Radikalime, penistaan agama dan terorisme akan jadi tema-tema utama Festival Literasi ASEAN 2017 di Kota Tua Jakarta, Agustus mendatang.
Iklan
Kota Tua Jakarta akan jadi ajang Festival Literasi ASEAN 2017, pada tanggal 3 hingga 6 Agustus mendatang. Acara ini akan menjadi tuan rumah bagi ratusan penulis, ilmuwan dan pejabat dari lebih dari 30 negara, termasuk 10 negara ASEAN, Asia, Eropa, Amerika Serikat, Afrika, dan Australia. Puluhan ribu penonton diharapkan hadir langsung dalam acara yang juga akan disiarkan kegiatannya lewat media sosial.
Tahun ini adalah kali keempat festival tersebut diselenggarakan, sekaligus merayakan hari jadi ke 50 Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Tema-tema yang diangkat di antaranya: penistaan agama, radikalisme dan terorisme.
Mencari solusi atas masalah sosial
Direktur Program Festival Literasi ASEAN Okky Madasari mengatakan, festival tersebut tetap konsisten dalam membahas secara kritis isu-isu yang penting di masyarakat, agar dapat menghasilkan pandangan dan solusi alternatif atas masalah-masalah tersebut: "Kami dengan sengaja memilih isu-isu seperti kebebasan berekspresi, radikalisme agama, termasuk diskusi tentang ayat hukum penistaan agama serta meningkatnya ancaman teror di seluruh wilayah, bahkan dunia, untuk menyuarakan pendirian kita sebagai intelektua,l agar menjadi bagian dari solusi."
Kekerasan terhadap kaum Rohingya di Myanmar, menguatnya ISIS dan ancaman teror di Filipina selatan dan Indonesia serta memburuknya kebebasan berekspresi di seluruh wilayah termasuk di antara isu-isu mendesak yang akan dibahas dalam festival tersebut.
Kesempatan Emas bagi Sastra Indonesia
Tahun 2015, menjadi terobosan baru dalam karya sastra Indonesia. Indonesia akan menjadi tamu kehormatan dalam Frankfurter Buchmesse, ajang pameran buku bergengsi di dunia, yang diselenggarakan tiap tahun di Frankfurt.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Acara Serah Terima
Serah terima Guest of Honour dari Finlandia kepada Indonesia Minggu, 12 Oktober 2014 di Pameran Buku Frankfurt.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Tarian Memukau
Penampilan musik dan tari Ayu Laksmi, Endah Laras dan Ariani, Minggu 12 Oktober 2014.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Tongkat Guest of Honour
Inilah tongkat Tamu Kehormatan yang diserahkan kepada Indonesia untuk 2015.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Dewi Dee Lestari
Dewi Dee Lestari bertukar pengalaman dengan penulis Finlandia Kjell Westo dalam acara serah terima.
Foto: Frankfurter Buchmesse/P. Hirth
Tamu Kehormatan
Indonesia akan menjadi tamu kehormatan di Frankfurter Buchmesse atau Frankfurt Book Fair pada tahun 2015 nanti. Dalam pameran buku akbar tahun ini dimana Finlandia menjadi tamu kehormatan, Indonesia mulai unjuk diri.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
17.000 Islands of Imagination
Indonesia mengemas keikutsertaan di FBF dalam tema "17.000 Islands of Imagination". Pulau dalam hal ini adalah semacam suatu imajinasi, kreativitas yang tidak terbatas yang lahir dan berkembang di 17.000 pulau di tanah air.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Memperkenalkan Indonesia
Dalam pameran buku tahun ini pihak penyelenggara memperkenalkan peran serta Indonesia sebagai tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015. Hadir dalam konferensi pers, Direktur Frankfurt Book Fair Juergen Boos, Wakil Menteri Kebudayaan Indonesia, Wiendu Nuryanti, Goenawan Mohamad, penulis senior yang menjadi panitia delegasi Indonesia, dan Husni Syawie dari IKAPI.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Banyak Peminat
Konferensi pers yang memperkenalkan Indoensia sebagai tamu kehormatan diserbu pengunjung. Menjadi tamu kehormatan sangat menguntungkan, karena mendapat kesempatan dalam menonjolkan Indonesia pada dunia. Bahkan, selama setahun sebelum penyelenggaraan, negara yang menjadi tamu kehormatan akan diperkenalkan ke publik dalam berbagai liputan media di Jerman.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Ajang Penting
Pameran buku internasional di Frankfurt merupakan ajang yang sangat efektif dalam mengenalkan para penulis Indonesia yang selama ini kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Mencari Penerjemah
Bukan perkara mudah untuk mencari penerjemah buku Indonesia ke dalam bahasa Jerman. Direktur Frankfurter Buchmesse Jürgen Boos mengatakan: "Ini merupakan tantangan besar, untuk mencari penerjemah sastra ke bahasa Jerman.“
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Terobosan Indonesia
Pada pertengahan tahun 1970-an, fokus pameran lebih bersifat tematik. Namun sejak tahun 1980-an, tiap tahun dipilih tamu kehormatan dari berbagai negara dalam pameran akbar itu. Setelah Indonesia menjadi tamu kehormatan tahun 2015, Belanda akan menyusul sebagai tamu kehormatan 2016.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
11 foto1 | 11
Saling mengenal budaya
Tahun lalu festival tersebut hampir dihentikan polisi saat ratusan kelompok militan menggelar demonstrasi di depan lokasi festival tersebut, karena mengangkat isu-isu kontroversial, seperti LGBT dan peristiwa 1965.
Okky mengatakan bahwa festival tersebut memilih 'Beyond Imagination' sebagai tema utama untuk mencerminkan bahwa kreativitas dan keaksaraan merupakan elemen penting untuk mencapai komunitas ASEAN yang sesungguhnya. "Menjadi bagian dari masyarakat, berarti harus saling mengenal. Bagaimana kita bisa mengenal orang lain dengan baik jika bukan karena budaya dan gaya hidup mereka? Dan bagaimana lagi kita mengetahui suatu budaya jika tidak melalui buku dan produk budaya lainnya seperti novel dan film?"
Manajer komunikasi acara ini, Febriana Firdaus menambahkan: "Tema tersebut dipilih pertama soal ‘Beyond Imagination', agar sastra bisa diwujudkan lebih riil lagi, lewat diskusi hingga turun ke lapangan, yang dilakukan oleh para sastrawan, bertemu langsung dengan subyek cerita mereka. Kalau soal diskusi, kita konsisten ambil tema kebebasan ekspresi. Pada festival lalu soal memberikan suara pada mereka yang tak punya suara, karena itulah ada diskusi tentang LGBT dan pembantaian massal 65. Tahun ini, sesuai dengan perkembangan terbaru, kami mengambil topik radikalisme, persekusi, dan blasphemy law. Kami merasa, tema ini penting diambil karena beberapa tahun belakangan, isu radikalisme dan persekusi kawasan ASEAN mengalami peningkatan."
#PustakaBergerak Tebar Buku Hingga ke Pelosok Terpencil
Di tengah maraknya pemberangusan buku, Pustaka Bergerak tak kenal lelah bangkitkan minat baca dengan perahu, motor, becak bendi,dll. hingga ke pedalaman. Di Mandar, Nusa Pustaka dibangun sekaligus jadi museum maritim.
Foto: Maman Suherman
Perpustakaan di Mandar
Nusa Pustaka adalah perpustakaan milik Muhammad Ridwan Alimuddin di Desa Pambusuang Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi barat yang diresmikan Maret 2016.
Foto: Maman Suherman
Armada pustaka
Mengandalkan Armada Pustaka untuk membuka ruang baca ke masyarakat Sulawesi Barat, Muhammad Ridwan Alimuddin mendirikan ativitas literasi lewat Nusa Pustaka di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Foto: Maman Suherman
Ridwan, pejuang literasi
Muhammad Ridwan Alimuddin dulunya merupakan mantan wartawan. Ia punya kepedulian luar biasa terhadap buku dan usaha membangkitkan minat baca hingga ke pelosok.
Foto: M. Ridwan
Dengan perahu
Dengan perahu atau sampan, Ridwan berkelana membawa buku ke pulau-pulau kecil, agar bisa sampai kepada anak-anak di pelosok terpencil yang haus buku bacaan .
Foto: M. Ridwan
Museum maritim
Perpustakaan ini sekaligus merupakan museum maritim Mandar. Saat ini Perpustakaan Museum Nusa Pustaka mengoleksi lebih dari 6000 buku dan beberapa artefak kebaharian. Misalnya tiga unit sandeq, replika perahu, beberapa alat bantu kerja nelayan dan artefak bangkai perahu Mandar.
Foto: Maman Suherman
#TebarVirusLiterasi
Tujuan utama dibangunnya Nusa Pustaka adalah agar buku-buku dapat dimanfaatkan secara maksimal, mudah diakses masyarakat yang ingin membaca dan meminjam buku setiap saat.
Foto: Maman Suherman
Bisa membaca dimana saja
Nusa Pustaka itu menampung sedikitnya 6.000 buku bacaan, baik buku sastra, komik, budaya, maritim, maupun buku ilmu pengetahuan umum. Anak-anak bisa membaca di mana saja dengan santai, bahkan di luar perpustakaan.
Foto: Maman Suherman
Dukungan sahabat
Motivator dan penulis Maman Suherman setia menemani perjuangan Ridwan. Ketika Maman ikut berlayar bersama perahu pustaka, perahu terbalik di lautan pada 13 Maret 2016, tepat pada hari peresmian Nusa Pustaka. Hampir semua warga di pantai bergegas berupaya menyelamatkan mereka dan buku-buku yang karam ke laut.
Foto: DW/M. Ridwan
Minat besar
Masyarakat setempat khususnya anak-anak amat antusias menyambut Nusa Pustaka. Bahkan ketika masih persiapan pembangunannya pun beberapa pelajar setiap hari sudah mampir ke Nusa Pustaka untuk bisa membaca buku.
Foto: Maman Suherman
Dukungan dari manca negara
David Van Reybrouck, sejarawan dari Belgia memberikan dukungan bagi inisiatif ini. Penulis karya sastra non-fiksi, novel, puisi dan drama ini berkunjung ke Nusa Pustaka dan berdiskusi dengan masyarakat setempat.
Foto: Maman Suherman
Andalkan berbagai armada demi ilmu pengetahuan
Armada Pustaka selain memiliki Perahu Pustaka, juga menyebar buku lewat Motor Pustaka, Sepeda Pustaka, Bendi Pustaka dan Becak Pustaka, yang menjadi tonggak gerakan literasi bersama.
Foto: Maman Suherman
Bendi pustaka
Delman atau bendi lazimnya juga disulap oleh para pegiat literasi ini menjadi perpustakaan keliling di Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Foto: Maman Suherman
Sang sais Bendi Pustaka
Rahmat Muchtar, keua dari kiri, adalah sais Bendi Pustaka. Ia berfoto bersama Maman dan Ridwan.
Foto: DW/M. Ridwan
13 foto1 | 13
Arti pentinganya bagi Indonesia
Kepada DW, Febriana mengungkapkan kegiatan ini sangat penting bagi Indonesia: "Kegiatan ini ingin membumikan sastra hingga ke kampung-kampung (Terkait dengan program Sastra Masuk Kampung dan Residensi) hingga ke anak-anak, karena untuk pertama kalinya diadakan Jambore Nasional Sastra untuk anak SD-SMA. Mengapa harus dibumikan? Agar jangan sampai sastra ini hanya tinggal di menara gading."
Ditandaskan Okky: "Dalam hal ini, kami berharap festival ini bisa berperan secara signifikan. Kami percaya bahwa budaya dan sastra adalah satu-satunya masalah yang benar-benar mengikat masyarakat. Kita tidak bisa hanya bergantung pada aspek ekonomi dan politik yang pada akhirnya akan berubah menjadi retorika," pungkasnya.
(ap/hp)
Manusia Di Balik Tembok Laut
Bagaimana rasanya terus hidup dalam ancaman? Inilah nasib yang dialami sebagian warga di Jakarta Utara yang hidup di balik tembok laut dan tergerus ombak. Kecemasan itu terekam dalam gambar.
Foto: C. Boll
Mengabadikan keseharian
Inilah kisah sejumlah warga Jakarta Utara yang hidup dalam kegelisahan karena menghadapi ancaman permanen. Seperti misalnya yang dialami nelayan ini. Fotografer Cynthia Boll mengikuti kehidupan penduduk di Jakarta Utara dan merekam keseharian mereka mereka, untuk menunjukkan kepada pengguna Facebook yang aktif dan berusia produktif tentang kehidupan para nelayan ini.
Foto: C. Boll
Perjuangan anak manusia
Banjir tak menyurutkan langkah si kecil untuk menuntut ilmu. Dalam proyek fotonya bertajuk: ‘The People Behind The Seawall’, Boll menunjukkan bagaimana warga di utara Jakarta berjuang menghadapi banjir, naiknya permukaan laut, rumah yang tenggelam, harus ke sekolah saat banjir dan kekurangan air bersih. Inilah keseharian yang mereka hadapi.
Foto: C. Boll
Ancaman tenggelam
Jakarta dihuni sekitar 20 juta jiwa. Salah satu dari 5 kota terpadat di dunia ini berada di delta 13 sungai dan 40% daratannya di bawah permukaan laut, hingga rentan kebanjiran. Diperkirakan 1/3 kota bisa tenggelam dalam kurun waktu 30 tahun mendatang. Saat ini, Jakarta bergantung pada tembok laut berusia 40 tahun yang seharusnya dapat menjaga ibukota dari luapan air Laut Jawa.
Foto: C. Boll
Kampanye publik
Proyek Utarakan Jakarta "The People Behind The Seawall’ diluncurkan Boll dkk. di Facebook 1 Oktober 2015. Setelah proyek foto dipamerkan, selanjutnya seluruh instalasi pameran Utarakan Jakarta dihibahkan pada Konsorsium Kota Tua yang meneruskan kampanye ini pada publik Jakarta khususnya warga di kawasan itu. Kota Tua adalah bagian dari sejarah Jakarta yang harus dijaga agar tidak tenggelam.
Foto: C. Boll
Menanti partisipasi masyarakat
Masyarakat diajak untuk membagikan pengalaman mereka, memberikan komentar, berpartisipasi lewat angket dan bertindak aktif. Untuk informasi lebih lanjut hubungi C.Boll, inisiator proyek di Cynthia@cynthiaboll.nl. Editor: ap/as (foto:Cynthia Boll)