumor lain yang beredar di Uganda adalah bahwa pakaian bekas impor dapat menyebarkan virus corona. Elizabeth Kiracho, kepala bagian epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Makerere mengatakan, penularan hanya dapat terjadi jika orang yang menjual pakaian  bekas ini terinfeksi.

"Virus ini hanya punya beberapa jam untuk menyebar. Pada saat pakaian sampai di sini, mereka tidak akan memiliki virus," kata Elizaveth Kiracho kepada reporter DW.

"Obat Penyembuh” Covid-19 di Nigeria

Di Nigeria, virus corona juga telah menyebabkan kepanikan. Di Facebook, Twitter, WhatsApp, dan media sosial lainnya banyak tulisan tentang obat yang bisa menyembuhkan Covid-19. Misalnya mencampur bawang putih dan madu, mengonsumsi urin sapi, dan banyak yang lain lagi. Ketakutan bahkan sempat membuat penduduk lokal melarikan diri kalau datang orang asing.

Beberapa kalangan percaya, wabah ebola seharusnya telah mempersiapkan Afrika lebih baik. Memang, fasilitas isolasi dan keahlian dalam mengendalikan penyakit menular masih ada. Tetapi apakah kapasitasnya cukup, Hal ini sangat diragukan. "Perawatan untuk ebola berbeda. Itu tidak menjamin sistem perawatan kesehatan kita siap untuk infeksi semacam ini," kata ahli epidemi Dr. Yerma Ahmad Adamu.

Sejauh ini, tidak ada batasan geografis, budaya atau nasional yang mampu menghentikan penyabaran virus corona. Pandemi ini akan menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan perekonomian Afrika dan harus ditangani secara bijaksana. Para ahli memperingatkan: menyebarkan fake news atau berita palsu tidak akan membantu apa-apa. (hp/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait