Di antara sekian banyak kelompok Kristen, Anabaptis sangat menarik untuk dicermati. Mengapa demikian? Simak opini Sumanto al Qurtuby
Iklan
Nama "Anabaptis” ini konon diberikan oleh rival-rival mereka. Fenomena ini kurang lebih sama dengan sebutan "Protestan” atau "Wahabi” yang juga awalnya disematkan oleh orang luar.
Secara harfiah, Anabaptis berarti "pembaptisan ulang” karena kelompok ini yang semula berkembang di Eropa pada abad ke-16 dan 17 beranggapan bahwa pembaptisan menjadi Kristen yang dilakukan sejak bayi/anak-anak (infant baptism) dianggap tidak sah, tidak valid, "tidak teologis”, atau menyalahi aturan Kitab Suci. Menurut mereka, pembaptisan harus dilakukan ketika orang yang bersangkutan menyadari diri dan dengan suka rela bersedia dibaptis. Dengan kata lain, pembaptisan yang valid harus dilakukan ketika orang yang bersangkutan sudah akil-balig atau dewasa, bukan ketika masih anak-anak.
Tentu saja, pandangan ini bertentangan dengan "tafsir resmi gereja negara” (baik yang dilakukan oleh kelompok literati Katolik Roma atau para sarjana agama Protestan) maupun otoritas pemerintah itu sendiri karena dalam konteks Eropa abad pertengahan "gereja dan negara” itu menjadi satu kesatuan yang saling mempengaruhi dan melengkapi. Kelompok Anabaptis awal juga menolak berpartisipasi dalam kemiliteran, sumpah setia pada pemerintah, maupun aktivitas-aktivitas kepemerintahan lain.
Karena dianggap melakukan "reformasi radikal” kekristenan dan pembangkangan terhadap pemerintah dan rezim Eropa, kelompok ini kemudian menjadi obyek kekerasan dan penindasan, baik oleh negara maupun"gereja mainstream”. Akibatnya mereka kabur ke berbagai kawasan di Luar Negeri, termasuk di Amerika Serikat dan Kanada yang kini menjadi "rumah terbesar” kelompok ini.
Dalam konteks modern dewasa ini, ada sejumlah kelompok Kristen yang merupakan "keturunan” atau bisa digolongkan sebagai Anabaptis ini, yaitu Amish, Mennonite, dan Hutterite yang disebut-sebut sebagai "pewaris langung dan utama” gerakan Anabaptis awal. Kemudian disusul Schwarzenau Brethren, Bruderhof, dan Apostolic Christian Church.
Toleransi beragama semakin digalakkan di Jerman. Itu diwujudkan antara lain dengan perayaan religi bersama, pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah, juga aktivitas kebudayaan lain.
Foto: picture-alliance/ZB
Merasa Anggota Masyarakat
Seorang perempuan muslim di Jerman mengenakan sebagai hijab sehelai bendera Jerman, yang berwarna hitam, merah, emas untuk menunjukkan keanggotaannya dalam masyarakat Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Poetry Slam Antar Agama
Perlombaan ini digelar 17 Agustus 2013 di Berlin. Pesertanya : penulis puisi dari kelompok agama Islam, Yahudi dan Kristen. Mereka membacakan sendiri karyanya. Pelaksananya yayasan Jerman, Friedrich Ebert Stiftung.
Foto: Arne List
Jurusan Teologi Yahudi
Jurusan ini diresmikan 19 November 2013 di Universitas Potsdam. Pada semester pertama, jurusan yang berakhir dengan gelar Bachelor ini memiliki mahasiswa 47 orang dari 11 negara. Jurusan ini juga terbuka bagi orang non-Yahudi, yang berniat mempelajari teologi Yahudi.
Foto: picture-alliance/dpa
Hari "Open Door" Mesjid 2013
"Tag der offenen Moschee" diadakan setiap tahun di Jerman, pada tanggal penyatuan Jerman, 3 Oktober. Pelaksanaannya dikoordinir berbagai perhimpunan Islam di Jerman. Lebih dari 1.000 mesjid di Jerman menawarkan ceramah, pameran, brosur informasi dan acara pertemuan serta tur di dalam mesjid. Setiap tahun lebih dari 100.000 warga menggunakan kesempatan untuk lebih mengenal Islam itu.
Foto: DW/R. Najmi
Mencari Informasi dan Berkenalan
Pengunjung pada hari "open door" di Mesjid Sehitlik, Berlin. Sebanyak 18 mesjid di Berlin, setiap tanggal 3 Oktober membuka pintunya bagi semua orang.
Foto: picture-alliance/dpa
Saling Menerima
Suster dari tiga ordo Katolik mengunjungi mesjid Yavuz Sultan Selim di Mannheim, pada "Hari Katolik" ke-98, tanggal 17 Mei 2012. Bertepatan dengan Hari Katolik tersebut, mesjid Yavuz Sultan Selim mengadakan hari pembukaan pintu.
Foto: picture-alliance/dpa
Pelajaran Agama Islam di Sekolah Jerman
Guru Merdan Günes berdiri bersama murid-murid di sekolah dasar kota Ludwigshafen-Pfingstweide, pada pelajaran agama Islam. Foto dibuat 09.12.2010. Pelajaran agama Islam mulai dilaksanakan di sebuah sekolah di negara bagian Rheinland Pfalz sejak tahun ajaran 2003/2004, dan sejak itu semakin diperluas.
Foto: picture-alliance/dpa
Belajar Toleransi
Guru Bülent Senkaragoz dalam pelajaran agama Islam di sekolah Geistschule di kota Münster. Foto dibuat 25/11/2011. Senkaragoz mengatakan, "Tugas saya bukan mengajarkan kepada murid, bagaimana cara sembahyang yang benar bagi seorang Muslim." Murid-murid di sini belajar tentang pentingnya toleransi. Pelajaran agama Islam dimulai di negara bagian Nordrhein Westfalen sejak 1999.
Foto: picture-alliance/dpa
"Mein Islambuch"
"Mein Islambuch“ (buku pelajaran Islam saya). Ini adalah buku pelajaran agama Islam baru untuk sekolah dasar. Ditulis oleh Serap Erkan, Evelin Lubig-Fohsel, Gül Solgun-Kaps dan Bülent Ucar. Di sebagian besar negara bagian yang dulu termasuk Jerman Barat, pelajaran agama Islam sudah termasuk kurikulum sekolah.
Berjalan Bersama
Buku pelajaran lain berjudul "Miteinander auf dem Weg" (bersama dalam perjalanan). Tokoh utama dalam buku itu hidup di dalam masyarakat, di mana pemeluk agama Kristen, Yahudi dan Islam hidup bersama dengan hak-hak sama. Seperti tampak pada salah satu ilustrasinya.
Foto: Ernst Klett Verlag GmbH, Stuttgart/Liliane Oser
Guru Agama Islam Orang Jerman
Annett Abdel-Rahman adalah guru pelajaran agama Islam di sekolah tiga agama di Osnabrück. Guru perempuan ini mengenakan jilbab, sementara rekannya yang Yahudi memakai kippah. "Bagi saya penting untuk memaparkan persamaan agama-agama Samawi kepada para murid," kata Annett Abdel-Rahman.
Foto: DW
Buka Puasa Bersama
Sebelum buka puasa bersama, para tamu membeli makanan dan manisan khas Turki, di Lapangan Kennedy di kota Essen. Dalam kesempatan ini umat berbagai agam bisa menikmati makanan bersama. Selama bulan puasa, hingga 500 orang, terdiri dari warga muslim dan non muslim datang ke tenda besar di lapangan tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa
Sama-Sama Warga Kota
Di bawah moto ”Wir sind Duisburg” (kitalah Duisburg), penduduk sekitar rumah tempat tinggal warga Roma di kota Duisburg dan sejumlah ikatan masyarakat serta persatuan warga Roma mengundang imigran untuk bersama-sama menyantap sarapan.
Foto: DW/C. Stefanescu
Pekan Antar Budaya
Seorang perempuan Senegal berdiri di lapangan pusat kota Halle an der Saale, di sebelah gambar gedung pemerintahan Rusia, Kremlin. Dalam "Interkulturellen Woche Sachsen-Anhalt" diadakan berbagai pesta, pameran, ceramah di negara bagian itu. Tujuannya mengembangkan toleransi bagi warga asing dan pengungsi. Pekan budaya ini adalah inisiatif gereja Jerman, dan diadakan akhir September setiap tahun.
Foto: picture-alliance/ZB
14 foto1 | 14
Anabaptis ini yang bisa dijadikan sebagai pelajaran
Terlepas dari masalah perdebatan teologis dan perbedaan tafsir keagamaan antara kelompok Kristen Anabaptis dengan "Kristen arus utama”, ada beberapa hal yang menarik untuk dicermati dari komunitas Anabaptis ini yang bisa kita jadikan sebagai pelajaran.
Yang pertama adalah soal tafsir, pemahaman, tradisi, dan praktik keagamaan yang sangat konservatif, puritan, eksklusif, "fundamentalis”, dan "radikal”. Kata "radikal” dan "fundamentalis” disini bukan berarti kekerasan tetapi mengacu pada pengertian "ke jantung atau akar persoalan”. Dengan kata lain, kelompok Anabaptis mengklaim dalam pemahaman dan tindakan keagamaan mereka sesuai dengan ajaran, pemahaman, atau maksud teks suci keagamaan dan praktik Kekristenan generasi awal Kristen.
Itulah sebabnya kenapa saya menyebut mereka sebagai "Kristen Salafi” karena pemahamaan dan praktik keagamaan mereka kurang lebih sama dengan kaum Muslim Salafi yang juga mengklaim sesuai dengan pemahaman dan praktik keislaman generasi awal Muslim. Kata "salafi” sendiri berasal dari kata "salaf” (jamak: "aslaf”) dalam Bahasa Arab yang berarti "nenek moyang” atau "leluhur”.
Karena didorong ingin mempraktikkan jenis kekristenan seperti termaktub dalam kitab suci dan dipraktikkan oleh generasi awal atau "leluhur” Kristen mereka, maka kaum Anabaptis mengadopsi gaya hidup yang cukup unik, baik dalam hal tata-busana maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun dewasa ini banyak sekali pengikut Anabaptis yang sudah berubah dalam hal penampilan, berbusana dan pandangan mereka terhadap perkembangan teknologi modern, masih ada cukup banyak para pengikut Anabaptis (terutama Amish, Hutterite dan Old Order Mennonite) yang berpegang teguh pada tradisi dan pemahaman mereka seperti menolak mobil sebagai kendaraan (mereka memilih delman atau "horse and baggy” sebagai kendaraan utama), tidak memakai listrik sebagai alat penerang ruangan, menolak menggunakan "kompor modern” dan produk-produk teknologi modern lain (seperti TV, HP dan lainnya), berpakaian tradisional yang sangat sederhana (baik warna maupun desain), bejenggot lebat (bagi kaum lelaki) karena dipandang "sunah”, dan sebagainya.
Dalam konteks ini, ada perbedaan mencolok antara "Kristen Salafi” dan "Muslim Salafi”. Tidak seperti "Kristen Salafi”, kaum "Muslim Salafi” suka dan hobi dengan aneka produk teknologi modern.
Perbedaan lain adalah konservatisme kelompok "Kristen Salafi” cenderung bersifat internal (untuk kalangan mereka sendiri), tidak memaksakan terhadap pihak luar atau kelompok agama lain. Sementara kaum "Muslim Salafi” cenderung ingin "mengeksternalkan” atau menyebarluaskan konservatisme mereka kepada orang lain agar mereka mempratikkan apa yang mereka praktikkan. Dengan kata lain, kelompok Kristen Salafi cenderung "intoleran kedalam” tetapi "toleran keluar”. Sedangkan "Muslim Salafi” cenderung tidak toleran kepada kelompok agama lain.
Orang Jerman Tidak Percaya Lagi kepada Tuhan?
Baik Katolik maupun Protestan, dua organisasi gereja terbesar di Jerman semakin kehilangan anggotanya. Demikian halnya dengan jurusan teologi di berbagai universitas Jerman. Apakah Jerman mengalami krisis kepercayaan?
Foto: Fotolia/milkovasa
Kepercayaan Surut
Komunitas yang berdasarkan agama Kristen di Jerman sekarang semakin ditantang ancaman untuk tetap bertahan. Apakah pergi ke gereja masih sesuai jaman? Apa yang ditawarkan gereja sebagai institusi? Bagaimana institusi gereja bisa meyakinkan orang yang sudah tidak jadi anggota? Ada yang bilang ini "fase peralihan". Kritikus menyebutnya krisis.
Foto: Fotolia
Bangku-Bangku Kosong
Angka bisa jadi buktinya. Gereja Katolik Jerman kehilangan hampir 180.000 anggota tahun lalu, berarti 50% lebih banyak dari tahun sebelumnya. Gereja Protestan Jerman tidak kehilangan anggota sebanyak itu. Tetapi jumlah orang yang menjadi anggota jauh lebih sedikit.
Foto: picture-alliance/dpa
Masalah Dana
Berkurangnya jumlah anggota berarti juga berkurangnya pemasukan organisasi gereja. Karena di Jerman, orang yang jadi anggota, juga membayar pajak gereja. Bagi orang berpenghasilan menengah, jumlahnya sampai beberapa ratus Euro per tahun. Bagi mereka yang berpandangan skeptis terhadap institusi gereja, ini kadang jadi argumen untuk keluar dari keanggotaan.
Foto: Fotolia/Joachim B. Albers
Dalam Pencarian
Banyak orang, yang tidak merasa memperoleh apapun dari gereja kadang mengganti agamanya. Misalnya David Stang. Ia dulunya Katolik. Sebagai remaja ia bahkan aktif dan jadi putra altar. "Tapi ada yang tidak cocok," katanya jika mengenang kembali. Ia akhirnya memeluk agama Islam dan merasa menemukan dirinya sendiri.
Foto: DW/K. Dahmann
Didera Skandal
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak orang keluar dari keanggotaan gereja akibat sejumlah besar kasus pelecehan seksual oleh imam dan pekerja organisasi gereja. Gereja Katolik didera skandal berjumlah sangat besar dan paling jadi sasaran kritik. Ketika pelecehan seksual pertama terkuak 2010, Bischofskonferenz yang jadi instansi gereja Katolik tertinggi di Jerman adakan penelitian, tapi terhenti.
Foto: picture-alliance/dpa
Uskup Mewah
Jumlah orang yang keluar dari gereja Katolik kembali memuncak pertengahan 2013. Biaya pembangunan rumah baru uskup di daerah Limburg jadi kepala berita. Awalnya hanya empat juta Euro, kemudian naik jadi lebih dari 30 juta. Ketika tekanan makin besar, Uskup Franz-Peter Tebartz-van Elst ajukan pengunduran diri kepada Paus. Tapi banyak anggota tidak perjaya lagi pada gereja Katolik Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Kekurangan Penerus
Dua organisasi gereja terbesar di Jerman alami dilema yang sama. Jumlah mahasiswa jurusan teologi berkurang. Yang ingin menjadi imam Katolik juga semakin sedikit. Misalnya gereja Katolik, jumlah imamnya sekarang berkurang seperempat dibanding 1995. Tetapi jumlah pekerja pelayanan iman yang tidak memiliki ijazah resmi bertambah.
Foto: picture-alliance/dpa
Masa Depan Tidak Jelas
Semakin banyak komunitas gereja yang hadapi kesulitan untuk terus eksis. Kedua organisasi gereja terbesar masih memiliki 45.000 gereja. Sejumlah besar komunitas terpaksa disatukan dalam beberapa tahun terakhir. Anggota gereja Katolik Sankt Gertrud di Köln (foto) misalnya, sudah disatukan dengan tiga gereja lainnya. Banyak gedung gereja sudah tidak digunakan lagi untuk beribadat.
Foto: cc/by/sa/Elya
Pelayan Restoran, Bukan Imam
Mengurus bangunan gereja perlu biaya besar, terutama jika harus diperbaiki. Pakar memperkirakan, hampir 10% bangunan gereja harus dijual. Gereja Martini di Bielefeld misalnya, sejak 2005 jadi restoran. Balkon di dalam gereja yang menjadi tempat organ jadi ruang untuk tamu spesial.
Foto: picture-alliance/Robert B. Fis
Memanjat "dengan Iman"
Tapi ada juga inisiatif lain. Banyak gedung gereja seperti di Gelsenkirchen (foto) dijadikan gereja khusus remaja. Di sini kawula muda yang tidak bisa menerima ibadah secara tradisional berkumpul dan perdalam iman bersama, dengan pelayanan iman khusus bagi remaja. Di gereja, sejak 2009 mereka juga bisa berolahraga memanjat, mereka belajar bahwa iman jadi sumber kekuatan dan keyakinan diri.
Foto: picture-alliance/dpa
Apakah Benar Iman Tidak Penting Lagi?
Sekitar dua pertiga orang Jerman menyatakan percaya kepada Tuhan. Di Jerman Timur, karena sejarah ateis di masa Jerman Timur, jumlahnya lebih sedikit daripada di Jerman Barat. Banyak orang yang percaya kepada Tuhan tidak jadi anggota kedua gereja Jerman terbesar. Mereka memilih jadi anggota organisasi gereja yang lebih kecil. Selain itu, berdoa juga bisa dilakukan sendirian.
Foto: Fotolia/milkovasa
11 foto1 | 11
Menolak keras segala tindakan kekerasan
Hal lain yang menarik dari kelompok Anabaptis adalah visi mereka yang menolak keras segala tindakan kekerasan dalam bentuk apapun (baik kekerasan verbal, komunal, kultural, struktural, dan sebagainya). Oleh karena itu tidak heran jika kelompok ini disebut sebagai golongan "historic peace churches” bersama Quaker, yang juga bervisi anti-kekerasan.
Fenomena ini tentu saja sangat menarik mengingat Anabaptis dalam sejarah awalnya menjadi obyek kekerasan lantaran doktrin teologi dan sikap politik mereka yang berseberangan dengan "Kristen mainstream” dan pemerintah Eropa abad ke-16/17 (silakan simak studi William R. Estep dalam buku The Anabaptist Story).
Biasanya, orang (baik individu maupun kelompok) yang memiliki sejarah gelap dan pahit masa silam cenderung ingin melakukan aksi balas dendam sebagai bentuk pelampiasan. Tetapi Anabaptis tidak demikian. Mereka berhasil mengtransformasi kekerasan masa silam atau sejarah buruk masa lampau menjadi "energi positif” dan pelita yang menyinari kegelapan serta spirit perdamaian yang luar biasa. Mereka bukan hanya mewacanakan perdamaian saja seperti layaknya banyak orang dan kelompok agama tetapi mempraktikkan spirit perdamaian itu dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Harus diakui tidak banyak individu atau kelompok masyarakat yang mampu berbuat demikian.
Visi anti-kekerasan dan pro-perdamaian Anabaptis ini sering disebut sebagai "pacifisme”, dan karena itu kelompok Anabaptis juga disebut sebagai "kaum pacifis”. Doktrin perdamaian dan anti-kekerasan Anabaptis yang diinspirasi oleh perkataan dan tindakan Yesus Kristus ini sangat populer di negara-negara Barat, khususnya Amerika Utara.
Masa Depan Agama di Dunia
Sebuah penelitian oleh Pew Research Centre 2015 silam mencatat Islam sebagai agama dengan tingkat pertumbuhan populasi tertinggi di dunia. Secara umum pemeluk agama Samawi masih mendominasi pada 2050.
Foto: picture alliance /Godong/Robert Harding
1. Kristen
Umat Kristen pun mengalami lonjakan populasi pada 2050, kendati tidak sebesar kaum Muslim. Pertumbuhan umat Kristen mencapai 35% menjadi 2,9 miliar manusia atau 31% dari total populasi dunia. Menurut hasil penelitian PEW, pada tahun 2050 populasi pemeluk dua agama terbesar di dunia itu akan berimbang, untuk pertamakalinya dalam sejarah.
Foto: Getty Images
2. Islam
Mengacu pada tingkat kesuburan perempuan Muslim yang saat ini mencapai 3,1 bayi per perempuan, jumlah populasi kaum Muslim di dunia pada 2050 akan meningkat sebanyak 70%, menjadi 2,8 miliar orang atau 30% dari penduduk Bumi. Jumlah tersebut sekaligus menyamai populasi umat Kristen di dunia. Selain itu kaum Muslim juga akan mewakili sebanyak 10% dari total populasi penduduk Eropa.
Foto: Getty Images/AFP
3. Hindu
Pertumbuhan populasi pemeluk Hindu terutama dimotori perkembangan demografi di India. Serupa Kristen, umat Hindu akan tumbuh sebanyak 34% pada 2050 menjadi 1,3 miliar manusia atau sekitar 15% dari total populasi dunia.
Foto: picture-alliance/AP Photo
4. Ateisme & Agnostisisme
Kendati bertambah dalam jumlah populasi, prosentase kelompok yang tidak memiliki agama terhadap jumlah penduduk Bumi berkurang dari 16% pada 2010 menjadi 13% pada 2050. Peningkatan terbesar tercatat di Amerika Utara dan Eropa. Pada 2050 sebanyak 26% penduduk AS diyakini tidak memiliki agama. Secara umum jumlah kaum non-agamis di dunia akan meningkat menjadi 1,2 miliar manusia.
Foto: Imago/imagebroker
5. Buddha
Semua pemeluk agama di dunia akan bertambah, kecuali umat Buddha. Populasi pemeluk Buddha di seluruh dunia tidak banyak berubah menyusul tingkat kesuburan yang rendah dan populasi yang menua di Cina, Thailand dan Jepang. Menurut studi PEW, populasi umat Buddha menurun sebanyak 0,3% dari 487 juta pada 2010 menjadi 486 juta pada 2050 atau 5,2% dari total populasi dunia.
Foto: Getty Images/AFP
6. Aliran Kepercayaan
Jumlah pemeluk kepercayaan tradisional saat ini banyak bergantung pada perkembangan demografi di Cina dan Afrika. Pertumbuhannya mencapai 11% dari 405 juta manusia pada 2010 menjadi 450 juta pada 2050 atau sekitar 4,8% dari penduduk Bumi.
Foto: Klaus Bardenhagen
7. Yahudi
Kelompok terkecil agama Samawi adalah Yahudi yang saat ini tercatat memiliki 14 juta pemeluk di seluruh dunia. Dengan tingkat kesuburan sebesar 2,3 bayi per perempuan, pemeluk Yahudi diyakini akan tumbuh sebanyak 14% pada 2050 menjadi 16 juta manusia. Namun prosentasenya hanya sebartas 0,2% dari total penduduk Bumi.
Foto: picture-alliance/ dpa
7 foto1 | 7
Untuk mewujudkan visi perdamaian global dan komitmen terhadap gerakan anti-kekerasan (nonviolent movement) ini, kaum Anabaptis rela menjadi "Christian peacemakers” yang menyebarluaskan perdamaian ke seantero dunia, terutama di kawasan rawan konflik dan kekerasan. Tak jarang, dalam menjalankan tugas-tugas perdamaian itu, mereka kemudian ikut menjadi terbunuh atau menjadi korban kekerasan.
Bukan hanya bergabung dalam "relawan perdamaian” saja, dalam menyebarkan visi dan misi perdamaian global itu, kaum Anabaptis juga gemar melakukan aksi-aksi kemanusiaan dan amal saleh untuk membantu orang-orang yang menjadi korban perang, kekerasan komunal, maupun bencana alam di belahan dunia manapun, tak peduli agama dan suku-bangsa para korban tersebut. Mereka mempunyai lembaga-lembaga amal-kemanusiaan khusus (seperti Mennonite Central Comittee) yang memiliki cabang di berbagai negara untuk mengelola masalah perdamaian dan aksi-aksi kemanusiaan ini.
Apa yang dilakukan oleh kelompok "Kristen Salafi” ini cukup kontras dengan sebagian kelompok "Muslim Salafi” yang gemar menebar kekerasan di masyarakat.
Penulis: Sumanto Al Qurtuby (ap/vlz)
Dosen Antropologi Budaya dan Direktur Scientific Research in Social Sciences, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi, serta Senior Scholar di National University of Singapore. Ia memperoleh gelar doktor dari Boston University dan pernah mendapat visiting fellowship dari University of Oxford, University of Notre Dame, dan Kyoto University. Ia telah menulis ratusan artikel ilmiah dan puluhan buku, antara lain Religious Violence and Conciliation in Indonesia (London & New York: Routledge, 2016)
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWnesia menjadi tanggung jawab penulis.
Gereja-gereja Pemecah Rekor
Sepertiga orang di muka Bumi menganut keyakinan Kristen. Tak terhitung berapa jumlah gereja di dunia. Ada beberapa di antaranya yang cukup menonjol seperti berikut ini.
Foto: picture-alliance/dpa/EPA/Robin Utrecht
Interior paling aneh
Osuarium Sedlec di Kutná Hora, Republik Ceko disebut Gereja Tulang-Belulang. Kenapa demikian? Karena di sini terdapat 40.000 sampai 70.000 tengkorak manusia yang menghiasi interiornya. Dari abad ke-15, begitu banyak orang ingin dikuburkan di pemakaman gereja ini, sehingga tidak ada cukup ruang bagi jenazah baru. Akhirnya, tulang dari jenazah mereka digunakan sebagai dekorasi gereja.
Foto: cc-by-Dsch67
Gereja terbesar
Basilika Our Lady of Peace of Yamoussoukro, gereja Katolik di Pantai Gading, dianggap sebagai yang terbesar di dunia. Dengan luas 30.000 meter persegi, gereja ini bisa menampung 18.000 orang jemaat. Dibangun antara tahun 1985 hingga 1989, biaya pembangunananya mencapai mencapai 300 juta dollar AS. Wujudnya menyerupai Basilika Santo Petrus di Vatikan.
Foto: picture alliance/ausloeser-photographie
Katedral tak kunjung selesai
Arsitektur Sagrada Familia, di Barcelona, Spanyol sangat mengesankan. Meski pembangunananya sudah dimulai tahun 1882, hingga kini gereja belum selesai. Arsitek terkenal katedral ini, Antoni Gaudi ditabrak trem dan meninggal tahun 1926, sebelum dia menyelesaikan bangunan spektakuler tersebut. Konstruksi terus berlanjut dan sepertinya bakal selesai pada tahun 2026.
Gereja Hallgrimur di Reykjavik Islandia ini asyik dipandang mata. Dirancang agar terlihat seperti lava yang mengalir di seluruh negeri itu. Sebuah ruang observatosi di bagian atas memberi pengunjung pemandangan yang menakjubkan ke arah ibu kota.
Foto: imago/Bluegreen Pictures
Gereja paling keren bagi bocah
Meski hanya dibangun sementara, gereja LEGO ini mendapat bonus poin untuk bidang kreativitas. Dibangun dari blok beton dan dicat meniru mainan LEGO yang ikonik, Michiel de Wit dan Filip Jonker menciptakannya untuk sebuah festival di Enschede, Belanda, pada tahun 2012. Ed: Caroline Schmitt (ap/as)