Usai Malaysia, Filipina Pulangkan Sampah Negara Maju
31 Mei 2019
Hujan limbah dari negara maju juga merepotkan pemerintah Filipina. Setelah sempat bersitegang, Manila akhirnya memulangkan limbah milik Kanada. Mengapa negara maju gagal mengelola sampah sendiri?
Iklan
Sampah sebanyak 69 kontainer milik Kanada dipulangkan pemerintah Filipina menyusul ketegangan diplomatik antara kedua negara. Pemerintahan di Manila sebelumnya sudah meminta Kanada menampung kembali limbah yang diekspor ke FIlipina beberapa tahun lalu.
Namun ketika seruan tak dihiraukan, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte pekan lalu mengecam pemerintah Ottawa dan memerintahkan agar kapal pengangkut sampah dipulangkan.
"Baaaa bye," kata Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin via Twitter saat ke-69 kontainer diangkut ke atas kapal di pelabuhan peti kemas Subic Bay. Menteri Lingkungan Kanada, Catherine McKenna sendiri menyambut kabar dipulangkannya sampah tersebut, "kami berkomitmen bersama Filipina dan bekerja erat dalam isu ini," kata dia seperti dilansir AFP.
Sampah Plastik Mencemari Sungai dan Lautan
Sebagian besar sampah plastik yang mencemari sungai akhirnya bermuara di lautan. Inilah sungai besar di Asia dan Afrika yang paling banyak membawa sampah plastik.
Foto: Imago/Xinhua/Guo Chen
1. Sungai Yangtze
Yangtze adalah sungai terpanjang di Asia dan terpanjang ketiga di dunia. Sungai ini menduduki peringkat puncak sebagai pembawa limbah plastik ke lautan. Yangtze mengalir ke Laut Cina Timur dekat Shanghai dan sangat penting bagi ekonomi dan ekologi Cina. Tepian sungai merupakan rumah bagi 480 juta orang - sepertiga penduduk Cina.
Foto: Imago/VCG
2. Sungai Indus
Pusat Penelitian Lingkungan Helmholtz Centre for Environmental Research menemukan bahwa 90 persen plastik yang mengalir ke lautan dapat ditelusuri ke 10 sungai besar. Sungai Indus menempati urutan kedua dalam daftar itu. Sungai ini mengalir melalui sebagian India dan Pakistan ke Laut Arab. Karena kurangnya struktur pengolahan limbah, banyak plastik memasuki sungai ini.
Foto: Asif Hassan/AFP/Getty Images
3. Sungai Kuning
Plastik di sungai bisa masuk ke dalam rantai makanan karena ikan dan hewan laut dan air tawar menelannya. Sungai Kuning, yang disebut-sebut sebagai tempat lahirnya peradaban Cina, berada di urutan ketiga dalam daftar pembawa limbah plastik. Polusi telah membuat sebagian besar air sungai tidak bisa diminum. Sekitar 30 persen spesies ikannya diyakini telah punah juga.
Foto: Teh Eng Koon/AFP/Getty Images
4. Sungai Hai
Sungai lainya di Cina menduduki peringkat 4, yaitu sungai Hai. Sungai ini menghubungkan dua wilayah metropolitan terpadat: Tianjin dan Beijing, sebelum mengalir ke Laut Bohai, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. 10 sistem sungai memiliki ciri khas, kata penelitian tersebut.
Foto: Imago/Zumapress/Feng Jun
5. Sungai Nil
Dianggap sebagai sungai terpanjang di dunia, Sungai Nil mengalir melalui 11 negara sebelum memasuki Laut Tengah di Mesir. Sekitar 360 juta orang tinggal di daerah aliran sungai. Airnya mendukung pertanian - kegiatan ekonomi utama di kawasan ini. Sungai Nil berada di peringkat 5 daftar sungai yang terbanyak membawa sampah plastik. Setiap tahun, sekitar 8 juta ton limbah plastik dibuang ke sungai.
Foto: Imago/Zumapress
6. Sungai Gangga
Sungai Gangga merupakan pusat kehidupan spiritual India dan menyediakan air bagi lebih dari setengah miliar orang. Limbah pertanian dan industri telah menjadikannya salah satu sungai paling tercemar di dunia. Dalam hal sampah plastik, Gangga berada di peringkat 6. Para ahli mengatakan, kita harus menghasilkan lebih sedikit sampah dan menghentikan polusi pada sumbernya.
Foto: Getty Images/AFP/S. Kanojia
7. Sungai Mutiara (Pearl River )
Para pekerja membersihkan limbah yang terapung di Sungai Mutiara di Cina yang bermuara di Laut Cina Selatan antara Hong Kong dan Makau. Limbah buangan dan limbah industri di sungai ini makin banyak, seiring dengan laju ekspansi kota yang luar biasa. Sejak akhir 1970-an, kawasan delta sungai telah berubah dari daerah pertanian dan pedesaan menjadi salah satu daerah perkotaan terbesar dunia.
Foto: Getty Images/AFP/Goh Chai Hin
8. Sungai Amur (Heilong)
Air sungai makin kotor ketika menyentuh daerah perkotaan dan industri. Namun, menurut penelitian terbaru, limbah plastik bahkan ditemukan di lokasi terpencil. Sungai Amur mengalir dari daerah perbukitan di Cina timur laut dan membentuk sebagian besar perbatasan antara provinsi Heilongjiang (Cina) dan Siberia (Rusia) sebelum menuju ke Laut Okhotsk.
Foto: picture-alliance/Zumapress/Chu Fuchao
9. Sungai Niger
Niger adalah sungai utama Afrika Barat, yang menghidupi lebih dari 100 juta orang dan salah satu ekosistem paling rimbun di planet ini. Sungai ini mengalir melalui lima negara sebelum bermuara di Samudera Atlantik di Nigeria. Selain polusi plastik, konstruksi bendungan yang luas mempengaruhi ketersediaan air. Tumpahan minyak yang sering terjadi di Delta Niger juga menyebabkan air terkontaminasi.
Foto: Getty Images
10. Sungai Mekong
Pembangunan bendungan juga memiliki dampak ekologi dan sosial, terutama di sungai Mekong. Sekitar 20 juta orang tinggal di Delta Mekong. Banyak yang bergantung pada perikanan dan pertanian untuk bertahan hidup. Sungai ini mengalir melalui enam negara Asia Tenggara, termasuk Vietnam dan Laos. Sungai Mekong menduduki peringkat 10 dalam daftar sungai yang paling tercemar limbah plastik.
Kisruh sampah antara kedua negara berawal dari 2013, ketika sebuah perusahaan Kanada mengirimkan sampah yang kemudian ketahuan tidak bisa didaur ulang. Isu tersebut membebani hubungan diplomatik kedua negara selama bertahun-tahun. Ketegangan memuncak ketika Duterte mengancam akan "mendeklarasikan perang terhadap Kanada," dalam pidatonya April silam.
Sejak itu pemerintah Ottawa berjanji akan mengambil kembali sampah tersebut. Namun Kanada melewatkan tenggat waktu penjemputan sampah pada 15 Mei silam. Filipina pun mengancam bakal membawa sampah kembali dan membuangnya di perairan Kanada, klaim Jurubicara Duterte, Salvador Panelo.
Drama di Filipina terjadi hanya beberapa hari setelah Malaysia mengumumkan akan mengirimkan balik 450 ton limbah plastik ke Australia, Bangladesh, Kanada, Cina, Jepang, Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Malaysia Tegas Kirim Balik Sampah Plastik ke Negara Maju
01:12
Malaysia di Jantung Bisnis Sampah Dunia
Pada 2018 silam Greenpeace melaporkan jumlah sampah plastik yang dikirimkan ke Malaysia mencapaui 626.000 ton. Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi 15.600 kontainer berukuran panjang 12 meter. Limbah plastik dari AS dikabarkan meningkat dari 97,500 ton menjadi 195,400 ton usai Cina menutup keran impor sampah.
Repotnya sampah plastik yang dikirim sering terkontaminasi sehingga sulit atau bahkan mustahil didaur ulang.
Jumlah impor sampah yang masuk ke Malaysia diyakini jauh lebih tinggi, lantaran kenakalan operator yang kerap memalsukan dokumen. April silam sebuah perusahaan tertangkap tangan menyelundupkan 24 kontainer plastik kotor dari Spanyol yang dideklarasikan sebagai sampah daur ulang. Tanpa fasilitas pengolahan, perusahaan biasanya membuang limbah impor itu di hutan atau kebun sawit.
8 Fakta Tentang Sampah Plastik Yang Akan Membuat Anda Syok
Indonesia kembali jadi sorotan media internasional, karena muncul video viral dari para penyelam di Bali yang menunjukkan parahnya polusi plastik di sana. Namun, sampah plastik kini sudah menjadi masalah global.
Setidaknya 8 juta ton plastik mencemari lautan di dunia setiap tahun. Ini seperti mengosongkan truk berisi sampah plastik ke laut setiap menit.
Foto: picture-alliance/Photoshot
2050 jumlah plastik di laut lebih banyak dari ikan
Saat ini rasio perbandingan antara plastik dan plankton diperkirakan 1:2. Jika dibiarkan begitu saja, volume plastik akan melebihi ikan pada tahun 2050. Jumlah plastik di laut saat ini sekitar 150 juta ton, ini seperlima dari bobot total ikan yang ada.
Foto: picture-alliance/Prisma/R. Dirscherl
Sampah plastik juga mengotori pantai-pantai Eropa
Di Inggris misalnya, setiap 100 meter pantai Inggris, ada lebih dari 200 sampah plastik atau polistirena. September 2017, hampir 7000 orang berpartisipasi dalam aksi pembersihan pantai Great British Beach Clean in September 2017 - proyek yang menyingkirkan 255.209 sampah dari 339 pantai.
Foto: picture alliance/blickwinkel/fotototo
Lebih dari 50 persen penyu laut menelan plastik
Ratusan ribu penyu laut, paus, mamalia laut lainnya dan lebih dari 1 juta burung laut mati setiap tahun karena polusi laut dan menelan atau terjerat sampah di laut. Banyak hewan laut yang tidak bisa membedakan antara makanan dan sampah plastik. Sehingga sistem pencernaan terblokir dan menyebabkan kematian.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Ada 6,3 milyar ton sampah plastik di bumi
Walau plastik baru ada sejak 60-70 tahun yang lalu, material ini berhasil mendominasi kehidupan manusia. Hampir untuk setiap kegiatan manusia, bisa dipastikan ada barang kebutuhan yang terbuat dari plastik.
Foto: picture-alliance/dpa/R. De La Pena
Popok bayi butuh 450 tahun untuk terurai
Kebanyakan popok bayi mengandung polietilena atau termoplastik, bahan yang sama digunakan untuk membuat dengan kantong plastik. Tahukah Anda, bahwa popok kotor yang dibuang akan terus berada di bumi selama 450 tahun, karena sulit terurai? Tali pancing butuh lebih lama lagi, yakni sekitar 600 tahun.
Foto: picture alliance/chromorange
Lebih dari 20.000 botol dijual per detik
Kontribusi terbesar polusi plastik adalah botol minuman. 480 milyar botol plastik terjual di tahun 2016. Ini berarti lebih dari 1 juta botol dalam 1 menit.
Foto: picture-alliance/dpa/L.Cameron
Ada lebih banyak mikroplastik di laut dibanding bintang di Bima Sakti
Di galaksi Bima Sakti atau "Milky Way" saja diperkirakan ada 100-400 milyar bintang. Sementara menurut Clean Seas, ada 51 trilyun mikroplastik di lautan dunia. Penulis: vlz/yf (dari berbagai sumber)
Impor sampah di Asia Tenggara meningkat pesat setelah Cina mengakhiri praktik pembelian limbah pada 2017 silam. Buntutnya berbagai perusahaan Cina memindahkan fasilitas pengolahan sampah ke negara-negara lain agar tetap bisa memetik keuntungan dari bisnis tersebut. Malaysia misalnya mengalami lonjakan jumlah pabrik sampah ilegal yang memperparah polusi udara.
Fenomena teranyar ini bisa diamati di kota Sungai Petani yang kini dilanda kabut asap hasil pembakaran sampah. Awalnya penduduk mengira asap datang dari kebakaran hutan di Indonesia. Ketika keluhan mulai menyeruak, pengelola pabrik mengubah jadwal pembakaran ke malam hari.
"Itu taktik mereka agar penduduk tidak tahu dari mana asalnya asap tersebut," kata Pua Lay Peng, ahli kimia yang hidup di kota Jenjarom yang juga terkena dampak polusi udara.
Gagalnya Manajemen Sampah di Negara Maju?
Gejolak limbah internasional juga menggarisbawahi ketidakmampuan negara maju mengolah sampah yang diproduksi sendiri. Jerman yang selama ini dianggap juara dunia pemilahan sampah misalnya hanya mendaur ulang 15% limbah plastik di dalam negeri, sisanya dijual ke luar.
Resminya pemerintah Jerman mengklaim tingkat daur ulang sampah mencapai 36 persen. Namun kepada DW, Asosiasi Ekonomi Daur Ulang Sumber Daya dan Air (BDE) membantah keaslian angka tersebut. "Jika satu bungkusan terdiri atas 20 hingga 30 materi yang berbeda-beda, maka proses daur ulangnya akan sangat mahal dan produk akhirnya akan sulit dijual," kata Peter Kurth, Direktur BDE.
Kanada adalah contoh lain. Negeri yang menempati urutan atas produksi sampah itu kesulitan meningkatkan neraca daur ulang yang saat ini hanya sebesar 30%. Sejak perubahan kebijakan di Cina semakin banyak sampah yang dialihkan ke tempat pembuangan akhir. Saat ini setiap penduduk Kanada memproduksi 2,7kg sampah per hari. Setiap tahun negara di ujung utara Amerika itu menghasilkan 31 juta ton sampah
Serupa Jerman yang pada 2017 mengekspor 340.000 ton sampah ke Cina, Kanada pun dimanjakan oleh daya serap limbah negeri tirai bambu tersebut.
Tak Lagi Pakai Plastik, Kemasan Sayuran di Supermarket Ini Pakai Daun
Karton, plastik, begitu banyak kemasan barang dari supermarket akhirnya terbuang percuma di tong sampah dan merusak lingkungan. Di Bali, beberapa supermarket mengemas sayuran yang dijual dengan menggunakan daun.
Foto: Bintang Supermarket
Uniknya kemasan ini
Mengurangi limbah plastik, kini supermarket di Bali beralih dari kemasan plastik ke bahan kemasan baru. Salah satunya menggunakan daun pisang. Selain unik, terlihat menarik.
Foto: Bintang Supermarket
Berbagai sayuran dikemas dengan daun
Bintang Supermarket yang terletak di Ubud dan Seminyak ini gunakan daun pisang untuk membungkus sayuran yang dijual, seperti bayam, pak choi, cabe, daun bawang, hingga buncis, dll.
Foto: Bintang Supermarket
Ramah lingkungan
Demi menjaga lingkungan, Bintang Supermarket di Ubud dan Seminyak Bali mengubah kemasan sayuran yang awalnya menggunakan plastik menjadi daun pisang.Menurut Agus Sanjaya dari Bintang Supermarket, plastik butuh ratusan tahun untuk terurai, oleh sebab itu timnya ingin mengurangi sampah plastik yang banyak diproduksi manusia.
Foto: Bintang Supermarket
Tak jual styrofoam
Penggunaan daun pisang dilakukan sejak awal 2019. Dari Januari 2019 supermarket ini tidak lagi memberi kantong pada konsumen dan tidak menjual lagi sedotan, styrofoam, dan kantong kresek.
Foto: Bintang Supermarket
Efisien
Menurut supermarket tersebut, pembungkusan memakai daun dinilai paling efisien dalam penggunaannya. Ke depan mereka juga ingin memanfaatkan bekas sarang lebah dan rumput laut sebagai kemasan. Sekarang harganya masih tinggi. Sementara daun pisang tergolong murah.
Foto: Bintang Supermarket
Mudah terurai
Selain bisa buat membungkus, daun yang sudah tak terpakai ini lebih mudah terurai di tanah. Hasil kompos daun bisa menambah kesuburan tanah.
Foto: Bintang Supermarket
Disukai konsumen
Di media sosial, metode pembungkusan sayuran ini mendapatkan reaksi positif. Ke depan, supermarket ini ingin menyediakan sedotan dari bambu dan tangkai bunga rumput, sebagai pengganti sedotan plastik.
Padahal Konvensi Pengawasan Pergerakan Lintas Batas Limbah Beracun yang turut ditandatangani negara-negara maju pada 1988 mewajibkan pemilik sampah memastikan tidak adanya ancaman terhadap kesehatan manusia atau lingkungan ketika mengeskpor atau mengelola limbah. Pemerintah Kanada sendiri mengaku sudah berhenti memberikan izin ekspor sampah kepada perusahaan nasional sejak tiga tahun silam.
Terhentinya arus ekspor limbah dari negara maju turut membebani industri daur ulang lokal. Inggris misalnya harus membakar satu setengah juta ton sampah tambahan akibat kebanjiran volume. Adapun Australia kini dipusingkan oleh 1,3 juta ton sampah yang sebelumnya diekspor ke Cina, namun kini menumpuk di TPA-TPA lokal.
rzn/ap (afp, rtr, thestar, scmp, globalnews)
Indonesia Jadi Ladang Sampah, Kebijakan Harus Diperketat
Setelah Cina pada tahun 2018 melarang seluruh importasi plastik, negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia, menerima banyak kiriman sampah plastik yang tercemar yang sulit atau tidak mungkin didaur ulang.
Foto: Prigi/Ecoton
Kiriman sampah ilegal
Desa Bangun di Mojokerto, Jawa Timur, mendapat selundupan ribuan ton sampah dan limbah berbahaya beracun setiap bulan. Setidaknya hal itulah yang diungkapkan oleh koalisi lingkungan setempat kepada media The Australian. Tumpukan sampah tersebut terdiri dari plastik supermarket, kemasan susu dari karton, hingga kaus kaki.
Foto: Prigi/Ecoton
Cina larang impor plastik, Indonesia jadi sasaran
Australia menjadikan Indonesia sebagai tujuan ekspor sampah terbesar setelah Cina melarang importasi sampah plastik tahun 2018. Dari data Greenpeace, pengekspor sampah plastik terbesar ke Indonesia adalah Inggris dengan 67.807 ton antara Januari dan November 2018, diikuti oleh Jerman dengan 59.668 ton dan Australia dengan 42.130 ton.
Foto: Prigi/Ecoton
Celah kebijakan
LSM Balifokus mengklaim bahwa peraturan Menteri Perdagangan tahun 2016 tentang impor limbah tidak berbahaya dan beracun memungkinkan pihak-pihak tertentu untuk menyelundupkan limbah "yang tidak dibutuhkan" ke Indonesia.
Hal ini memungkinkan impor plastik, logam dan kertas untuk mendukung industri lokal, hanya dengan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saja.
Foto: Prigi/Ecoton
Salah kelola
"Celah ini telah digunakan (oleh beberapa perusahaan) untuk mengimpor limbah plastik berbahaya, eksportir dilaporkan telah memasukkan sampah plastik yang tidak dapat didaur ulang ke dalam paket impor," kata Insinyur Lingkungan Balifokus Yuyun Ismawati. Menurut Balifokus, 25 hingga 40 persen limbah impor di Jabodetabek dan Jawa Timur dikelola secara salah (dibuang di ladang terbuka atau dibakar).
Foto: Prigi/Ecoton
Ubah mata pencaharian
Sawah-sawah di Desa Bangun berubah jadi ladang sampah. Masyarakat beralih profesi menjadi pemulung sampah untuk disetor kepada pabrik tahu yang menggunakannya untuk bahan pembakaran. Produsen tahu memilih sampah karena harganya lebih murah dibanding kayu. Namun, efek asap dan polusinya lebih jauh berbahaya.
Foto: Prigi/Ecoton
Konvensi Basel akan bantu negara penerima sampah?
Sebelumnya sejumlah 187 negara pada 10 Mei 2019 telah memutuskan untuk mengendalikan krisis perdagangan plastik di Konvensi Basel. Amandemen dalam Perjanjian Basel akan meminta eksportir untuk memperoleh persetujuan dari negara penerima sebelum limbah yang tercemar, bercampur atau sampah plastik yang tidak dapat didaur ulang dikirim ke negara tujuan. yp/hp (asiaone, antara, dailymail)