Pencarian jenazah penumpang dan badan pesawat AirAsia QZ8501 terus menghadapi tantangan cuaca buruk. Kementerian Perhubungan dan Bandara Juanda Surabaya memutasi beberapa pejabat dan pegawai yang dianggap lalai.
Iklan
Faktor cuaca menjadi hambatan utama dalam upaya pencarian badan pesawat dan jenazah penumpang AirAsia QZ8501, yang jatuh di Selat Karimata dalam perjalanan dari Surabaya ke Singapura akhir Desember lalu.
Hingga berita ini diturunkan, tim pencari dari Badan SAR Nasional (Basarnas) sudah berhasil mengevakuasi sedikitnya 39 jenazah. 37 jenazah sudah dikirim ke Surabaya.
Upaya pencarian badan pesawat masih belum membuahkan hasil, sekalipun teknologi sonar dan tim penyelam sudah dikerahkan. Jarak pandang di bawah air diberitakan mendekati 0 meter.
Pencarian kini difokuskan pada badan pesawat bagian belakang, yang biasanya menjadi lokasi penyimpanan kotak hitam (black box). Kotak hitam itu terdiri dari pencatat data pesawat dan perekam suara kokpit.
Penemuan kotak hitam diharapkan bisa mengungkap, apa yang sebenarnya terjadi di atas AirAsia QZ8501 dan mengapa pesawat tipe Airbus A320-200 itu jatuh dan tenggelam di laut.
Manajemen penerbangan simpang siur
Sebelumnya beredar berita bahwa pilot AirAsia QZ8501 menerbangkan pesawatnya dari Surabaya menuju Singapura dengan 155 penumpang dan tujuh awak pesawat tanpa ijin. Namun laporan itu ternyata tidak benar. AirAsia sudah mendapat ijin terbang dari pengawas lalu lintas penerbangan Air Traffic Control (ATC).
Yang sebenarnya terjadi adalah kekacauan manajemen penerbangan, yang melibatkan pejabat dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebagai otoritas penerbangan, PT Angkasa Pura I sebagai pengelola Bandara Juanda Surabaya, dan perusahaan Air Navigation Indonesia (AirNav) yang diserahi tanggung jawab atas lalu lintas penerbangan dan pengelolaan ATC.
Maskapai Indonesia Yang Dilarang di Eropa
Banyak maskapai penerbangan di Indonesia mendapat rapor merah dari Uni Eropa terkait faktor keamanan dan dilarang beroperasi di wilayahnya. Sebagian besar maskapai kecil, lainnya dimiliki konglomerat papan atas.
Foto: Reuters
Sriwijaya Air
Sejumlah insiden minor tercatat dalam sejarah Sriwijaya Air yang baru seumur jagung. Didirikan 11 tahun silam, salah satu pesawat milik maskapai besutan keluarga Lie ini pernah tergelincir 2008 lalu di Bandar Udara Sultan Thaha dan menabrak tiga orang. Insiden diakibatkan kerusakan pada sistem hidraulik rem. 13 orang mengalami luka-luka akibat insiden tersebut.
Foto: ADEK BERRY/AFP/Getty Images
Lion Air
Lion Air mencatat pembelian terbesar dalam sejarah Airbus dan Boeing. Namun ambisi ekspansi maskapai besutan konglomerat Rusdi Kirana ini tidak berbanding lurus dengan faktor keamanan. 2013 lalu salah satu pesawatnya tergelincir di Bandara Ngurah Rai dan tercebur ke laut. Sedikitnya 45 orang mengalami luka-luka. Tercatat sebanyak 24 insiden pernah dialami Lion Air dalam sejarahnya
Foto: Reuters
Merpati Nusantara Airlines
Kendati mengalami kebangkrutan Februari 2014 silam, Merpati tetap masuk dalam daftar hitam Uni Eropa. Maskapai pelat merah ini mencatat berbagai macam insiden yang menelan korban jiwa. 2009 silam pesawat Twin Otter hilang di Papua. Sebanyak 15 penumpang tewas. Mei 2011 pesawat bernomer penerbangan 8968 jatuh di perairan dekat Bandar Udara Utarom, Kaimana, Papua Barat. Seluruh penumpang Tewas.
Foto: picture-alliance/dpa
Citilink
Anak perusahan Garuda Indonesia yang khusus melayani penerbangan murah ini sejatinya belum pernah mengalami insiden serius, kecuali 2011 silam saat penerbangan 087 dibatalkan setelah mengudara lantaran kerusakan pada mesin. Dengan berbekal armada pesawat yang rata-rata berusia 5,7 tahun, Citilink diyakini tidak lama lagi akan keluar dari daftar hitam Uni Eropa.
Foto: Reuters
Batik Air
Serupa dengan Citilink, Batik Air belum pernah mengalami insiden sejak pendiriannya 2013 silam. Larangan beroperasi disematkan pada maskapai murah ini karena kedekatannya dengan perusahaan induk Lion Air dalam hal pemeliharaan pesawat. Lion Air saat ini banyak dikritik karena terlalu banyak berhemat di bidang Maintenance, yang mengakibatkan pesawat sering mengalami kerusakan.
Foto: ADEK BERRY/AFP/Getty Images
Riau Airlines
Maskapai Riau Airlines didirikan pada tanggal 12 Maret 2002 dan mulai beroperasi pada Desember 2002. Maskapai ini adalah satu-satunya maskapai Indonesia yang berkantor pusat di luar Jakarta dan sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah daerah. Sempat jatuh bangkrut, Riau Airlines kembali beroperasi dengan Boeing 737-500 dan beberapa pesawat kecil yang melayani rute penerbangan lokal.
6 foto1 | 6
Sampai saat ini, belum ada pihak yang mengaku bersalah dalam simpang siur yang terjadi, sehingga AirAsia QZ8501 diijinkan terbang sekalipun tanpa jadwal. Namun diam-diam, beberapa pejabat dan pegawai bandara sudah dimutasikan atau dinonaktifkan.
"Ada beberapa pejabat yang diduga terkait penerbangan tanpa jadwal tersebut yang sudah dinonaktifkan dan dimutasi," kata Hadi Mustafa Djuraid, staf Menteri Perhubungan kepada wartawan di Jakarta, Selasa (06/01).
Menurut laporan detikcom, ada 2 pejabat Kementerian Perhubungan yang dinonaktifkan untuk menjalani pemeriksaan. Sedangkan AirNav menonaktifkan 3 orang pegawainya, termasuk General Manager AirNav Surabaya.
PT Angka Pura I yang mengelola Bandara Juanda Surabaya memutasikan 2 pejabatnya, termasuk Kepala Operasi Bandara.