Sebuah film dokumenter DW menyoroti aktivitas musik di jaman NAZI. Ketika ribuan pemusik Yahudi dibantai, sejumlah pemusik klasik lainnya justru bisa berkarir. Film ini ingin menjelaskan, bukan mendakwa.
Iklan
Film dokumenter berjudul "Music under the Swastika — The Maestro and the Cellist of Auschwitz" atau "Musik Klasik di Bawah Swastika" mengangkat biografik pemusik klasik Yahudi, Anita Lasker-Wallfisch. Ia bermain di orkestra perempuan di kamp konsentrasi Auschwitz. Dokumentasi karya Christian Berger ini menyoroti beragam situasi yang salib bertolak belakang dari tokoh yang ditampilkan.
Anita yang berusia 17 tahun saat dikrim ke kamp konsentrasi maut Auschwitz-Birkenau pada Desember 1943, tahu persis kematian sudah berada di depan mata. "Sekarang inilah stasiun terakhir kehidupan", kenang Anita Lasker-Wallfisch yang sekarang berusia 97 tahun. Tapi, satu pertanyaan dari pimpinan Orkestra Perempuan di kamp konsentrasi itu, menyelamatkan nyawanya.
Auschwitz - Menengok Kekejaman Sebuah Kamp
Kamp konsentrasi Auschwitz berhasil dibebaskan pasukan Soviet, 27 Januari 1945. Sejak tahun 1996, tanggal ini dijadikan sebagai hari peringatan bagi para korban kekejaman Nationalsozialismus (Nazi).
Foto: AP
Pembebasan
75 tahun lalu, Tentara Merah berhasil membebaskan kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan Auschwitz-Birkenau. Antara tahun 1940-1945, lebih dari satu juta orang, kebanyakan warga Yahudi, tewas dibunuh di kamp ini. Ketika tentara Soviet membebaskan kamp, mereka hanya menemukan sekitar 7000 orang yang selamat. Tampak dalam foto yang diambil Januari 1945, tiga orang penghuni kamp yang berhasil selamat.
Foto: AP
Hampir Mati Kelaparan
10 hari sebelum Tentara Merah membebaskan kamp ini, Nazi menggiring sekitar 60 ribu tawanan, dengan apa yang disebut Todesmarsch atau Mars Kematian, ke kamp lain. Mereka yang tinggal di kamp adalah para tahanan yang kondisinya telah lemah akibat kelaparan.
Foto: AP
Tahanan Anak
Nazi menahan sekitar 232 ribu anak-anak di Auschwitz-Birkenau. Kebanyak dari mereka adalah anak-anak keturunan Yahudi. Selain itu terdapat juga anak-anak Roma, anak-anak yang dikirim dari Polandia, Rusia dan Ukraina. Saat ini, masih hidup sekitar 300 anak dari 2000 anak yang berhasil diselamatkan 70 tahun lalu.
Foto: AP
Sinisme Nazi
"Arbeit macht frei“ atau terjemahan harfiahnya "Kerja Dapat Membebaskan“, semboyan yang terpampang di depan gerbang utama kamp konsentrasi Auschwitz I. Tahun 2009, plang tulisan asli di gerbang ini telah dicuri, dan diganti dengan satu replika. Plang asli yang berhasil ditemukan kembali kini disimpan di museum.
Foto: AP
Holocaust
Auschwitz-Birkenau merupakan kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan terbesar yang dibangun Nazi. Dan kamp ini merupakan satu-satunya yang berhasil dipertahankan kondisinya sesuai dengan kondisi ketika kamp ini dibebaskan tahun 1945 – atau seperti tampak dalam foto yang dibuat tahun 1946.
Foto: AP
Tugu Peringatan Asli
Untuk mempertahankan kamp ini sebagai tugu peringatan, Polandia telah membentuk satu yayasan. Jerman telah menjanjikan 120 juta Euro dana yang dibutuhkan, sehingga pekerjaan pemeliharaan dapat terus dilaksanakan dalam tahun-tahun mendatang. Foto yang diambil tahun 1958 memperlihatkan gudang penyimpanan di balik pagar listrik tegangan tinggi
Foto: AP
Pembunuh
Salah satu dari 116 foto langka para petinggi Nazi di Auschwitz ini diambil pada tahun 1944. Richard Bär, yang sejak Mei 1944 memegang komando tertinggi di Auschwitz, di sebelahnya, Dr. Josef Mengele, komandan di Birkenau, Josef Kramer (tertutup wajahnya), serta mantan komandan Auschwitz Rudolf Höß. Pria paling kanan tidak diketahui identitasnya.
Foto: AP
Fotografer
Wilhelm Brasse berusia 25 tahun ketika tiba sebagai tahanan politik di Auschwitz. Atas perintah SS, ia membuat foto dari sekitar 40 ribu tahanan. Ia pun diharuskan mendokumentasikan eksperimen medis brutal yang dilakukan Dr. Mengele. Akibat trauma, setelah perang berakhir, tidak pernah sekalipun menyentuh kamera lagi. Kisah Brasse diabadikan dalam satu film Polandia berjudul "Potrecista“.
Foto: dpa
Seleksi
Foto dari tahun 1944 yang kini tersimpan di Museum Yad Varshem ini memperlihatkan para perempuan dan anak-anak, yang dipisahkan dari kelompok laki-laki. Mereka sedang menjalani psores ‚penyeleksian, ketika tiba di Auschwitz-Birkenau.
Foto: AP
Kerja Rodi
Mereka yang lolos dari 'seleksi’ diharuskan melakukan kerja yang berat. Tampak dalam foto, para perempuan yang lolos seleksi berdiri dalam antrian untuk menerima perintah kerja.
Foto: AP
Barak Perempuan
Kelaparan dan kedinginan merupakan keseharian yang harus dijalani para perempuan penghuni kamp di Birkenau. Mereka ditempatkan dalam barak terpisah di lokasi kamp.
Foto: dpa
Warisan Holocaust
Di area kamp Auschwitz seluas hampir 200 hektar terdapat 300 barak tahanan. Banyak bagian dari kamp konsentrasi Auschwitz yang sampai sekarang tetap terpelihara keasliannya dan dijadikan sebagai tugu peringatan serta museum kekejaman Holocaust. Museum ini juga dijadikan pusat penelitian Holocaust.
Foto: dpa
Krematorium
Auschwitz-Birkenau memiliki enam kamar gas serta empat krematorium. Rasa kengerian masih dapat dirasakan para pengunjung ketika melihat bekas oven pembakaran jenazah ini. Banyak tahanan dari seluruh Eropa dibunuh pada hari kedatangan mereka dan jenazah mereka dibakar di tempat ini.
Foto: AP
Rencana Pemusnahan
Salinan asli dari rencana pembangunan kamp konsetrasi dan kamp pemusnahan Auschwitz tahun 1941 dan 1942. Salinan asli ini kini disimpan di Museum Holocaust Yad Vaschem di Yerusalem. Dalam salinan ini digambarkan berapa besar dan di mana saja akan dibangun kamar gas dan oven pembakaran korban. Salinan ini ditemukan pada tahun 2008 di sebuah apartemen di Berlin.
Foto: AP
14 foto1 | 14
Selo penyelamat nyawa
Dalam Interview untuk film dokumentasi musik "Music under the Swastika — The Maestro and the Cellist of Auschwitz" atau aslinya dalam bahasa Jerman "Klassik unterm Hakenkreuz - Maestro und die Cellistin von Auschwitz" (Buku dan Sutradara: Christian Berger), Anita Lasker-Wallfisch mengenang, alat musik selo menyelamatkan nyawanya. Ia diterima jadi pemain selo dalam orkestra perempuan kamp konsentrasi Auschwitz yang terdiri dari 56 pemusik amatir anak- anak dan remaja Yahudi.
Iklan
Terutama orkestra memainkan musik mars, yang digelar setiap pagi dan sore di kamp konenstrasi perempuan, untuk menandai dimulai dan diakhirinya kerja paksa hari itu. Setiap hari mereka memainkan musik, juga saat musim dingin membeku. "Hanya selama Nazi perlu musik, selama itu kami tidak akan dijebloskan ke kamar gas. Itu hanya mengulur waktu!"
Pemusik Yahudi dijadikan bagian propaganda NAZI
Pertanyaannya, mengapa NAZI bersusah payah memainkanmusik klasik buat tahanan Yahudi yang akhirnya akan dibunuh di kamar gas? "Ada mentalitas sesat yang sulit dimengerti. Musik dan seni, hendak dijadikan bagian dari mesin pembunuh NAZI", kata Norman Lebrecht, pakar musik dari Inggris dalam dokumentasi itu.
Para pemusik Yahudi itu hendak dimanfaatkan sebagai pembenaran dalam propaganda, bahwa di era NAZI, Jerman mengalami tumbuh kembangnya kebudayaan. Adolf Hitler juga sangat menyadari kekuatan musik. Ada sinisme realita, di saat para pemusik Yahudi dipersekusi, dibatasi haknya bahkan dibunuh, Hitler sendiri punya koleksi piringan hitam para pemusik Yahudi.
Untuk menghidupkan kembali era dramatis itu, dokumentasi musik DW memanfaatkan materil film bersejarah, yang didigitalisasi dan secara hati-hati diwarnai dengan teknik terbaru.
DW-Dokumentasi "Music under the Swastika — The Maestro and the Cellist of Auschwitz" bisa ditonton lewat kanal YouTube DW Dokudalam bahasa Jerman, Inggris, Arab, Spanyol dan Hindi, mulai 9 November 2022. (as/yf)