Dengan menggunakan praktik penunjukan kata ganti gender dalam cuitannya pada Minggu (11/12), Elon Musk menyerang penasihat utama ternama AS terkait pandemi COVID-19, Anthony Fauci.
Iklan
Elon Musk pada hari Minggu (11/12), menargetkan pejabat tinggi bidang penyakit menular Amerika sekaligus penasihat utama tanggapan AS terhadap pandemi COVID-19, Anthony Fauci, dalam sebuah tweet viral.
"Kata ganti saya adalah Adili/Fauci," tulis CEO miliarder Twitter tersebut. Cuitan Musk itu dinilai menyinggung praktik penunjukan kata ganti gender setelah nama seseorang, serta dinilai sebagai kampanye sayap kanan untuk menuntut Fauci atas kejahatan terkait keterlibatannya dalam kebijakan COVID-19 di AS.
Musk juga mengunggah sebuah meme yang menunjukkan Fauci memberi tahu Presiden AS Joe Biden, "Tinggal satu penguncian lagi, rajaku ...", menunjukkan kritik nyata Musk terhadap tindakan mitigasi COVID-19 di AS.
Di awal pandemi, Musk sebelumnya pernah menulis cuitan bahwa kekhawatiran terhadap virus sebagai tindakan "bodoh". Dan sejak mengambil alih Twitter, Musk juga telah menghapus kebijakan yang menargetkan misinformasi tentang COVID-19.
Cuitan Musk yang menargetkan Fauci itu pun viral, menerima lebih dari 800.000 suka dalam waktu sekitar 11 jam, Meski begitu, cuitan Musk juga menuai kritik.
Ilmuwan vaksin dan penulis Peter Hotez misalnya, meminta Musk untuk menghapus tweet tersebut, dengan mengatakan, "200.000 orang Amerika kehilangan nyawa mereka karena COVID akibat retorika dan disinformasi antisains semacam ini."
Senator Demokrat Amy Klobuchar merespons cuitan Musk dengan memuji bagaimana Fauci "dengan tenang membimbing negara melalui krisis." Ia juga mengkritik Musk dengan mengatakan: "Bisakah Anda meninggalkan orang baik sendirian agar tidak menjadi pusat perhatian Anda yang tak ada habisnya?"
Iklan
Musk mendapat pujian dari sudut sayap kanan.
Merespons cuitan Musk, anggota kongres dari Partai Republik Marjorie Taylor Greene, menulis cuitan: "Saya mendukung kata ganti Anda Elon."
Akun Greene sebelumnya telah dihapus dari Twitter karena misinformasi COVID-19, tetapi sudah dipulihkan kembali di bawah kepemimpinan Musk.
Anggota parlemen dari Partai Republik sebelumnya telah berjanji untuk menginterogasi Fauci ketika mereka berhasil mengambil alih kendali Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan Januari. Mereka sebelumnya telah bersitegang berulang kali dengan ahli imunologi itu atas vaksin COVID-19, pemakaian masker, dan masalah terkait pandemi lainnya.
Waspadai 10 Varian SARS-CoV-2 Hasil Mutasi
Pertama kali terdeteksi di Cina akhir tahun 2019, COVID-19 terus bermutasi, 10 varian saat ini menjadi Variant of Concern (VoC) yang dicemaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Foto: Waldemar Thaut/Zoonar/picture alliance
Varian Alpha mutasi dari Inggris
Varian dengan nama ilmiah B.1.1.7 ini terdeteksi pertama kali di Kent, Inggris Raya. Beberapa peneliti menganggap varian ini jauh lebih menular dibanding virus asli SARS-CoV-2 di Wuhan, Cina. Peneliti Lembaga Molekuler Eijkman Prof. Amin Subandrio sebut varian ini sudah ditemukan pada awal Maret 2021 di Jakarta.
Foto: Hasan Esen/AA/picture alliance
B.1.351 atau Varian Beta
Mutasi jenis ini ditemukan pertama kali di Afrika Selatan pada Oktober 2021. Varian ini disebut-sebut 50% lebih menular. Vaksinasi menggunakan Novavax dan Johnson & Johnson dianggap tidak efektif menghadapi varian ini. Delirium atau kebingungan menjadi salah satu gejala varian Beta.
Foto: Nyasha Handib/AA/picture alliance
Mutasi P.1 di Brasil
Varian ini diberi nama varian Gamma oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mutasi berasal dari kota Manaus, provinsi Amazonas, Brasil. Virus ini pertama kali terdeteksi oleh ilmuwan Jepang yang meneliti sampel seorang warga yang pulang dari Manaus pada Desember 2020.
Foto: Bruna Prado/AP Photo/picture alliance
Delta, mutasi paling menular asal India
Dengan nama B.1.167.2, Delta dianggap 50% lebih menular dibanding varian Alpha yang disebut 50% lebih menular dari virus aslinya. Varian ini pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020. Mutasi ini memicu gelombang kedua COVID-19 di India.
Foto: Satyajit Shaw/DW
Mutasi dari Amerika latin, Lambda
Bernama ilmiah C.37, Lambda pertama kali terdeteksi di Peru pada Agustus 2020. Pada 15 Juni 2021, WHO menetapkannya sebagai varian yang menjadi perhatian. Tercatat 81% kasus aktif di Peru pada musim semi 2021 akibat varian ini.
Foto: Ernesto Benavides/Getty Images/AFP
Mutasi varian Kappa asal India
Pada Oktober 2020, terdeteksi varian 1.167.2 di India. Gejalanya tidak berbeda jauh dengan gejala varian asli COVID-19. Namun, pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut gejala campak muncul pada awal infeksi varian ini.
Foto: Adnan Abidi/REUTERS
Eta, varian yang sama dengan Gamma dan Beta
Varian ini membawa mutasi E484-K yang juga ditemukan di varian Gamma dan Beta. Kasus pertama varian ini dlaporkan di Inggris Raya dan Nigeria pada Desember 2020. Ditemukan di 70 negara di dunia, Kanada mencatat rekor 1.415 kasus Eta pada Juli 2021.
Foto: Adeyinka Yusuf/AA/picture alliance
Varian asal New York, B.1.526
Iota merupakan satu-satunya Variant of Concern (VoC) WHO di Amerika Serikat. Dideteksi pada November 2020, jenis virus ini disebut lebih menular dari varian sebelumnya. Para peneliti menyebut varian Iota meningkatkan angka kematian 62-82% bagi para penderita COVID-19 yang berusia lebih tua.
Foto: Wang Ying/Xinhua/imago images
Varian Mu asal Kolumbia di awal tahun 2021
Dengan nama ilmiah B.1.621, varian Mu ditemukan pertama kali di Kolumbia pada Januari 2021.Varian ini sempat dikhawatirkan dapat kebal dari vaksin. Bahkan WHO memperingatkan varian ini memiliki mutasi yang lebih tahan vaksin.
Foto: AGUSTIN MARCARIAN/REUTERS
Ditemukan di Afrika Selatan, Omicron lebih gampang menular
Varian ini ditemukan di Afrika Selatan pada November 2021. Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan sebut gejala dari varian ini sangat ringan. Dilaporkan tidak ada gejala anosmia pada varian ini. Namun, 500 kali lebih cepat menyebar dibanding varian lain. (Berbagai sumber) (mh/ha)
Foto: Fleig/Eibner-Pressefoto/picture alliance
10 foto1 | 10
Fauci, 81, dikabarkan akan mengundurkan diri bulan ini dari perannya di pemerintahan sebagai kepala penasihat medis Biden, serta sebagai Direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular, yang dipimpinnya sejak 1984.
Dalam penampilan terakhirnya di Gedung Putih pada bulan November lalu, Fauci mengecam proliferasi saran kesehatan yang buruk secara online dan mengatakan hal tersulit yang harus dia tangani saat memimpin perjuangan Amerika melawan COVID-19 adalah polarisasi negara di sepanjang garis politik.