1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Fantasi Berujung Hukuman Mati

20 Desember 2006

Vonis hukuman mati pengadilan di Libya, terhadap lima wanita perawat Bulgaria dan seorang dokter Palestina, dengan tuduhan menginfeksi virus AIDS dikomentari dengan tajam oleh sejumlah harian internasional.

Seorang warga Bulgaria berdemonstrasi di depan kedutaan Libya di Sofia
Seorang warga Bulgaria berdemonstrasi di depan kedutaan Libya di SofiaFoto: AP

Vonis hukuman mati tersebut menghancurkan harapan dapat terjadinya normalisasi hubungan antara Libya dengan barat. Demikian tajuk harian Inggris Times yang terbit di London.

"Birokrasi, sikap ngotot dan kekayaan minyak Bumi Libya, menyebabkan hampir semua upaya untuk melakukan reformasi politik dan ekonomi mengalami kegagalan. Frustrasi negara-negara barat selaras dengan harapan yang tidak realistis dari Libya. Kasus vonis hukuman mati itu menunjukan, rehabilitasi Libya tidak dapat berjalan dengan cepat, dan juga tidak bisa dilakukan tanpa proses yang menyakitkan."

Sementara harian Perancis Liberation yang terbit di Paris berkomentar :

"Vonis hukuman mati ini merupakan sinisme yang amat memuakkan. Semua mengetahui, bahwa anak-anak itu sudah terinfeksi virus AIDS sebelum para perawat Bulgaria dan dokter Palestina bertugas di Libya. Tapi, jika pemerintah di Tripolis tidak menuduh perawat dan dokter asing secara sengaja mengimpor virus AIDS, artinya mereka harus mengakui bahwa pejabatnya tidak becus, sehingga mengakibatkan tragedi tewasnya ratusan anak-anak akibat terinfeksi AIDS."

Sedangkan dari Bulgaria sendiri, harian liberal kanan Dnewnik yang terbit di Sofia dalam tajuknya berkomentar :

"Libya tidak memerlukan instrumen semecam ini untuk menekan Bulgaria. Pemerintah di Sofia tidak mau diperas dengan cara seperti itu, karena menyadari sasaran yang dituju adalah Uni Eropa dan AS. Keduanya memiliki kendali dan pengaruh, dan Muammar el Khaddafi pasti menghendaki sesuatu dari mereka. Sebab siapa lagi yang dapat memenuhi tuntutan Libya, jika bukan negara-negara barat yang dapat memberikan jawaban yang memadai?"

Harian Italia Corriere della Sera yang terbit di Milan dalam tajuknya menulis:

"Khaddafi berfantasi mengenai adanya sebuah komplotan jahat. Ia meyakini, pasti virus AIDS itu diproduksi di laboratorium rahasia musuh besarnya. Dengan virus itu, dinas rahasia AS - CIA dan dinas rahasia Israel - Mossad dituding hendak memusnahkan warga Arab atau warga kulit hitam serta warga berbahasa Spanyol di Amerika. Juga dalam kasus perawat Bulgaria dan dokter Palestina, skenario komplotan jahat ini kembali muncul."

Terakhir harian Swiss Tages Anzeiger yang terbit di Zürich berkomentar:

"Khaddafi menghadapi jalan buntu. Ia menahan enam orang buruh migran sebagai sandera politik. Mereka disiksa dan sejak bertahun-tahun harus merasa ketakutan kehilangan nyawanya. Khadaffi mendemonstrasikan, apa yang harus dipatuhi dari sistem hukumnya. Barang siapa bermain api dengan kesehatan warga Libya, mereka harus mati. Tanpa senjata pemusnah massal-pun Khaddafi dapat berkuasa sebagai diktator. Hal itu terasa setiap hari oleh rakyatnya."