Lebih 90 kelompok menggelar konser di hampir 40 lokasi selama tiga hari nonstop. Inilah upaya membangun kebersamaan dalam menyambut 73 tahun kemerdekaan Indonesia.
Iklan
Gagasan menggelar Festival Musik Rumah muncul dari Petrus Briyanto Adi yang lebih akrab disapa Adoy, personel kelompok Bonita & The Hus Band (BNTHB). Idenya bukan menggelar festival musik akbar yang gemerlapan, melainkan penampilan-penampilan kecil yang digelar di rumah-rumah. "Ini sebuah festival musik partisipatoris", kata aktivis pendidikan dan pegiat budaya Susilo Adinegoro.
Konsepnya sederhana, tuan rumah memberikan tempat untuk dipakai pagelaran musik dan berkoordinasi dengan kelompok yang ingin tampil. Lebih 90 kelompok siap menggelar acara musik secara bergiliran maupun simultan selama tiga hari, pada tanggal 17, 18 dan 19 Agustus. Festival ini juga diramaikan peserta dari luar negeri, antara lain kelompok TOFFI di Hamburg, Jerman.
"Saya senang bahwa antusiasme dan kebahagiaan menyertai para partisipan dalam persiapan menuju tiga hari festival ini. Komunikasi antar penampil dan tuan rumah berjalan baik, progres persiapan musikal dari para penampil juga sukacita" kata Adoy. Dia mengakui, sebenarnya banyak sekali kelompok yang mau berpartisipasi, namun karena kapasitas pengurus terbatas, tidak semua permohonan yang masuk pada hari-hari terakhir bisa diakomodasi.
Musik menghubungkan dan menyatukan
Tujuan utama di belakang kerja besar ini adalah membangun dan merawat kebersamaan, kata Adoy. Festival Musik Rumah menghubungkan Indonesia dengan jejak Nusantara di Campa (yang salah satunya sekarang adalah Kamboja) dengan partisipasi musisi-musisi multi nasional di Phnom Penh.
Musik yang ditawarkan juga beragam. Kelompok TOFFI Hamburg dari Jerman tampil bersama tiga pemusik yang pengungsi dari Suriah. Mereka bersama-sama akan membawakan lagu-lagu daerah Indonesia. Di halaman facebook Festival Musik Rumah mereka menyampaikan "Salam tiga bahasa” (Indonesia, Jerman, dan Arab) dan menyatakan kegembiraan bisa berpartisipasi..
Salah satu hal yang akan menghubungkan satu konser rumah dengan konser rumah yang lain adalah ada satu lagu yang akan dibawakan oleh semua penampil dalam festival ini, yaitu lagu "Rayuan Pulau Kelapa” karya Ismail Marzuki.
Live streaming lewat Facebook dan situs web
"Penting dalam festival ini kita merasakan kebersamaan yang tak terbatas wilayah dan kelas. Dengan mengalami konser di setiap rumah secara khidmat dan sukacita, ingat dan rayakan bahwa sebenarnya kita sedang bersama-sama merayakan kemanusiaan lewat musik walau lokasinya terpisah-pisah. Tidak ada minoritas dan mayoritas di festival ini", kata Adoy.
Festival Musik Rumah adalah adalah acara pertunjukan "live music" sederhana dalam format "home concert" dan tidak untuk tujuan profit, kata Adoy menambahkan. Pada konser-konser rumah, nantinya penonton bisa menyampaikan dukungan dan bantuan untuk saudara-saudara di Lombok dan sekitarnya yang menjadi korban bencana alam.
Mereka yang tidak bisa hadir langsung di rumah konser bisa menikmati sebagian Festival Musik Rumah lewat live streaming atau dokumentasi video laman Facebook Festival Musik Rumah atau dari situsnya: www. festivalmusikrumah.id.
Tradisi 17 Agustus Melekat Hingga ke Jerman
Bagaimana masyarakat Indonesia di Berlin, Jerman, dan sekitarnya merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia? Apakah berbeda dengan di kampung halaman? Simak dalam Pesta Rakyat berikut ini:
Foto: DW/A. Purwaningsih
Jauh dari kampung halaman
Jauh dari kampung halaman, tidak mengurangi semangat warga Indoensia di Berlin dan sekitarnya untuk merayakan dirgahayu Republik Indonesia.
Foto: DW/A. Purwaningsih
‘Indonesia Kerja Nyata‘.
Tema untuk peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 : Mari wujudkan cita-cita bangsa dengan ‘Indonesia Kerja Nyata‘. Pada siang hari dalam acara Pesta Rakyat di Wisma Indonesia, Berlin, dari panggung musik ini, terdengar berbagai lagu Indonesia dimainkan, di antaranya 'Oh..oh Karmila.....'
Foto: DW/A. Purwaningsih
Tenda putih
Tenda-tenda putih berjejer rapi di halaman Wisma Indonesia nan astri, tempat terselnggaranya Pesta Rakyat di Berlin.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Dari musik sampai lomba
Selain musik, apa saja kegiatan warga Indonesia di Berlin saat 17 Agustus-an? Tentu tak beda dengan yang di tanah air, yakni perlombaan. Tak ketinggalan undian berhadiah.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Balapan, yuk
Lomba untuk kategori anak-anak, seperti tradisi 17 Asgustus-an pada umumnya: balap kelereng dalam sendok, memasukan pensil ke dalam botol, dan lain-lain. Pemenang masing-masing perlombaaan tentu saja mendapat bingkisan.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Lomba untuk yang dewasa
Untuk orang dewasa, juga disediakan berbagai macam lomba yang membawa keceriaan suasana. Para penonton berbahak-bahak ketika lomba makan digelar. Para peserta dibagi atas beberapa kelompok yang masing-masing terdri atas lima orang.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Bangun kebersamaan tim lewat makan
Lima piring tertutup disajikan, dan para anggota tim masing-masing kebagian satu piring yang dimakan bergantian. Isi dalam piring lomba makan, di antaranya kacang wasabi, beberapa potong wortel mentah sampai satu piring kecil coklat. Hati-hati tersedak ya….
Foto: DW/A. Purwaningsih
Anak-anak lebih tenang?
Lomba makan ini juga diadakan buat kategori anak-anak. Nampaknya, anak-anak lebih ‘kalem‘ ketimbang orang dewasa saat berlomba makan.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Makan-makan
Tak cuma lomba makan, tapi juga makan kenyang. Pesta Rakyat juga menggelar makan-makan seperti di Indonesia. Pesta Rakyat di Berlin menyedian makanan khas Indonesi bagi semua pengunjung. Apa saja jenisnya?
Foto: DW/A. Purwaningsih
Dari uduk sampai lontong
Mulai dari nasi uduk, semur daging sapi, sambal goreng kentang petai, tempe kering, lengkap dengan sate dan lontong tersedia di sini. Kerupuk dan sambal, tentunya tidak ketinggalan.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Serasa piknik
Tiada kebersamaan tanpa mengunyah dan makan bersama. Tradisi ‘mangan ora mangan ngumpul‘ juga tetap dipelihara warag Indonesia di Jerman.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Kue kecilnya apa?
Es buah jadi makanan penutup. Tapi ada juga penganan kecil khas Indonesia yang ikut memanjakan perut pengunjung tentunya.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Sang Merah Putih
Bendera Merah Putih menjadi ornamen dan warna yang mendominasi di lokasi kegiatan Pasar Rakyat di Berlin yang diadakan dalam rangka menyambut kemerdekaan RI.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Silaturahmi
Praktis, Pesta rakyat di Wisma Indonesia di Berlin ini sekaligus jadi ajang silaturahmi warga.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Mempertemukan dua budaya
Yang satu pakai peci dan sarung, yang lainnya pakai rok Bayern, Jerman. Pengunjungnya? Macam-macam, ada pula orang Jerman yang berkebaya.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Tamu kecil tertidur
Cuaca bulan Agustus 2016 cukup hangat. Tepat di hari Pesta rakyat digelar temperaturnya mencapai 27 derajad Celsius. Ditiup angin sepoi-sepoi di bawah pohon kecil, tampak ada yang tertidur di acara ini.