1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Filipina Akan Berlakukan Lagi Hukuman Mati

16 Mei 2016

Presiden terpilih Filipina Duterte bertekad hidupkan kembali hukuman mati. Polisi dan tentara juga akan diberi kewenangan luas lakukan aksi tembak mati ditempat.

Philippinen Präsidentschaftswahl Wahlplakat Rodrigo Duterte
Foto: picture-alliance/dpa/R. B. Tongo

Presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte bertekad menghapus moratorium hukuman mati yang dicanangkan presiden Gloria Arroyo pada 2006. Dalam konferensi pers menyambut kemenangan pemilu, Duterte menegaskan akan menghidupkan kembali hukuman mati dalam skala luas.

Ia terutama menyasar para pelaku kasus narkoba.Tapi juga pelaku kriminal kasus perkosaan, pembunuhan dan perampokan akan diancam hukuman mati. "Saya mengusulkan eksekusi mati dengan digantung kepada kongres", ujar politisi garis keras dari selatan Filipina itu.

Tembak mati ditempat

Duterte juga menegaskan, akan memberi wewenang lebih luas kepada polisi dan tentara dalam memerangi kejahatan. "Jika pelaku kejahatan melakukan perlawanan, poliso boleh menembak mati di tempat,

Juga pelaku kejahatan terororganisir akan diberantas dan ditembak mati", tambah presiden terpilih Filipina berusia 71 tahun itu. Terkait programnya memberantas kejahatan, Duterte akan menyusun daftar penembak jitu dari kalangan militer.

Kepada kelompok militan Abu Sayyaf, Duterte yang berasal dari kawasan selatan Filipina memberikan ultimatum, untuk membebaskan semua sandera tanpa syarat dan menyerah. Jika tidak, ia mengancam konsekuensi keras bagi kelompok militan yang berafiliasi dengan Al Qaida itu.

Rodrigo Duterte menang telak dalam pemilu presiden Filipina belum lama ini. Rakyat yang sudah muak dengan kejahatan dan korupsi yang menggurita menaruh harapan pada politisi kontroversial dan keras ini. Pelantikan akan dilakukan 30 Juni, dan Duterte akan memangku jabatan presiden Filipina selama 6 tahun.

as/ap(rtr,afp,dpa,twitter)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait