Filipina: Pasukan AS Dekati Marawi TapiTak Ikut Tempur
14 Juni 2017
Marawi membara, pasukan Amerika mendekat, namun menurut militer Filipina mereka tak ikut bertempur.
Iklan
Pasukan Amerika Serikat mendekati Kota Marawi di selatan Filipina, namun tidak terlibat dalam memerangi militan Islamis, yang telah menguasai sebagian dari kota tersebut selama lebih dari tiga minggu. Demikian diungkapkan juru bicara militer Filipina. "Ada beberapa personil AS yang mengoperasikan peralatan intelejen guna memberikan informasi tentang situasi kota itu kepada pasukan kami," kata jubir militer Filipina, Brigadir Jenderal Restituto Padilla dalam sebuah konferensi pers.
"Saya tidak tahu pasti jumlah dan misi spesifik pasukan AS. Mereka diizinkan membawa senapan untuk membela diri. Tapi mereka tidak diizinkan bertempur, mereka hanya memberikan dukungan," tambahnya.
Militer Filipina sebelumnya mengatakan Amerika Serikat memberikan bantuan teknis untuk mengakhiri pendudukan kelompok Islamis yang bersekutu dengan ISIS di sebagian Kota Marawi.
Tidak jelas seberapa dekat posisi pasukan AS dengan medan tempur. Pasukan tersebut berasal dari kontingen Pasukan Khusus AS yang bermarkas di Zamboanga.
Seorang pejabat AS di Washington, yang tak ingin namanya disebutkan mengatakan bahwa Amerika Serikat menyediakan sebuah pesawat pengintai serta mengumpulkan data intelijen dari pesawat tak berawak. Namun pesawat tak berawak itu itu jatuh pada hari Sabtu lalu setelah hilang kontak dengan operator, ujar pejabat tersebut.
Daftar Kelompok Separatis Muslim di Filipina
Filipina yang mayoritas Katholik kelimpungan didera konflik bersenjata dengan kelompok separatis muslim. Mereka menuntut otonomi khusus atau kemerdekaan untuk membentuk negara Islam ala Islamic State. Inilah daftarnya.
Foto: Getty Images/B. H. Sepe
Mindanao Mengangkat Senjata
Pulau Mindanao yang didominasi kaum muslim adalah daerah bermasalah di FIlipina. Sejak beberapa dekade kawasan ini didera perang saudara yang dipicu oleh tindakan pemerintah merampas tanah rakyat tanpa ganti rugi sepadan. Sejak itu berbagai kelompok Islamis bersenjata merongrong Manila demi status otonomi khusus. Berikut daftarnya.
Foto: Mark Navales/AFP/Getty Images
Moro National Liberation Front (MNLF)
MNLF yang berkekuatan 5000 gerilayawan adalah kelompok pemberontak paling tua di Mindanao. Sejak 1970 kelompok ini menuntut kemerdekaan dan pembentukan negara Islam bernama Republik Bangsamoro. Saat ini MNLF berada dalam perundingan damai dengan pemerintah pusat dan bahkan menjanjikan dukungan kepada Presiden Rodrigo Duterte untuk menumpas geliat Islamic State di Filipina.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Butlangan
Moro Islamic Liberation Front (MILF)
MILF didirikan pada 1977 sebagai organisasi radikal pecahan MNLF. Ketika MNLF menerima tawaran otonomi terbatas pada dekade 1980an, MILF menolak bekerjasama. Dengan jumlah gerilayawan mencapai 10.000 orang, MILF adalah kelompok separatis muslim paling besar di Filipina. Saat ini pun organisasi yang mengaku berideologi Demokrasi Islam ini berunding dengan Presiden Duterte, meski tanpa hasil jelas.
Foto: Reuters
New People's Army (NPA)
NPA adalah sayap militer Partai Komunis Filipina. Kelompok ini mengaku memiliki 10.000 orang gerilayawan, tapi hanya sebagian kecil yang aktif bertempur di Mindanao. Perjuangan NPA berkisar pada pembagian lahan untuk petani. Mereka terutama mengincar polisi atau tentara. Serupa dengan organisasi lain, NPA sedang melakoni perundingan damai dengan pemerintah.
Foto: Getty Images/AFP/AFP
Jemaat Abu Sayyaf (ASG)
Abu Sayyaf adalah pecahan MNLF yang didirikan pada 1991. Mereka terdiri atas beberapa kelompok yang beroperasi secara otonom. Abu Sayyaf terutama dikenal lewat aksi penculikan dan penyanderaan warga asing buat meminta uang tebusan. Saat ini ASG diyakini sedang terpecah lantaran kemunculan kelompok yang menyatakan setia pada Islamic State.
Foto: Getty Images/AFP/R.Gacad
Ansar al-Khalifa Philippines (AKP)
Salah satu dari empat kelompok jihadis yang menyatakan setia pada Islamic State adalah AKP alias Ansar al-Khalifa. Serupa Abu Sayyaf, mereka adalah pecahan MILF dan hanya memiliki 50 pejuang yang fanatik. AKP tercatat memiliki kamp pelatihan di Indonesia dan Malaysia. Pemimpinnya, Mohammad Jaafar Maguid, ditembak mati pada Januari 2017 silam.
Foto: picture-alliance/dpa/M.R. Costa
Bangsamoro Islamic Freedom Fighters (BIFF)
BIFF dulunya juga sekelompok pejuang yang memisahkan diri dari MILF lantaran menolak perundingan damai di Mindanao. Meski mengaku mempunyai 5.000 pejuang, BIFF menurut perkiraan pemerintah cuma diperkuat oleh 150 gerilayawan. Serupa dengan Abu Sayyaf dan AKP, BIFF mendeklarasikan kesetiaan pada Islamic State.
Foto: AP
Grup Maute
Kelompok ini menamakan diri sesuai nama pendirinya, Abdullah dan Omar Maute, dan telah bergabung dengan ISIS sejak 2015. Maute yang menyebut diri sebagai "Negara Islam Lanao" merupakan gabungan antara pemberontak MILF dan jihadis dari luar negeri. Mereka bertanggungjawab atas serangan berdarah di kota Butig dan Marawi.
Foto: picture-alliance/AA/L. Boras
Isnilon Hapilon, Sang Pangeran Teror
Pada April 2016 Islamic State menunjuk Isnilon Hapilon sebagai "Emir" bagi semua gerilayawan ISIS di FIlipina. Ulama berusia 51 tahun ini sejak lama berada dalam daftar pencarian FBI. Nyawanya dihargai sebesar lima juta Dollar AS. Hapilon bertugas menyatukan semua kelompok pecahan yang setia pada ISIS.
Foto: Reuters/M. B. Navales
9 foto1 | 9
Pertempuran masih panjang
Pada hari Rabu (14/06), pasukan pemerintah membombardir pemberontak di Marawi dengan tembakan tank. Asap tebal bisa terlihat membumbung tinggi di atas kota yang mengalami kehancuran tersebut. Beberapa tembakan penembak jitu bisa terdengar dari kejauhan.
Rabu (14/06) merupakan hari ke 23 pertempuran di Marawi, dan tidak ada tanda bahwa pertempuran itu akan berakhir dalam waktu dekat. "Tidak akan ada lagi tenggat waktu," tandas Padilla, merujuk pada janji militer untuk mengamankan kota tersebut pada tanggal 12 Juni.
Seratusan milisi mengepung, ratusan warga terjebak
Di Washington, seorang pejabat keamanan AS yang akrab dengan wilayah tersebut mengatakan bahwa pertarungan di Marawi tampak terkunci di jalan buntu. "ISIS menunjukkan tekad yang signifikan dalam menguasai Mosul di Irak dan kini mereka berusaha melakukan hal serupa di Marawi.”
Pihak militer Filipina menyebutkan sudah 290 orang terbunuh sejauh ini akibat pertempuran tersebut. Termasuk di antaranya lebih dari 200 gerilyawan, puluhan tentara dan beberapa warga sipil.
Sekitar 100 militan Islamis berada di daerah yang terkepung, papar pihak militer. Diperkirakan 300-600 warga sipil yang terjebak atau tersandera di kota itu.
Filipina telah memerangi pemberontakan Maois dan separatis Muslim di selatan Filipina dalam kurun waktu hampir 50 tahun. Kalangan pengamat mengritik aksi militer tidak cukup untuk membawa perdamaian ke wilayah yang telah lama jadi ajang tempur politik dan terperosok dalam jurang kemiskinan.
Kantor berita kelompok ultra-radikal, Amaq, mengatakan kaum pemberontak menguasai dua pertiga kota Marawi.
Menanggapi laporan tersebut, kepala komando militer di Mindanao Barat, Letnan Jenderal Carlito Galvez, mengatakan kepada Reuters, kaum militan hanya menguasai 20 persen kota tersebut. Sementara pejabat keamanan AS memperkirakan kekuatan pemberontak berada di antara kedua klaim tersebut.
ap/hp(dpa/rtr)
Marawi: Menyerah atau Mati
Pertempuran terus berkobar antara milter Fillipina lawan milisi ISIS yang masih kuasai sebagian kota Marawi. Sejauh ini 100 orang tewas, beberapa diantaranya jihadis asing. Kota dinyatakan kawasan darurat perang.
Foto: Getty Images/J. Aznar
Jihadis ISIS Masih Bertahan
Militer Filipina belum berhasil sepenuhnya membebaskan kota Marawi dari cengkraman jihadis Islamic State (ISIS). Sampai hari ke-8 operasi militer, masih terus terdengar kontak senjata di jalanan kota di selatan Filipina itu.
Foto: Getty Images/J. Aznar
Kibaran Bendera Hitam Teroris
Milisi gerombolan "Maute" menyerang kota dan mengibarkan bendera hitam ISIS, setelah militer menangkap salah satu pentolannya di kota Marawi. Milisi Maute di Mindanao telah menyatakan kesetiaan kepaada kalifat ISIS.
Foto: Reuters/E. de Castro
Korban Tewas di Pinggir Jalan
Teroris kalifat Islamic State (ISIS) menunjukkan kebrutalannya dalam perang melawan tentara pemerintah Filipina. Kaum jihadis juga tak kenal ampun membunuh anak-anak
dan melemparkan jasadnya ke parit di pinggir jalan.
Foto: Getty Images/J. Aznar
Helikopter Ganggu Puasa Ramadan
Militer Filiipina juga gempur jihadis "Maute" dari udara menggunakan helikopter. Seorang jurubicara pemerintah meminta maaf kepada warga Muslim Marawi, karena dengan itu menganggu ibadah puasa mereka.
Foto: Reuters/E. de Castro
Darurat Militer Basmi Separatisme
Presiden Rodrigo Duterte menetapkan status darurat perang di kawasan Marawi dan sekitarnya. Ia juga menyerukan kelompok separatis moderat untuk bergabung dalam ketentaraan. Sejak tahun 1960-an militer berperang untuk menumpas kaum separatis Muslim di kawasan selatan Filipina.
Foto: Getty Images/J. Aznar
Warga Mengungsi
Lebih 90 persen penduduk kota Marawi telah mengungsi meninggalkan kotanya yang dikoyak pertempuran. Banyak yang tergesa-gesa dan panik menyelamatkan diri dengan meninggalkan harta benda miliknya.
Foto: Getty Images/J. Aznar
Marawi Membara
Kontak senjata hebat terus terjadi di sejumlah bagian kota. Marawi kian membara. Jumlah korban tewas terus bertambah, banyak jasad bergelimpangan di jalanan. Organisasi bantuan lokal melaporkan lebih 100 orang tewas dalam pertempuran.
Foto: Getty Images/J. Aznar
Terkepung dan Mengharap Evakuasi
Lebih 2000 warga masih terjebak di dalam kota dan mengharap segera dievakuasi. Saat ini mereka tersebar di 38 kamp penampungan sementara di kota Marawi yang terus dikoyak kontak senjata.
Foto: Reuters/E. de Castro
Yakin Menang
"Mereka yang tidak mau menyerah, akan mati". Begitu ancaman jurubicara militer terhadap jihadis "Maute" di kota Marawi. Tapi militer masih harus bekerja keras bertempur melawan kaum militan, untuk merebut kawasan kota, jalan demi jalan dan rumah demi rumah. Penulis: Peter Hille (as/ml)