Penggemar sepak bola di seluruh Eropa sungguh menantikan kejuaraan Euro 2020. Namun dengan adanya pembatasan perjalanan, kapasitas stadion, dan alokasi tiket yang belum jelas, keseruan pun jadi terbatas.
Iklan
Turnamen kejuaraan sepak bola Eropa, Piala Euro, yang akan berlangsung di 11 kota di benua biru ini selalu jadi hal yang luar biasa bagi para penggemar sepak bola. Penggemar rela bepergian dari satu negara ke negara lain demi bisa menonton langsung tim jagoannya berlaga. Tapi sekarang, pandemi memaksa turnamen ini ditunda selama 12 bulan dan banyak komplikasi lainnya.
Sudah 15 bulan berlalu sejak infeksi virus corona pertama kali dilaporkan di Eropa, dan sebagian besar liga sepak bola di Eropa harus menyelesaikan pertandingan pada musim laga nyaris tanpa penonton sama sekali.
Tidak ada fans yang hadir untuk menyaksikan Atletico Madrid mengungguli Barcelona dan Real Madrid di Liga Spanyol untuk kedua kalinya dalam 17 tahun. Tidak ada juga fans Lille yang dapat melihat gelar Ligue 1 yang pertama kali diraih klub Prancis ini selama satu dekade.
Namun keadaan berangsur membaik. Setidaknya pada hari Sabtu (29/05), sekitar 250 fans FC Bayern München bisa secara langsung melihat tim kesayangan mereka mengangkat trofi Bundesliga di Stadion Allianz Arena di München.
Boleh nonton di stadion? Tergantung!
Dalam tiga minggu mendatang, stadion yang sama berharap bisa menyambut 14.500 penggemar bola untuk pertandingan Euro 2020 Jerman melawan Prancis (15 Juni), Portugal (19 Juni) dan Hongaria (23 Juni), ditambah potensi berlaga di perempat final pada 2 Juli jika angka infeksi virus corona cukup rendah dan memungkinkan.
Pada akhir April, kota München hampir saja mengalami nasib yang sama seperti Bilbao dan Dublin, yang dilarang mengadakan pertandingan oleh UEFA setelah otoritas lokal tidak bisa menjamin pertandingan dengan penonton di dalam stadion.
Dalam kasus München, UEFA mengatakan telah "diberitahu bahwa otoritas yang bertanggung jawab telah mengizinkan empat pertandingan dengan setidaknya 14.500 penonton."
Namun Walikota München Dieter Reiter tetap mengingatkan: "Apakah pertandingan berlangsung dengan penonton, atau berapa banyaknya, tidak ada yang bisa mengatakannya. Belum ada jaminan adanya penonton."
Senada dengan Reiter, juru bicara otoritas Jerman yang bertanggung jawab di bidang olahraga mengatakan bahwa izin adanya penonton atau tidak sangat bergantung pada tingkat infeksi.
Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) hanya bisa mengonfirmasi bahwa skenario kapasitas minimal 14.500 di München bisa dianggap realistis, tetapi "penyesuaian mungkin diperlukan jika otoritas lokal melihat adanya bahaya bagi kesehatan masyarakat akibat COVID-19. "
Singkat kata, semuanya belum pasti.
Dan bagi sebagian penggemar sepak bola yang ingin menonton langsung di stadion, turnamen ini jadi tidak lagi asyik.
Pembatalan tiket dan pembatasan perjalanan
Pekan lalu, UEFA mulai membatalkan ribuan tiket yang telah dibeli pada tahun 2019 dengan alasan adanya pembatasan kapasitas penonton. Sepuluh dari sebelas stadion tuan rumah hanya boleh beroperasi dengan jumlah penonton dibatasi, dan hanya Stadion Puskas Arena di ibu kota Hongaria, Budapest, yang boleh diisi penuh.
Tapi UEFA terus mengiklankan kursi penonton dengan harga mahal, pada saat yang sama para sponsor memberikan tiket gratis untuk promosi. Ini membuat para fans sepakbola frustrasi.
Mengapa Gaya Rambut Klimis Atlet Sepakbola di Masa Pandemi Dikritik?
Banyak pemain sepakbola di liga Jerman Bundesliga yang turun ke lapangan dengan gaya rambut klimis dan rapih. Padahal selama masa lockdown, salon rambut tidak boleh beroperasi. Itu sebabnya penampilan mereka dikritik.
Foto: Frank Hoermann/Sven Simon/Peter Schatz/imago images
Siapa yang menata rambut mereka?
Para pemain sepakbola dari klub VFB Stuttgart tampil dengan potongan rambut super rapih. Asosiasi Penata Rambut Jerman mengatakan, potongan rambut itu tidak mungkin terwujud tanpa bantuan penata rambut profesional. Padahal salon rambut selama masa lockdown di Jerman tidak boleh beroperasi. Jadi bagaimana mereka bisa mendapat gaya rambut seperti itu?
Foto: Frank Hoermann/Sven Simon/imago images
Hanya mungkin dengan bantuan profesional?
"Potongan rambut yang rapih sampai ukuran milimeter, rambut belakang yang tertata baik sampai ukuran milimeter, konturnya merata bersih", tulis Asosiasi Penata Rambut kepada Ketua Asosiasi Sepakbola Jerman, DFB. "Potongan rambut semacam itu hanya mungkin dengan bantuan penata rambut profesional dan peralatan profesional juga."
Foto: Ina Fassbender/REUTERS
"Mereka potong rambut sendiri"
Setahu kami "tidak ada yang berkunjung ke salon rambut", tulis jurubicara klub Borussia Mönchengladbach kepada DW. "Saya baru berbicara dengan seorang pemain, yang mengatakan, dia kemarin baru saja merapihkan potongan rambutnya sendiri. Kesan kami adalah, semua pemain sangat disiplin menerapkan aturan yang ada".
Foto: Moritz Müller/imago images
Gaya Swedia
Yang tidak mengundang kritik misalnya gaya rambut pesepakbola Swedia Emil Forsberg dari klub RB Leipzig. Rambutnya yang tumbuh lebat dibiarkan terurai sejak ada aturan pembatasan corona.
Foto: Markus Ulmer/imago images
Mengikat rambut panjang di lapangan
Pesepakbola Austria Marcel Sabitzer dari klub RB Leipzig juga membiarkan rambutnya tumbuh panjang. Dia sering memperbaiki ikatan rambutnya di lapangan.
Foto: Roger Petzsche/Picture Point LE/imago images
Tanpa masalah dengan gaya rambut
Pelatih FC Schalke 04 yang baru, Christian Gross, tentu tidak punya masalah dengan lockdown dan gaya rambut. Jadi soal ramainya debat gaya rambut di lapangan bola, dia hanya tertawa saja. Tidak diketahui, kapan dia terakhir kali mengunjungai salon rambut. (Teks: Andreas Sten-Ziemons/hp/ )
Foto: Sebastian El-Saqqa/augenklick/picture alliance
6 foto1 | 6
"Ini hanya menunjukkan bahwa bukan penggemar yang utama bagi mereka, tapi uang," kata John, seorang penggemar tim Inggris yang secara teratur mengikuti pertandingan tim di seluruh Eropa. Tapi kali ini John memutuskan untuk tidak menonton langsung karena adanya pembatasan perjalanan antara Inggris dan tempat tinggalnya di Jerman.
John tidak sendirian. Para pelancong yang tiba di Inggris Raya dan di Belanda, saat ini masih wajib dikarantina selama sepuluh hari. Sedangkan Denmark sama sekali tidak mengizinkan pelancong dari luar negeri untuk masuk.
Di München sendiri, aturan karantina tergantung dari mana asal penggemar tersebut. Sedangkan Azerbaijan mencabut larangan bepergian bagi warga negara dari negara-negara yang bertanding di Baku. Aturan berbeda diterapkan Hongaria. Di sana, pemegang tiket penonton tidak diharuskan menjalani karantina. Demikian pula di Rumania, asalkan mereka hanya tinggal di Rumania tidak lebih dari tiga hari.
Iklan
Penggemar bingung dan frustrasi
Tim Jerman akan memainkan tiga pertandingan grup ditambah potensi pertandingan perempat final di München. Ini berarti para penggemar yang tinggal di Jerman dan tiketnya belum dibatalkan tidak perlu bepergian ke luar negeri.
Tapi bagaimana kalau tim jagoan mereka harus bepergian ke luar negeri? Bagi penggemar seperti Lars yang secara teratur mengikuti dan menonton tim nasionalnya di luar negeri ini sangat menjengkelkan.
Uniknya Evolusi Kaus Timnas Sepak Bola Jerman
Timnas Sepak Bola Jerman yang dijuluki dengan der Panzer tidak hanya jadi jagoan orang Jerman, tapi pendukungnya di seluruh dunia juga banyak. Berikut evolusi kaus timnas Jerman dari dulu hingga sekarang.
Foto: picture-alliance/dpa/Baumann
Garis-garis, pertama kali untuk timnas Jerman!
Demi menyambut Piala Eropa pada bulan Juni 2020 mendatang, timnas Jerman memutuskan untuk memilih desain dengan pola garis-garis yang terlihat simpel, tapi tetap tegas. Apakah pilihan desain ini mewakili sifat orang Jerman pada umumnya?
Foto: picture-alliance/dpa/adidas
Mengingat masa monokrom
Hitam dan putih memang selalu menjadi pilihan timnas Jerman. Desain yang satu ini adalah desain tahun 2018 yang diadaptasi dari kaus timnas Jerman pada tahun 1990. Bagi para suporter DFB (Asosiasi Sepak Bola Jerman), ini pastinya menjadi salah satu favorit sepanjang masa.
Foto: picture-alliance/dpa/adidas
Putih dengan aksen hitam
Klasik. Mungkin inilah satu kata yang paling tepat untuk menggambarkan kaus timnas tahun 2016 ini. Putih sederhana dengan kerah hitam. "Kaus ini akan membawa kemenangan", ujar kapten timnas Bastian Schweinsteiger sebelum Piala Eropa dimulai pada tahun 2016 di Prancis. Tapi sayang, der Panzer tidak dapat memenangkan gelar ke empatnya di dataran Eropa tahun itu.
Foto: Getty Images/AFP/T. Schwarz
Kaus bola yang mengantar ke kemenangan
Kaus timnas yang satu ini mengingatkan semua orang akan gol semata wayang yang dicetak Mario Götze pada laga final melawan Argentina di final Piala Dunia tahun 2014, yang membawa Jerman memenangkan bintang ke empatnya, menambah mahkota untuk si elang di dada para pemain Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Gebert
Tiga garis, tiga bintang, dan urutan ketiga
Kaus timnas yang dikenakan para pemain untuk ajang Piala Dunia tahun 2010 di Afrika Selatan adalah kaus dengan desain khas Jerman yang hanya dapat menemani Die Mannschaft merebut posisi ketiga.
Foto: picture-alliance/Pressefoto Ulmer
Kaus hitam sebagai pengingat sejarah
Sebelum terbentuknya Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) di tahun 1900, pertandingan internasional hanya dimainkan dengan kaus berwarna hitam. Kaus berwarna hitam dihidupkan kembali di tahun 2010, dan timnas Jerman belum pernah mengalami kekalahan ketika menggunakan kaus berwarna hitam.
Foto: AP
Ikut serta di EURO 2008 dengan tren kaus di masanya
Dengan mengintegrasikan nomor punggung di dada kanan, dan pastinya elang sebagai lambang DFB di dada kiri, timnas Jerman berhasil melaju ke final Piala Eropa tahun 2008. Sayang, kali itu Schweinsteiger dan rekan satu timnya harus menelan kekalahan 1:0 saat melawan timnas Spanyol di final.
Foto: picture-alliance/dpa/Landov
Mimpi buruk anak milenial
Kurang berwarna dan terlalu banyak warna hitam suram. Kaus yang satu ini tidak membawa keberuntungan untuk Jerman karena mereka kalah dengan Portugal di babak penyisihan dengan skor memalukan 3:0 dalam Piala Eropa tahun 2000.
Foto: picture-alliance/dpa
Desain bendera Jerman yang terbalik
Bila diperhatikan tren warna bendera Jerman yang terbalik ini dinilai sangat eksentrik dan sangat berwarna. Ini adalah desain pertama yang dikenakan para pemain timnas Jerman di Amerika Serikat tahun 1994 dimana mereka memiliki nama di punggung mereka.
Foto: picture-alliance/dpa/O.Berg
Juara Dunia!
Menjadi tuan rumah untuk ajang Piala Eropa di tahun 1988, Jerman berlaga dengan desain kaus baru yang berani dan sangat menunjukkan aksen bendera Jerman pada kausnya. Dengan kaus ini Jerman meraih gelar juara dunia ketiganya dua tahun kemudian.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Leonhardt
Piala Dunia 1974
Dibandingkan dengan kaus-kaus terbaru, kaus timnas Jerman pada Piala Dunia tahun 1974 terlihat sangat polos dan tidak berwarna. Hanya ada aksen hitam di kerah dan lambang elang DFB di dada kiri para pemain. Menjadi juara dunia dan tetap menjaga kesederhanaan sepertinya adalah karakter tim Jerman!
Foto: picture-alliance/dpa/Baumann
11 foto1 | 11
"Menjengkelkan karena pertandingan terjadi di begitu banyak negara berbeda dan tidak di satu negara tuan rumah yang kemudian bisa kita kunjungi," gerutu Lars. Baginya, tim Jerman bermain di Münich itu membosankan. "… Itu sudah biasa, saya pernah ke sana sebelumnya."
"Kalaupun kau punya tiket, duduk sendiri memakai masker sepanjang pertandingan bukanlah bayangan saya tentang sepak bola," kata Lars.
Penggemar tim Inggris bernama John juga sependapat. "Lagi pula itu tidak akan terlalu menyenangkan; saya hanya akan menonton di pub. Mudah-mudahan saya bisa melakukan perjalanan ke kualifikasi Piala Dunia di Polandia dan Hongaria di bulan September."