Eratkan hubungan dengan Eropa. Ini harapan Mendikbud Anies Baswedan dalam pidatonya di upacara pembukaan pameran buku Frankfurt 2015. DW melaporkannya secara langsung melalui Twitter. Berikut rangkumannya.
Iklan
Mulai Rabu (14/10), lebih dari 7000 peserta pameran dari sekitar 100 negara akan memperkenalkan buku an produk lainnya. Frankfurt Book Fair 2015 dengan Indonesia sebagai tamu kehormatan Indonesia akan digelar hingga Minggu (18/10). 300.000 pengunjung dan 10.000 wartawan diperkirakan akan hadir.
Wajah Indonesia di Pameran Buku Frankfurt 2015
Tahun ini Indonesia menjadi tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair. 70 penulis Indonesia akan diboyong ke ajang tersebut. Termasuk diantaranya, Laksmi Pamuntjak dan Leila S. Chudori.
Foto: National Committee Indonesia (Pulau Imaji)
Laksmi Pamuntjak
Ada fase dalam sejarah Indonesia, di mana warna ‘merah’ identik dengan komunis, dianggap sesat dan harus diberantas. Laksmi Pamuntjak lahir tahun 1971, saat stigma komunisme masih kuat.
Foto: DW/L. Pamuntjak
Goenawan Mohamad
Tahun ini adalah tahun sibuk buat Goenawan Mohamad. Di tengah aktivitasnya mempersiapkan Indonesia jelang Pameran Buku Frankfurt, ia sempat bercerita tentang sihir sebuah esai dan pergulatannya menulis Catatan Pinggir.
Foto: National Committee Indonesia (Pulau Imaji)
Seno Gumira Ajidarma
Seno Gumira Ajidarma punya nama beken sebagai pendekar kata-kata atau pendekar cerita pendek. Kependekaran Seno terlihat dari kemampuannya melompat dari satu genre ke genre berikutnya.
Foto: National Committee Indonesia (Pulau Imaji)
Ayu Utami
Ayu Utami bukan hanya terkenal karena novelnya yang mendobrak tabu masalah seks. Ia juga selalu mempertanyakan tema agama secara kritis.
Foto: National Committee Indonesia (Pulau Imaji)
Taufiq Ismail
Kanon Sastra Indonesia menggolongkan Taifiq Ismail ke dalam angkatan 66, yang lahir di saat turbulensi politik di tahun itu, yang berujung pada tumbangnya rezim Sukarno dan naiknya rezim Soeharto.
Foto: National Committee Indonesia (Pulau Imaji)
Nirwan Dewanto
Nirwan Dewanto menulis puisi dalam sunyi untuk mengeksplorasi kekayaan kata-kata dalam bahasa. Tapi karirnya dalam film membuatnya harus tampil di depan publik dan keramaian.
Foto: National Committee Indonesia (Pulau Imaji)
Helvy Tiana Rosa
Penulis perempuan ini telah menghasilkan 50 buku. Mulai dari cerita pendek, novel, tinjauan sastra, dan naskah drama teater. Ia ingin berbakti pada Indonesia secara Islami dan mengekspresikannya dalam bentuk sastra.
Foto: National Committee Indonesia (Pulau Imaji)
Leila S. Chudori
Bermula dari fiksi anak dan remaja, Leila S. Chudori merambah dunia jurnalisme tanpa melupakan dunia fiksi. Karya-karya berikutnya mendalami sisi gelap politik dan tidak enggan mengupas tabu di masyarakat tradisional.
Foto: GIGABYTE
Linda Christanty
Penulis fiksi dan jurnalis. Demikian gelar yang disandang Linda Christanty. Karya-karyanya dikenal mengupas secara tajam realita sosial dan politik di Indonesia.
Foto: GIGABYTE
Franz Magnis-Suseno
Di Indonesia dia membumi. Sejak 1961 Franz Magnis Suseno tidak cuma menyelami kebudayaan Jawa, melainkan ikut mempengaruhi tradisi intelektual nusantara yang baru seumur jagung.
Foto: National Committee Indonesia (Pulau Imaji)
A.S. Laksana
A.S.Laksana adalah penulis lain yang turut meramaikan kahazanah sastra Indonesia. Kecintaannya pada cerita dan narasi nyaris tak mengenal batas. Sulak, begitu ia dipanggil, juga gemar berbagi ilmu cara bercerita.
Foto: National Committee Indonesia (Pulau Imaji)
Sapardi Djoko Damono
Seorang pujangga senior Indonesia berkarya lewat puisi dengan kata-kata yang sederhana dan lembut. Dia adalah Sapardi Djoko Damono, salah satu penyair paling produktif yang ada di tanah air.
Foto: National Committee Indonesia (Pulau Imaji)
12 foto1 | 12
Goenawan Mohamad
03:30
Mendikbud Anies Baswedan berterima kasih atas terpilihnya Indonesia yang di Eropa kurang dikenal sebagai tamu kehormatan.