Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan kemunculan ular-ular kobra tak terlepas dari musim hujan yang mengakibatkan sarang atau lobang mereka tergenang air.
Iklan
Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan kemunculan ular-ular kobra tak terlepas dari musim hujan yang mengakibatkan sarang atau lobang mereka tergenang air. Warga diminta tidak langsung membunuh ular bila ditemui.
Kasubid Sumber Daya Genetika Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK Moh Haryono memaparkan ular biasanya bertelur saat musim kemarau. Semakin panjang musim kemarau, maka semakin banyak telurnya. Telur itu akan menetas saat musim hujan.
"Itu yang mungkin salah satu faktor yang menyebabkan anak-anak ular ini keluar dari tempatnya. Apalagi tentunya ketika hujan deras, itu lubang-lubang di mana tempat berlindung dia itu tertutupi oleh air dan dia akan keluar dari lubangnya dari tempat hidupnya," kata Haryono dalam diskusi di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara.
Haryono menjelaskan setiap satwa atau makhluk hidup memiliki naluri alamiah akan berpindah dari tempat yang kurang aman ke yang lebih aman, lebih kering dan lebih tinggi. "Itu saya kira makhluk hidup mempunyai naluri alamiah seperti itu, akan mencari tempat yang selalu dipandang lebih aman," ujarnya.
Haryono mengimbau warga melaporkan jika ada kemunculan atau penangkapan ular ke BKSDA supaya bisa ditangani. Dengan penanganan yang tepat, maka baik manusia maupun ular bisa diselamatkan.
"Silakan dilaporkan dan tentunya mungkin ada upaya penanggulangan sementara di lapangan ketika petugas belum datang itu mereka harus bagaimana menangani ular yang ditemukan supaya tidak ada misalnya langsung dibunuh atau bagaimana supaya juga tidak membahayakan kepada yang menemukan. Jadi yang kita selamatkan ularnya termasuk juga manusianya," ujarnya.
Dia menilai perlu ada kerja sama yang baik antara masyarakat, komunitas pecinta ular dan pemerintah dalam penanganan ular, termasuk sosialisasi penanganan jika melihat ular. Pertimbangan moral dan etik juga diperlukan jika ada satwa yang masuk ke permukiman.
"Jadi setiap satwa punya animal welfare, dia punya hak hidup dengan nyaman di lingkungannya. Sehingga dengan pertimbangan itu kita tidak perlu melukai apalagi membunuh. Kalau kita tidak bisa handle secara pribadi secara sendiri ya kita tentunya laporkan ke lingkungannya ke petugas," ucapnya. (pn/detik)
Hewan-hewan yang dianggap paling berbahaya. Setetes bisa dari hewan-hewan ini mampu membahayakan nyawa manusia.
Foto: cc-by/Ester Inbar
Inland Taipan
Bisa ular ini 50 kali lebih kuat dibanding bisa ular kobra India. Itu sebabnya, ular yang hidup di Australia ini dianggap sebagai ular darat paling berbisa. Bisa yang dimiliki seekor Inland Taipan mampu menewasakan 230 orang dewasa. Untungnya, ular ini hidup di daerah terpencil Yang nyaris tidak dihuni manusia, sehingga tidak sering dilaporkan adanya korban tewas akibat gigitan ular ini.
Foto: cc-by-sa-3.0/Benchill
Tawon Laut
Spesies ubur-ubur bernama latin Chironex fleckeri ini memiliki tentakel berlapis jutaan knidosit, yang jika tersentuh akan melepaskan jutaan sengat halus yang beracun. Korban merasakan sakit luar biasa di bagian tubuh yang terkena sengatan. Jika tidak mendapat pertolongan secepatnya, korban bisa meninggal dalam waktu tiga menit. Racun yang dimiliki satu ekor Tawon Laut mampu membunuh 250 orang.
Foto: AP
Katak Beracun
Katak berwarna terang mencolok ini adalah katak paling beracun di dunia, habitatnya di Amerika Selatan dan Tengah. Amfibi ini dikenal dengan nama katak panah, karena penduduk pribumi Amerika Selatan dan Tengah memanfaatkan lendir beracun katak ini pada mata anak panah. Racun seekor katak ini mampu membunuh sampai 10 orang. Jika masuk pembuluh darah, racun ini bisa melumpuhkan otot dan pernafasan.
Foto: Fotolia/DWaEbP
Ikan Karang
Ikan ini hidup di perairan dangkal berkarang di wilayah Samudra Hindia dan Pasifik. Kondisi lingkungan habitatnya membantu ikan ini untuk berkamuflase. Jika terkena sengatan duri di punggung ikan ini, korban akan mengalami hipotensi, fibrilasi ventrikel serta kelumpuhan yang bisa berakibat kematian.
Foto: gemeinfrei
Laba –Laba Corong Sydney
Hewan ini banyak ditemukan di kawasan dalam radius 100 km dari kota Sydney Australia. Bisa laba-laba ini dapat melumpuhkan otot dan juga sistem pernafasan. Korban sengatan akan tewas jika bisa sudah masuk ke jantung. Laba-laba ini biasanya sangat agresif dan berbahaya di saat musim kawin.
Foto: cc-by-sa-3.0/Ianmacm
Ular Laut Dubois
Merupakan ular laut yang paling berbisa. Beberapa miligram bisa ular ini mampu menewaskan seorang dewasa. Gigitan ular ini sulit dikenali dan korban biasanya tidak merasakan gigitan. Baru setelah setengah jam, korban merasakan tenggorokannya kering dan mual. Simpton berikutnya, korban tidak bisa menggerakkan tangan serta kakinya. Kelumpuhan berlanjut sampai ke dada dan menghentikan pernafasan.
Foto: cc-by-3.0/Aloaiza
Keong Laut Kerucut
Keong laut ini sangat diminati karena keindahan cangkangnya. Namun di balik keindahan rumahnya ini tersimpan bisa yang sangat mematikan. Satu tetes bisa keong ini mampu membunuh hingga 20 orang. Bisa keong laut ini menimbulkan rasa sakit luar biasa, melumpuhkan otot, menyebabkan gangguan penglihatan serta pernafasan.
Foto: picture-alliance
Gurita Cincin Biru
Dalam keadaan biasa, gurita ini berwana coklat muda. Namun, jika merasa terancam, ia menampilkan totol-totol menyerupai cincin berwaran biru cerah. Saat menggigit gurita ini mengeluarkan air liur berbisa yang menyerang sistem saraf. Bisa yang dimilikinya mampu membunuh orang dewasa hanya dalam beberapa jam, akibat kelumpuhan otot pernafasan.
Foto: imago/OceanPhoto
Anemon Genus Protopalythoa
Hewan laut sejenis koral tanpa cangkang berbentuk bunga ini (Anthozoa) mampu memproduksi bisa sendiri. 0,02 mg bisa Palytoxin mampu menewaskan orang dewasa berbobot 70 kg. Jika terkena bisa anemon laut ini, korban mengalami muntah-muntah, mengggigil serta kelumpuhan seluruh sistem otot. Penduduk asli Hawai memanfaatkan bisa anemon laut ini untuk racun pada mata tombaknya.
Foto: cc-by-sa-3.0/Nick Hobgood
Kalajengking Deathstalker
Tidak semua kalajengking berbahaya bagi manusia. Namun kalajengking Deathstalker yang habitatnya di Turki, semenanjung Arab dan kawasan Afrika Utara ini perlu diwaspadai. Bisa yang dimiliki kalajengking ini 18 kali lebih kuat dari racun potasiun sianida.