Filantropis Jerman Sekolahkan Anak Kurang Mampu di Lombok
25 Juli 2020
Berawal dari kunjungan ke Indonesia 8 tahun lalu, seorang warga Jerman Arne Honrath kini membina 250 anak di yayasan Lombok. Ia juga menggalang dana dari orang tua asuh di Jerman.
Iklan
Bekunjung ke Indonesia pada 2012 silam, seorang warga Jerman bernama Arne Honrath kini berkolaborasi dengan warga lokal membina 250 anak di Yayasan Stern für Lombok. Pria yang berkunjung ke Indonesia delapan tahun lalu itu merasakan keramahan warga, sehingga muncul keinginan untuk membantu pendidikan anak-anak kurang mampu di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Kepala Yayasan Stern für Lombok ini rutin menggalang dana dari para orang tua asuh di Jerman untuk membayarbiaya sekolah dan kursus anak-anak di yayasan yang didirikannya. Ada 150 anggota yayasan di Jerman yang menyumbang dana secara rutin setiap bulan.
“Anggota yayasan mengumpulkan uang dan bahan-bahan yang dibutukan proyek itu dan biasanya setiap tahun saya pergi ke Lombok dan membawa uang untuk melanjutkan proyek itu. Ada uang untuk bayar sekolah, SPP,” ujar Honrath kepada DW Indonesia.
Bantuan uang yang dikumpulkan jumlahnya berkisar antara 10 hingga 25 Euro atau sekitar Rp 150 – 375 ribu per orang tua asuh setiap bulan. Selain untuk biaya SPP, uang itu juga digunakan untuk membayar keperluan sekolah anak-anak, mulai dari seragam, buku hingga biaya transportasi.
Pria Jerman yang telah mahir berbahasa Indonesia ini menjelaskan bahwa dana tersebut juga dipersiapkan untuk keperluan darurat, misalnya untuk membayar biaya operasi medis bagianak-anak yang kurang mampu.
Kursus gratis
Honrath menyebut, setiap harinya anak-anak di yayasan Lombok juga diberikan kursus gratis, seperti kursus musik, menjahit hingga belajar Bahasa Inggris dan Jerman.
“Ada kegiatan berkebun juga seperti membuat kompos untuk kurangi sampah di sana. Yang paling penting ada Bahasa Inggrisnya. Semua anak ikut kursus Bahasa Inggris dan juga ada kegiatan seperti bermain musik, ada piano, ada beberapa suling, ada kursus gitar, ada ruang mesin jahit, dan ada dapur yang besar,” jelasnya.
Para pengajar dan pembinanya adalah warga setempat. Honrath mengakomodasikan kebutuhan anak-anak sesuai permintaan. Sayangnya, di masa pandemi ia tak bisa berkunjung ke Lombok. Padahal seharusnya ia datang ke Lombok bulan April lalu.
Pria yang tinggal di Siegburg, Jerman, ini sudah sangat tidak sabar untuk bisa berkunjung kembali ke Lombok. Ia ingin bisa bertatap muka lagi dengan anak-anakdan mengajarkan mereka Bahasa Jerman, segera setelah pandemi mereda. (pkp/ae)
8 Hal yang Harus Dilakukan Anak-anak Sendiri Sebelum Masuk SMP
Bagaimana anak-anak bisa tumbuh dewasa sebagai manusia kompeten, jika orangtua selalu melakukan segalanya untuk anak yang berangkat remaja.
Foto: Public Domain
1. Bangun pagi tanpa perlu dibangunkan
Inilah saatnya membiarkan jam alarm melakukan tugasnya. Mereka harus belajar bertanggung jawab untuk bangun sendiri sendiri ketika mulai sekolah menengah, agar tak terlambat. Belajar menjadi orang dewasa yang berdisiplin dan menghargai waktu.
Foto: Fotolia/photonetworkde
2. Menyiapkan sarapan sendiri.
Orang tua kadang memastikan ada makanan di rumah sehingga mereka bisa makan sarapan. Tiba saatnya mereka mulai menyiapkan sarapannya sendiri sesuai dengan selera dan kreasinya sendiri.
Foto: Fotolia/okinawakasawa
3. Mengerjakan PR sendiri
Ketakutan orangtua biasanya, sang anak lupa atau salah dalam mengerjakan tugas dari sekolah yang dibawa pulang atau PR. Namun kini sudah saatnya mereka mengerjakannya. Setelahnya mereka boleh meminta orangtua untuk mengecek saja. Mereka perlu tahu bagaimana melakukannya tanpa intervensi Anda.
Foto: Imago/Jochen Tack
4. Mengepak barang-barang sendiri untuk sekolah
Buku, ponsel, kunci tertinggal, seragam belum dicuci..... Bukan tugas Anda lagi sebagai orangtua yang terus-menerus bawel mengingatkan. Mereka harus belajar untuk tahu konsekuensinya, tanpa harus mengandalkan orangtua mengingatkan benda-benda tersebut. Lupa sesuatu? Rasakan rasa sakit itu.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Stratenschulte
5. Rencanakan dan kerjakan proyek sekolah sendiri
Proyek sekolah tidak diberikan malam hari sebelum jatuh tempo. Karena itu, jangan ambil alih tugas sekolah pada menit terakhir agar proyek selesai. Mereka harus belajar membuat perencanaan yang matang. Satu-satunya hal yang bisa Anda lakukan, dalam obrolan mingguan, tanya tentang proyek sekolah apa yang akan atau tengah digarap.
Foto: Fotolia/Spectral-Design
6. Mencuci baju sendiri
Seorang remaja harus diingatkan, bahwa orangtua bukanlah pelayan mereka. Dalam usia beranjak remaja, mereka mampu mengatasi keseluruhan proses binatu, mulai dari mencuci dan melipat atau menyeterika.
Foto: Dron/Fotolia
7. Menyelesaikan persoalan dengan guru atau pelatih
Jika anak punya masalah dengan guru atau pelatih, dia harus mempertanggungjawabkannya. Tidak disarankan orang tua ikut campur permasalahan di antara figur otoritas dan anak. Orangtua cukup perlu tahu. Anak perlu belajar bagaimana menangani masalahnya sendiri atau setidaknya meminta Anda untuk membantu mereka.
Foto: picture-alliance/dpa
8. bertanggung jawab dalam urusan sekolah
Orangtua memang perlu mengobrol soal proyek sekolah dan PR, tapi diharapkan anak-anak tersebut menyadarai bahwa itu adalah tanggung jawab mereka sepenuhnya. Dengan demikian orangtua juga belajar menghargai kemampuan anak itu sendiri. Yang tetap harus dilakukan adalah mengamati perkembangan nilai dan berbicara tentang situasi di sekolah, tanpa perlu ikut campur berlebihan. (Ed: ap/hp/redtri)