Film Korea Selatan "Parasite" Raih Enam Nominasi Oscar
14 Januari 2020
Film komedi Korea Selatan "Parasite" tentang kesenjangan antara kaya dan miskin berhasil masuk dalam 6 nominasi untuk Piala Oscar, antara lain dalam kategori Best Picture, Best Director dan Best Foreign Language Film.
Iklan
Sutradara "Parasite" Bong Joon-ho mengatakan dia terkejut dan gembira ketika film itu menembus enam nominasi Academy Awrards 2020, atau yang lebioh dikenal dengan Piala Oscar. Inilah untuk pertama kalinya film dari Korea Selatan merebut nominasi itu. Ini sebuah sinyal bahwa bahasa tidak lagi menjadi penghalang bagi kesuksesan global, katanya.
"Setiap kali mereka mengumumkan nominasi baru, itu sangat menegangkan. Kami benar-benar tidak mengantisipasi hal ini," kata Bong kepada kantor berita Reuters dalam sebuah wawancara di California.
"Kita dapat mengatakan bahwa berkat internet, media sosial, dan layanan streaming, seluruh masyarakat mengalami lebih sedikit hambatan bahasa, dan mungkin 'Parasite' diuntungkan dari tren global itu," tambahnya.
Sebelumnya, "Parasite" telah memenangkan penghargaan Palem Emas di Festival Film Bergengsi Cannes, Prancis. Selain memang sebagai film terbaik, komedi Korsel itu juga memenangkan kategori pengeditan dan desain produksi terbaik. Awal Januari 2020, "Parasite" juga memenangkan penghargaan bergengsi lain, Golden Globe Awards.
"Prestasi membanggakan"
Warga Korea Selatan juga menyatakan bangga dengan prestasi Bong Hoon-ho. Banyak dari mereka telah menonton film "Parasite" lebih dari satu kali.
"Saya sangat senang mendengar tadi pagi bahwa Parasite dinominasikan dalam banyak kategori untuk Academy Awards, dan saya berharap film ini akan memberikan hasil yang baik," kata Bae Young-sil, yang berusia 62 tahun.
Seorang siswa sekolah menengah, Kang Jin-gu, 18 tahun, mengatakan: "Ini jelas mencerminkan sisi gelap masyarakat kita," merujuk pada penggambaran di film tentang kesenjangan sosial antara kaya dan miskin di Korea Selatan, yang jadi ekonomi terbesar keempat di Asia.
Sutradara Bong Hoon-ho sebelumnya terlibat dalam diskusi tentang hambatan bahasa dalam pemasaran film di pasar global. Namun dengan enam nominasi untuk Piala Oscar, dia menyatakan hambatan-hambatan itu sekarang mulai teratasi.
Nonton Aruna & Lidahnya Bersama Para Bintang
Berlinale 2019 berlangsung di sekitar 20 gedung bioskop di Berlin. Film Aruna & Lidahnya ditayangkan kedua kali di gedung bioskop Cubix Filmpalast yang terletak di salah satu kawasan paling ramai di Berlin.
Foto: DW/A. Gollmer
Hubungan antara makanan, budaya dan politik
“Aruna & Her Palate” adalah salah satu dari dua film fiksi yang tampil dalam kategori Culinary Cinema. Kategori film kuliner menampilkan seluruhnya 10 film dari berbagai negara, kebanyakan film dokumenter. Kategori ini tidak hanya ingin menunjukkan makanan saja, melainkan juga hubungan antara makanan, budaya dan politik.
Foto: DW/A. Gollmer
Tim yang hadir di Berlin
Tim yang mendampingi pemutaran “Aruna & Lidahnya” di Berlin, dari kiri ke kanan: Muhammad Zaidy (produser), Hannah Al Rashid (Nadezhda), Edwin (sutradara), Dian Sastrowardoyo (Aruna), Nicholas Saputra (Bono) dan Meiske Taurisia (produser). Oka Antara (Farish) tidak bisa hadir di Berlinale karena kesibukannya dalam film terbaru.
Foto: DW/A. Gollmer
Sutradara diapit para produser
Edwin (tengah) dan kedua produser dari Palari Films, Muhammad Zaidy (kiri) dan Meiske Taurisia (kanan) merasa sangat bangga, bahwa “Aruna & Lidahnya” berhasil masuk program Culinary Cinema di Berlin tahun ini. Sebelum di Berlinale, film ini sudah ditayangkan di Macau Festival.
Foto: DW/A. Gollmer
Tiga pemeran utama: Hannah, Nico, Dian
Dalam film, tiga sekawan Nadezhda, Bono dan Aruna sangat bersemangat berburu kuliner nusantara yang unik. Pada Berlinale kali ini, selain sibuk dengan penayangan film dan acara-acara di seputarnya, mereka juga ingin mencoba dua makanan khas dari Berlin: Curry Wurst dan Döner Kebap.
Foto: DW/A. Gollmer
Keragaman budaya dan kuliner
Tokoh utama Aruna diperankan oleh Dian Sastrowardoyo. Menurutnya film “Aruna & Lidahnya” pada awalnya saja terlihat ringan, namun sebenarnya banyak topik-topik tabu yang dijadikan bahan perbincangan selagi makan bersama. Bagi Dian, film ini merefleksikan betapa orang Indonesia sangat berbeda-beda namun tetap bisa berteman dan menikmati bersama-sama.
Foto: DW/A. Gollmer
Chef Bono
Nicholas Saputra memerankan Chef Bono. Ini bukan pertama kali Nico datang ke Berlinale. Tahun 2012, film Kebun Binatang yang dia bintangi juga diputar di Berlinale untuk berkompetisi. Ada kesan tersendiri kali ini, setelah mencicipi menu khusus yang terinspirasi makanan Indonesia dalam acara special dinner setelah pemutaran perdana “Aruna & Lidahnya”.
Foto: DW/A. Gollmer
Nadezhda
Hannah Al Rashid memerankan Nadezhda. Dia mengakui tertarik pada karakter kompleks ini: Seorang perempuan mandiri di tengah masyarakat Indonesia yang penuh tabu. Setelah penayangan film, tim Aruna & Lidahnya menjawab pertanyaan penonton dalam sesi tanya jawab singkat.
Foto: DW/A. Gollmer
Berbaur dengan penonton dan fans
Usai sesi tanya jawab, para pemain, sutradara dan kedua produser film Aruna & Lidahnya masih berbaur dengan para penonton. Banyak orang Indonesia yang tinggal di Berlin dan sekitarnya mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang, berfoto dan minta tanda tangan dari para bintang dan pelaku film. (Teks & Foto: Anggatira Gollmer/hp)