Gunung Ontake di Jepang yang meletus secara tiba-tiba dianggap sebagai fenomena yang sangat jarang terjadi. Sehingga tidak mungkin untuk sempat mengambil langkah-langkah pencegahan.
Iklan
Setelah 35 tahun tanpa erupsi besar, gunung berapi setinggi 3067 meter di Jepang meletus secara tiba-tiba hari Sabtu (27/09). Gunung Ontake yang populer di kalangan pendaki tersebut memuntahkan debu, batu dan uap.
Dalam pembicaraan dengan kantor berita AFP, Jacques-Marie Bardintzeff dari Universitas Paris-Sud Orsay dan Cergy-Pontoise mengatakan erupsi mendadak semacam itu jarang terjadi. "Biasanya, gunung berapi menjadi aktif setelah 30 atau 40 tahun, ada pertandanya 24 hingga 72 jam sebelum letusan. Pergerakan magma dan mikro-seismik tercatat. Ada perubahan suhu."
Tanpa peringatan
Biasanya ada cukup waktu untuk memperingatkan mereka yang tinggal di kawasan sekitar untuk berevakuasi atau menutup akses ke wilayah turis disana. Demikian jelas Bardintzeff.
Erupsi Maut Gunung Ontake
Jumlah korban jiwa akibat letusan gunung berapi Ontake terus bertambah. Upaya pencarian korban ditangguhkan sementara karena gas beracun yang masih berada di lokasi bencana sangat membahayakan kesehatan tim penyelamat.
Foto: Reuters/Kyodo
Gumpalan Abu dan Asap
Gunung api Ontake dengan cepat memuntahkan isi perutnya. Tampak dari kejauhan, asap pekat membumbung tinggi hingga 10 kilometer ke angkasa. Letusan tersebut, juga diikuti dengan hujan abu hingga menyelimuti rumah-rumah penduduk sekitar. Tebalnya abu muntahan Ontake sampai 8 inci dan sangat mengganggu pernapasan.
Foto: AFP/Getty Images/JIJI PRESS
Puluhan Orang Tewas
Gunung Ontake adalah salah satu obyek pendakian paling terkenal dikalangan para pendaki. Jatuhnya korban jiwa tak terhindarkan, karena saat terjadinya letusan, gunung tersebut sedang penuh sesak oleh para pendaki, termasuk anak-anak. Senin (29/9), ditemukan lagi lima jasad di dekat puncak gunung. Dengan begitu, keseluruhan korban tewas mencapai 36 orang.
Foto: REUTERS/Kyodo
Gas Beracun
Senin (29/9), sejumlah helikopter dikerahkan untuk mengangkut satu per satu korban tewas yang masih berada di lokasi. Tetapi sehari setelahnya upaya tersebut terpaksa tidak dilanjutkan. Bau belerang yang sungguh menyengat di pucuk gunung Ontake memaksa tim penyelamat menghentikan langkah tersebut karena bau belerang serta gas-gas beracun lainnya akan sangat membahayakan kesehatan mereka.
Foto: Reuters/Kyodo
“Saya Akan Mati”
Seorang nenek kepada jaringan berita Jepang, Asahi, menceritakan putranya menelepon tak lama setelah gunung memuntahkan gas beracun, batu-batu dan abu vulkanik. “Dia mengatakan kepada saya: gunung meletus, semuanya akan musnah dan aku mati sekarang. Sambungan telepon pun lalu terputus,“ kata sang nenek.
Foto: REUTERS/Kyodo
Ungkapan Belasungkawa
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengungkapkan duka cita mendalam kepada para korban dan berjanji akan bertindak maksimal dalam melakukan upaya penyelamatan.
Foto: Reuters
Puluhan Gunung Berapi
Selain Ontake, Jepang juga memiliki gunung berapi aktif lainnya seperti, Sakurajima, yang ada di prefektur Kagoshima. Gunung berapi di Jepang terakhir kali meletus pada 1991, yaitu gunung berapi Unzen, yang terletak di wilayah Selatan, Jepang. Sedangkan gunung Ontake meletus dengan sangat dahsyat untuk pertama kalinya pada 1979.
Foto: picture-alliance/dpa
Peringatan
Badan Metereologi Jepang (BMG) memperingatkan, letusan susulan masih mungkin terjadi dan diikuti puing-puing serta abu vulkanik di wilayah sekitar gunung. BMG Jepang juga sudah memberlakukan status siaga 3 untuk gunung Ontake serta menghimbau orang-orang untuk tidak dekat-dekat dengan lokasi gunung berapi tersebut.
Foto: REUTERS/Kyodo
7 foto1 | 7
Erupsi Ontake yang diduga menewaskan lebih dari 30 orang, tidak hanya terjadi secara tiba-tiba tetapi juga berbahaya karena meletus di akhir pekan saat dipenuhi banyak pendaki dan turis.
"Kombinasi faktor-faktor tersebut mengubahnya menjadi sebuah bencana," kata Bardintzeff. Ia menambahkan, ada penjelasan berbeda yang menyebabkan erupsi dadakan tersebut. "magma bisa menemukan celah yang memungkinnya naik ke atas dengan satu gerakan. Ini sangat jarang terjadi."
Tipe erupsi berbeda?
Ada juga tipe erupsi lain yang disebut hidrovukanik atau freatomagmatik. "Sering ada air di dalam gunung berapi. Jika magma naik bersama dengan gelombang panas, air bisa menguap dengan cepat dan menyebabkan tekanan tinggi seperti di dalam panci presto. Jika tekanan lebih besar dari kekuatan tanah di atasnya, semua batuan akan menjadi fragmen-fragmen yang dikenal sebagai bom vulkanik," jelas Bardintzeff.
Tipe erupsi ini berbahaya karena terjadi dengan cepat, tanpa ada pertanda nyata akan apa yang terjadi selanjutnya. Tanpa peralatan seismologi yang lebih canggih "kita tidak berdaya," menghadapi kasus seperti di Jepang, kata Bardintzeff.
Untuk saat ini belum ada penjelasan resmi akan penyebab erupsi yang terjadi secara tiba-tiba di Jepang.