Faisal Tehrani hingga Martin Aleida Tampil di ALF 2017
12 Juli 2017
Di Kota Tua Jakarta, pagelaran sastra ASEAN Literary Festival 2017 hadirkan penulis-penulis berpengaruh dan kritis dari kawasan Asia Tenggara: Faisal Tehrani dari Malaysia hingga Martin Aleida.
Iklan
Mulai penulis asal Malaysia yang bukunya dilarang diedarkan Faisal Tehrani hingga penulis tanah air yang baru saja meraih penghargaan cerpen terbaik Kompas, Martin Aleida, mereka akan memeriahkan festival literatur ASEAN kali ini yang bertepatan dengan perayaan 50 tahun ASEAN.
Direktur Program ALF Okky Madasari mengungkapkan: "Faisal akan membuka ALF dengan memberikan kuliah umum tentang demokrasi, kebebasan berekspresi dan sastra di Asia Tenggara di Fatahillah Square, Kota Tua, yang bersejarah.”
Enam karya Faisal Tehrani dilarang beredar di negaranya, meski ia pernah menang Hadiah Sastera Utusan Malaysia-Exxon Mobil 2002 lewat novelnya 1515 dan menerima National Book Prize in 2005 untuk kategori bahasa Melayu. Karya Faisal ‘1515' kemudian dijadikan bahan kuliah di program studi Melayu di Universitas Köln, Jerman dan diterjemahkan serta diterbitkan kembali oleh Malaysian Institute of Translation & Books pada 2011.
Setiap tahunnya, kuliah umum yang merupakan acara prestisius pada malam pembukaaan festival literatur ASEAN selalu menghadirkan pemikir-pemikir yang kritis dan berpengaruh di Asia Tenggara setiap tahunnya, yang bukan hanya dikenal karyanya tapi juga perjuangannya menegakkan keadilan, kebebasan dan kemanusiaan. Telah tampil tahun-tahun sebelumnya antara lain Pete Lacaba dari Filipina, Ma Thida dari Myanmar, dan Jose Ramos Horta dari Timor Leste. Bersama Faisal, juga akan hadir Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Hilmar Farid yang juga akan menyampaikan pidato tentang usaha menyatukan Asia Tenggara lewat sastra.
Arswendo Atmowiloto bicara soal penistaan agama
Selain menghadirkan Faisal yang akan bicara tentang peran sastra dan penulis untuk mendorong dan memajukan demokrasi serta kebebasan berekspresi di Asia Tenggara, ALF juga akan menghadirkan pembicara seperti jurnalis dan penulis Arswendo Atmowiloto untuk menanggapi isu terbaru di tanah air, yakni penistaan agama. Arswendo pernah dipenjara karena kasus penistaan agam setelah melakukan survei untuk tabloid Monitor.
Tema lainnya yang diangkat dalam festival tahun ini adalah populisme dan radikalisme. Okky menuturkan: "Kami menghadirkan jurnalis sekaligus penulis yang sudah malang melintang di kawasan ini, Michael Vatikiotis. Ia telah puluhan tahun meneliti Indonesia dan kawasan ini. Buku terbarunya juga tentang konflik agama.”
Topik lainnya persekusi yang belakangan kerap terjadi di masyarakat. Untuk topik ini, ALF menghadirkan tiga penulis dari Myanmar; Han Zaw, Nyi Pu Lay, Suu Mie Aung. Ketiganya akan bicara soal persekusi di Myanmar.
Penulis dari tanah air, Martin Aleida, yang juga korban persekusi ideologi politik pada 1965 yang baru saja memenangkan cerpen terbaik Kompas 2017, akan menuturkan kisahnya dalam tema tersebut.
Untuk kebebasan berekspresi, Andrew Fowler akan menjadi salah satu pembicara utama. Ia adalah wartawan investigasi yang memenangkan penghargaan, memulai karirnya di Inggris di mana ia meliput kampanye pengeboman IRA tahun 1970 untuk London Evening News. Sementara, untuk isu feminisme, ALF menghadirkan wartawan senior Maria Hartiningsih, peraih Yap Thiam Hien Award.
Kesempatan Emas bagi Sastra Indonesia
Tahun 2015, menjadi terobosan baru dalam karya sastra Indonesia. Indonesia akan menjadi tamu kehormatan dalam Frankfurter Buchmesse, ajang pameran buku bergengsi di dunia, yang diselenggarakan tiap tahun di Frankfurt.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Acara Serah Terima
Serah terima Guest of Honour dari Finlandia kepada Indonesia Minggu, 12 Oktober 2014 di Pameran Buku Frankfurt.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Tarian Memukau
Penampilan musik dan tari Ayu Laksmi, Endah Laras dan Ariani, Minggu 12 Oktober 2014.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Tongkat Guest of Honour
Inilah tongkat Tamu Kehormatan yang diserahkan kepada Indonesia untuk 2015.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Dewi Dee Lestari
Dewi Dee Lestari bertukar pengalaman dengan penulis Finlandia Kjell Westo dalam acara serah terima.
Foto: Frankfurter Buchmesse/P. Hirth
Tamu Kehormatan
Indonesia akan menjadi tamu kehormatan di Frankfurter Buchmesse atau Frankfurt Book Fair pada tahun 2015 nanti. Dalam pameran buku akbar tahun ini dimana Finlandia menjadi tamu kehormatan, Indonesia mulai unjuk diri.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
17.000 Islands of Imagination
Indonesia mengemas keikutsertaan di FBF dalam tema "17.000 Islands of Imagination". Pulau dalam hal ini adalah semacam suatu imajinasi, kreativitas yang tidak terbatas yang lahir dan berkembang di 17.000 pulau di tanah air.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Memperkenalkan Indonesia
Dalam pameran buku tahun ini pihak penyelenggara memperkenalkan peran serta Indonesia sebagai tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015. Hadir dalam konferensi pers, Direktur Frankfurt Book Fair Juergen Boos, Wakil Menteri Kebudayaan Indonesia, Wiendu Nuryanti, Goenawan Mohamad, penulis senior yang menjadi panitia delegasi Indonesia, dan Husni Syawie dari IKAPI.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Banyak Peminat
Konferensi pers yang memperkenalkan Indoensia sebagai tamu kehormatan diserbu pengunjung. Menjadi tamu kehormatan sangat menguntungkan, karena mendapat kesempatan dalam menonjolkan Indonesia pada dunia. Bahkan, selama setahun sebelum penyelenggaraan, negara yang menjadi tamu kehormatan akan diperkenalkan ke publik dalam berbagai liputan media di Jerman.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Ajang Penting
Pameran buku internasional di Frankfurt merupakan ajang yang sangat efektif dalam mengenalkan para penulis Indonesia yang selama ini kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Mencari Penerjemah
Bukan perkara mudah untuk mencari penerjemah buku Indonesia ke dalam bahasa Jerman. Direktur Frankfurter Buchmesse Jürgen Boos mengatakan: "Ini merupakan tantangan besar, untuk mencari penerjemah sastra ke bahasa Jerman.“
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Terobosan Indonesia
Pada pertengahan tahun 1970-an, fokus pameran lebih bersifat tematik. Namun sejak tahun 1980-an, tiap tahun dipilih tamu kehormatan dari berbagai negara dalam pameran akbar itu. Setelah Indonesia menjadi tamu kehormatan tahun 2015, Belanda akan menyusul sebagai tamu kehormatan 2016.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
11 foto1 | 11
Ruang bagi kebutuhan perspektif milenial
Manajer Komunikasi ALF 2017 Febriana Firdaus menyebutkan, selain sesi kuliah umum dan diskusi di atas, ALF mempersembahkan program spesial percakapan mendalam dengan tiga penulis besar di tanah air lewat program In conversation with. ”Mereka yang akan tampil adalah Goenawan Muhammad, Martin Aleida, dan Arswendo Atmowiloto," kata Febriana.
Festival ini juga memberi banyak ruang untuk penulis-penulis muda untuk menyesuaikan kebutuhan perspektif millenial. Para penulis ini akan tinggal bersama warga lewat program Sastra Masuk Kampung dan Residensi.
Festival sastra yang diikuti penulis dari 10 negara ASEAN serta puluhan lainnya dari lebih 20 negara-negara dari lima benua ini akan diselenggarakan di kawasan Kota Tua Jakarta pada 3-6 Agustus mendatang.
Tema besar ALF tahun ini: Beyond Imagination. Acara ini diselenggarakan bertepatan dengan perayaan 50 tahun berdirinya ASEAN. Kegiatan yang akan diselenggaran adalah Sastra Masuk Kampung, Residensi, Jambore Nasional Sastra, hingga seminar dan pameran buku.
Ed: ap/hp
Perpustakaan Paling Indah di Dunia
Perpusatakaan telah menopang peradaban manusia sejak lebih dari 4000 tahun. Bentuknya kini bisa bermacam-macam, ada yang serupa istana, sementara yang lain lebih mirip UFO. Inilah perpusataan paling spektakuler di dunia.
Foto: Imago/imagebroker
Perpustakaan Anna-Amalia, Weimar
Berdiri sejak lebih dari 300 tahun, perpusatakaan Anna Amalia di Weimar, Jerman, terkenal berkat aula berbentuk memanjang yang dibangun dengan gaya Rokoko (gambar). Tahun 2004 sebagian gedung perpusatakaan terbakar dilalap api. Butuh waktu tiga tahun bagi Jerman untuk merestorasi perpusatakaan bersejarah ini ke bentuk aslinya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Woitas
Universitas Teknik Delft
Perpusatakaan di kompleks Universitas Teknik Delft, Belanda, terlihat mencolok berkat desain atapnya yang modern dan ditumbuhi rumput. Atap unik itu menjadi tempat beristirahat pada mahasiswa di musim panas. Kubah berbentuk kerucut yang menjulang di tengah gedung memiliki tinggi 42 meter dan menyimpan rak buku setinggi empat lantai.
Foto: Nicholas Kane/Arcaid/picture alliance
Biblioteca Joanina, Coimbra
Harian Inggris "The Daily Telegraph" pernah membaptis perpusatakaan di Coimbra, Portugal, ini sebagai salah satu yang paling spektakuler di dunia. Adalah raja Johann V. yang memerintahkan pembangunannya. Setiap rak pada perpustakaan ini dibuat dengan kayu mawar dan kayu hitam. Kini Biblioteca Joanina menjadi bagian Fakultas Hukum Universitas Coimbra.
Foto: picture-alliance/akg-images/H. Champollion
Bibliotheca Alexandrina, Alexandria
Perpusatakaan paling terkenal di dunia ini pernah habis terbakar 2000 tahun silam. Hingga saat itu Bibliotheca Alexandrina adalah wadah terbesar ilmu pengetahuan di dunia dengan lebih dari 490.000 lembar papirus. Tahun 2002 silam pemerintah Mesir merenovasi perpusataakaan ini dengan dana sekitar 220 juta Dollar AS.
Foto: picture-alliance/Arco Images GmbH
Klosterbibliothek St. Gallen
Sejak lebih dari 1300 silam berdiri perpusatakaan biara di St. Gallen, Swiss. Istana pengetahuan ini tidak cuma menyimpan buku, tetapi juga mengoleksi sejumlah mumi dan artefak kuno asal Mesir. Aula perpustakaan (gambar) termasuk yang paling indah di dunia. Perpustakaan ini terdaftar sebagai Warisan Budaya UNESCO sejak 1983.
Foto: picture-alliance/Stuart Dee/robertharding
Perpustakaan Filologi, FU Berlin
Lantaran bentuknya yang menyerupai kepala manusia, perpusatakaan Filologi di Free University Berlin ini mendapat julukan "otak." Gedungnya didesain oleh arsitek ternama Inggris, Norman Foster dan tuntas dibangun tahun 2005 silam.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Andree/Helga Lade
Library of Congress, Washington
Perpustakaan nasional ini dibangun 1800 silam dan habis terbakar 14 tahun kemudian. Presiden ketiga AS, Thomas Jefferson lalu menawarkan perpustakaan pribadinya yang memiliki koleksi 6500 judul buku. Bagian paling spektakuler dari Library of Congress adalah aula utamanya yang didesain dengan gaya Renaissance.
Foto: picture-alliance/JOKER/H. Khandani
Trinity College Library, Dublin
Memanjang sejauh 64 meter dan lebar 12 meter, aula utama perpusatakaan Trinity College ini pantas dijuluki "Long Room." Awalnya ruangan ini cuma memiliki atap datar yang terbuat dari gipsum. Tahun 1858 sejumlah arsitek meninggikan ruangan perpustakaan dan membangun atap melengkung dengan kayu Oak.
Foto: Imago/imagebroker
National Library of China, Beijing
Dengan koleksi lebih dari 30 juta judul buku, perpustakaan nasional Cina termasuk tujuh perpustakaan terbesar di dunia. Dibangun tahun 1809, perpustakaan ini dulu bernama "Perpusatakaan Ibukota." Sejak tahun 1928 namanya diubah menjadi "Perpustakaan Beijing." Baru tahun 1998 pemerintah Cina mengizinkan nama perpustakaan diubah menjadi yang sekarang.
Foto: Getty Images/AFP/W. Zhao
El Ateneo Grand Splendid, Buenos Aires
Gedung ini bukan perpustakaan, melainkan toko buku. "Ateneo" di Argentina memiliki sejarah panjang. Dibangun 1919, awalnya gedung ini berfungsi sebagai gedung teater. Pada dekade 1920an pemiliknya menyulap Ateneo menjadi bioskop. Baru pada tahun 2000 pemiliknya mengubah gedung bersejarah ini menjadi toko buku yang dilengkapi dengan kedai kopi dan aula membaca.