PUBG Haram? Peneliti: Game Bukan Penyebab Utama Kekerasan
25 Maret 2019
Video game seringkali disalahkan sebagai penyebab tindakan kekerasan yang dilakukan anak muda. Penelitian menunjukkan bahwa faktor keluarga dan sosial lah yang lebih berpengaruh.
Iklan
Wacana video game sebagai pemicu kekerasan telah menjadi bagian dari debat sosial masyarakat dunia sejak lama. Hilary Clinton di tahun 2005, saat masih menjadi senator, pernah menyatakan bahwa "bermain video game kekerasan untuk remaja sama seperti merokok tembakau untuk kanker paru-paru".
Berbagai serangan bersenjata yang terjadi di Amerika Serikat juga diyakini disebabkan oleh pelaku yang terpapar kekerasan saat bermain video game. Presiden Trump, misalnya, menyalahkan video game atas kejadian penembakan di Marjory Stoneman Douglas High School di Florida, yang menewaskan 17 siswa.
Permainan role playing game, di mana pemain menggunakan senjata dan membunuh untuk bertahan hidup, seperti PlayerUnknown's Battlegrounds atau PUBG, menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir.
Di India, game PUBG sudah dilarang pada awal Maret. Pelarangan ini ditujukan untuk mencegah kekerasan dilakukan oleh anak-anak yang bermain game tersebut. "Karena permainan ini, pendidikan anak-anak dan remaja terpengaruh. Game ini juga mempengaruhi perilaku, tata krama, ucapan dan perkembangan anak-anak," demikian pernyataan dalam surat perintah polisi negara bagian Gujarat, tertanggal 6 Maret.
Indonesia dan Malaysia pun juga berwacana untuk melarang permainan PUBG. Dilansir dari Detik News, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tengah mempertimbangkan fatwa haram untuk game PUBG. Kemkominfo pun menanggapi pertimbangan tersebut. "MUI lembaga independen. Kalau memang (PUBG) dirasakan merusak, dikaji dulu, dan silahkan diajukan ke Kominfo. Kami siap menindaklanjuti permintaan pemblokirannya," kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan.
Revolusi Artwork Games Komputer
Permainan komputer kini tidak lagi sekedar menggerakan figur berbentuk kotak atau lingkaran. Grafik yang ditampilkan hampir seperti dunia nyata. Galeri foto berikut menampilkan perkembangan games masa ke masa.
Foto: Electronic Arts
1-0 Bagi PONG!
1972 perusahaan ATARI mengembangkan games "Pong". Walau sudah ada games lain, "Pong" adalah yang pertama berhasil menembus pasar komersil. Games ini seperti bermain tenis meja. Dua balok bergerak naik turun dan memukul bola ke lapangan lawan. Permainan ini masih ada hingga sekarang. Khususnya sebagai aplikasi smartphone.
Foto: Atari
Pac Man - Garis dengan Mulut
1980 permainan klasik dilahirkan. "Pac Man" harus makan poin di labirin hitam. Ia dikejar hantu yang muncul dari berbagai arah. Semakin tinggi level, semakin banyak hantu yang muncul. Di tahun 2009, salah satu pemain tercepat di dunia menyelesaikan 255 level dalam 3 jam, 41 menit dan 22 detik.
Foto: Getty Images
Pahlawan Masa Kecil
1981 perusahaan Jepang Nintendo merilis salah satu permainan Jump'n'Run yang pertama. Pada "Donkey Kong", seorang tukang yang harus membebaskan kekasihnya dari cengkeraman gorila. Ia harus bergerak cepat dan mengatasi berbagai rintangan. Si kecil Mario sangat digemari, sehingga tahun 1983 ia memiliki permainannya sendiri. "Super-Mario" hingga kini adalah kesuksesan terbesar Nintendo.
Foto: AP
Permainan Klasik
Di "Mario Bros", Super-Mario mendapat pekerjaan yang sungguhan. Yakni tukang ledeng. Bersama saudaranya Luigi ini membebaskan sistem pipa bawah tanah dari berbagai karakter yang aneh: kura-kura, kepiting, dan sejenisnya yang hanya bisa disingkirkan dengan loncatan dan tendangan. Ada beberapa level berbeda yang bisa dimainkan. "Mario Bros" permainan klasik Gameboy yang disukai jutaan anak-anak.
Foto: AP
Indiana Jones Versi Perempuan
Celana pendek ketat, ransel dan dua pistol 9mm menjadikan Lara Croft sebagai protagonis seri games sukses "Tomb Raider". 1994 desainer Toby Gard menciptakannya. Lara Croft adalah ahli arkeologi yang berpetualang ke seluruh dunia. 2001 dan 2003 games ini diangkat ke layar lebar dengan Angelina Jolie sebagai Lara Croft.
Foto: AP
Untuk Semua Anggota Keluarga
"The Sims" masuk ke kategori games "simulasi". Kita bisa memainkan peran tertentu, membangun rumah, menghasilkan uang, mendapat teman baru, memiliki keluarga. Games ini menarik karena terjadi interaksi dengan beberapa pemain lain. Lagipula ada versi khusus yang memungkinkan bepergian ke abad pertengahan atau sekedar berlibur.
Foto: Electronic Arts
Revolusi Permainan Menembak
1993 muncul "Doom" permainan menembak yang dikenal dengan istilah Ego-Shooter. Grafik 3D dan Dolby Surround Sound menjadikan games ini sangat realistis. Para remaja bermain semalaman dan berperang di planet Mars lawan alien dan setan. Bertahun-tahun permainan ini dianggap berbahaya. Padahal games lain seperti "Quake" dan "Counterstrike" lebih berdarah.
Foto: id Software
Di Tengah Peperangan
Artwork generasi permainan terbaru ini hampir menyerupai sebuah foto. Pada wajah para tentara di "Medal of Honor - Warfighter (Oktober 2012) bisa terlihat dampak stres dari perang. Walau games ini berkesan 'menjual' perang, tampilan grafiknya layak untuk dilihat.
Foto: Electronic Arts
Ketajaman Grafik
"FIFA 13" dikenalkan pada Gamescom tahun lalu di Köln. Games ini mengutamakan para pemain bintang sepak bola internasional. Mimik wajah disempurnakan dan adegan permainan tampil lebih realistis.
Foto: Electronic Arts
NFS - Permainan Balap Mobil Tersukses
Sejak 1994 lebih dari 300 milyar mil ditempuh para pemain pada seri games "Need for Speed". Ada jalur yang menegangkan, banyak pilihan untuk mengoptimalkan mobil, dan tentu action. Pada "Most wanted" (Oktober 2012) tidak ada lagi peraturan yang berlaku. Semua bisa membalap siapa saja dan dikejar oleh polisi. Lokasinya di jalanan kota New York.
Foto: Electronic Arts
Köln di Tahun 2047
Februari 2013 dirilis "Crysis 3" yang dikembangkan di perusahaan games Jerman Crytek. Sebelum dijual pun, permainan ini sudah mendapat banyak pujian. Sebagai kampanye iklan Crytek menggunakan kota-kota besar Jerman, Köln, Berlin, München, Frankfurt dan Hamburg, dengan tampilan ala Crysis. Hanya dalam beberapa hari "Crysis 3" memimpin peringkat penjualan.
Foto: Electronic Arts
11 foto1 | 11
Video game bukan penyebab utama kekerasan
Sarah Mayr, psikolog Jerman dengan fokus Human Factors dan molecular psychology, dalam tulisannya Vom Gamer zum Täter – Erhöhen Videospiele die Gewaltbereitschaft unter Jugendlichen? (Dari Gamer ke Pelaku Kriminal - Apakah video game meningkatkan tindak kekerasan pada anak muda?) mempertanyakan apakah menjadikan game sebagai masalah dan penyebab tindak kekerasan bisa dibenarkan dari sudut pandang ilmiah?
Untuk membuktikan klaim tersebut, maka diperlukan penelitian ilmiah. Ilmuwan AS Whitney DeCamp dan Christopher J. Ferguson telah melakukan riset pada 9000 anak-anak kelas 8 dan 11 yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat di AS untuk menguji faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi kasar.
Para peneliti merekam intensitas mereka bermain video game brutal, kualitas hubungan dengan orang tua, kekerasan dalam keluarga dan informasi demografik seperti gender, tingkat ekonomi keluarga dan etnisitas.
Penelitian DeCamp dan Ferguson menyimpulkan bahwa kekerasan dalam video game bukan merupakan penyebab utama kekerasan remaja dan, bahwa keluarga dan lingkungan sosial adalah faktor yang lebih berpengaruh dalam membuat seseorang berkelakuan kasar dan brutal.
Mengutip penelitian Adachi dan Willoughby yang berjudul "The Link Between Playing Video Games and Positive Youth Outcomes: Child Development Perspectives", Mayr menuliskan, beberapa studi bahkan menunjukkan bahwa video game juga memiliki sisi baik: ada game yang melatih pemecahan masalah dan ada pula yang menggalakkan kerja sama di antara remaja dari berbagai kelompok sosial.
Setelah satu dekade lebih para ilmuwan menyibukkan diri pada riset efek negatif video game, Mayr berpendapat bahwa mungkin kini saatnya, mereka memfokuskan riset pada apakah dan bagaimana video game dapat berkontribusi positif pada perkembangan anak-anak.