Talak tiga telah dijatuhkan, namun kedua sejoli masih saling cinta. Melawan hukum perceraian? Film Oray tidak sekadar berkisah tentang asmara, namun pergumulan identitas minoritas muslim di Eropa.
Iklan
Seberapa besar pergulatan identitas minoritas muslim di Eropa? Hal ini dikupas dalam sebuah sinema layar lebar karya seorang sineas muda berdarah Turki, Mehmet Akif Büyükatalay yang sedang diputar di Jerman.
Drama sosial Oray menyoroti konflik pribadi seputar fenomena talak tiga yang kontroversial. Gesekan itu bermula dari ucapan talak tiga yang dilayangkan seorang pria muslim bernama Oray kepada istrinya Burcu menyusul percekcokan hebat antara pasangan suami istri tersebut.
Menurut Fiqh Islam, ucapan Oray harus diikuti dengan masa Iddah selama tiga bulan dan bahkan perceraian. Usai insiden kecil itu sang suami pindah ke rumah temannya di kota lain. Dia aktif di masjid, meski masih gemar mengisap mariyuana. Oray bahkan menyempatkan diri mengurus seorang pemuda Sinti-Roma bernama Ebu yang datang dari Makedonia.
Fakta Perceraian di Berbagai Negara
Bercerai tidaklah mudah, apalagi ada aturan agama yang mengikat, atau malah minimnya dukungan undang-undang. Berikut catatan perceraian di beberapa negara.
Foto: picture-alliance/AA/S. Coskun
Inggris: cerai hanya untuk bangsawan
Hingga tahun 1857, hanya pria dan dari keluarga kaya yang berhak bercerai. Proses yang rumit dan mahal, menjadi alasan. Setelah UU Pernikahan disahkan, pria dari kalangan biasa diizinkan membatalkan pernikahan mereka dengan alasan perselingkungan, sementara perempuan harus memberi bukti tambahan untuk alasan yang sama. 80 tahun kemudian (1937) perempuan akhirnya leluasa menggugat cerai suaminya.
Foto: picture-alliance/dpa
Iran: pesta perceraian
Sejak 2014 di Tehran, Iran bukan hanya pernikahan yang dirayakan, tapi juga perceraian. Layaknya pesta, undangan dan kue penuh humor juga tersedia. Tentu pesta demikian ditentang kelompok konservatif, apalagi pasca Revolusi Islam (1979) hanya suami yang berhak penuh mengajukan cerai. Revisi UU Perlindungan Keluarga mengabulkan perceraian bila kedua pasangan telah menjalani mediasi di pengadilan.
Foto: picture-alliance/AP/Vahid Salemi
Filipina: dilarang bercerai!
Filipina menjadi satu-satunya negara anggota PBB yang tidak menyetujui proses pembatalan pernikahan. Pengecualian hanya diberikan bagi penduduk muslim, karena menghormati aturan perceraian sesuai hukum Islam. Biaya perceraian juga sangat mahal yakni hingga 4.000 dollas AS atau setara 53 juta Rupiah, jumlah rata-rata gaji setahun warga Filipina.
Foto: AP
Italia: "Divorce, Italian Style"
Perceraian tidak diatur dalam UUdi Italia hingga 1970, karena pengaruh gereja Katolik dan politik yang kuat. Saking sulitnya bercerai, film drama satire “Divorce, Italian Style“ (1961) sampai diproduksi. 40 tahun berselang, topik perceraian kini malah menjadi konsumsi media di Italia. Terlebih saat, mantan perdana menteri Silvio Berlusconi menceraikan istrinya akibat serentetan skandal seks.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Pakistan: kisah poligami Sang Perdana Menteri
Tuntutan cerai berdasarkan “talaq“ dihapus di Pakistan sejak tahun 1955 karena kontorversi yang menyeret nama Perdana Menteri, Muhammad Ali Bogra. Saat itu, ia menikahi sekretarisnya padahal masih belum menceraikan istri pertamanya. Peristiwa ini memicu gelombang protes yang akhirnya mendesak pemerintah menerbitkan UU Pernikahan dan Keluarga (1961) yang mengatur secara rinci tentang perceraian.
Foto: picture alliance/Photoshot
Turki: Ataturk menghapus talak tiga dan poligami
Turki adalah negara islam sekuler pertama di dunia yang turut membatalkan gugatan cerai berdasarkan aturan talak tiga. Di bawah pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk (1926), aturan pernikahan dan perceraian yang sebelumnya berdasarkan hukum islam diganti mengadopsi hukum sipil Swiss. Tak hanya perceraian, UU itu juga mengakui kesetaraan jender dan penghapusan poligami. Ed: ts/ap
Foto: picture-alliance/AA/S. Coskun
6 foto1 | 6
Namun ketika Burcu menyambangi sang suami sesaat sebelum berakhirnya masa Iddah, keduanya menyadari tidak ingin berpisah.
Oray pun terbelah antara hukum Islam yang mewajibkannya berpisah dengan sang istri dan rasa cintanya yang dalam.
Dilema tersebut membawa Oray bersitegang dengan imam masjid bernama Bilal yang mendesaknya untuk mengikuti kewajiban perceraian. Buntutnya Oray mengumpat Bilal sebagai seorang "murid" yang meski berilmu, tapi terasingkan dari realita kehidupan.
Dalam film tersebut Oray digambarkan sebagai seorang muslim pada umumnya, yang terbelah antara kehidupan modern dan doktrin agama. Teman-temannya berpandangan serupa. Meski rajin menunaikan sholat atau mengaji, mereka tetap menikmati kesenangan hidup. "Ayo sekarang pesta miras," demikian canda seorang teman Oray usai keluar dari masjid misalnya. Meski hanya kelakar, kebiasaan mengisap mariyuana atau mengonsumsi minuman beralkohol tetap menjadi kebiasaan mereka.
Lima Fakta Tentang Perceraian
Perceraian mungkin salah satu hal yang paling tidak diharapkan pasangan yang menikah.. Namun kadang, perpisahan tak bisa dihindari. Berikut beberapa fakta dan kasus perceraian yang dicatat dunia:
Foto: picture-alliance/dpa
Termahal
Berakhirnya hubungan pernikahan antara milioner Perancis, mendiang Alec Nathan Wildenstein, dan Jocelyn Wildenstein pada tahun 1999 tercatat sebagai perceraian termahal di dunia. Untuk ‘melepasnya’, Alec Nathan diwajibkan meberikan 2,5 miliar Dollar kepada Jocelyn, ditambah dengan memberikan tunjangan hidup sebesar 100 juta Dollar/tahun selama 13 tahun. Pasangan ini menikah pada 30 April 1978.
Foto: picture-alliance/dpa
Tertua
Tahun 2011, Antonio C, yang saat itu berusia 99 tahun menceraikan istrinya, Rosa (96 tahun). Perceraian pasangan Italia ini, yang telah menjalin hidup bersama selama 77 tahun, dianggap sebagai perceraian pasangan tertua di dunia. Gugatan cerai diajukan setelah Antonio mengetahui bahwa istrinya pernah menjalin hubungan gelap di tahun 1940-an.
Foto: picture-alliance/dpa
Termuda
Pada usia 9 tahun Nujood Ali dinikahkan secara paksa oleh orangtuanya. Dua bulan setelah menikah, akibat tidak tahan menerima kekejaman suaminya, Nujood melarikan diri. 15 April 2008, pengadilan Yaman memberikan hak pada Nujood Ali, yang saat itu berusia 10 tahun, untuk bercerai. Kasus perceraian ini menjadi awal dari gerakan melawan pernikahan paksa dan pernikahan anak di Yaman.
Foto: Fotolia/fotandy
Lebih Mahal, Lebih Cepat
Penelitan di Emory University, AS, menyebutkan, pasangan yang mengeluarkan banyak biaya pesta pernikahan ternyata banyak yang akhirnya bercerai Kecendrungan ini tidak diteliti lebih jauh, namun menurut salah seorang peneliti, Prof. Hugo M. Mialon, pesta mahal kerap membebani keuangan mereka. Beban finansial dianggap dapat mengganggu kehidpan pernikahan, ditambahkannya.
Foto: Fotolia/Marco Scisetti
Penyebab Utama
Beda pendapat dan pertengkaran juga merupakan bumbu dari pernikahan. Namun jika yang dipermasalahkan adalah uang, menurut peneliti dari Kansas State University, hal ini dapat menimbulkan risiko perceraian. Disebutkan, memerlukan waktu lebih lama untuk meredakan pertengkaran soal uang. Jika terus berlanjut, pertengkaran soal uang kerap berakhir dengan perceraian.
Foto: picture-alliance/dpa
5 foto1 | 5
Paradoks antara kehidupan dan agama terasa kuat dalam film besutan Mehmet Akif Büyükatalay ini. Drama sosial di dalam film Oray berlangsung di halaman belakang, di dalam apartemen kusam khas 1960-an dan di sebuah masjid yang dibangun dari bekas pabrik.
Hampir semua tokoh dalam cerita Büyükatalay menemukan ruang sosial yang terpisah dari kehidupan masyarakat Jerman pada umumnya. Minimnya paritisipasi sosial itu terasa menyakitkan, namun tidak dianggap bermuatan politis.
Para tokoh dalam film berusia muda dan mendambakan kehidupan harmonis di masyarakat, individualisme dan solidaritas. Namun saat yang bersamaan mereka terbelah antara tekanan integrasi dan sikap acuh warga mayoritas.
Inilah Masjid Liberal Pertama di Jerman
Imamnya seorang perempuan dan tak berjilbab. Di masjid ini, laki laki dan perempuan salat di saf yang sama. Sunni, Syiah, anggota komunitas LGTBQ - kesemuanya diterima di masjid ini tanpa prasangka.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Sohn
Dibidani pengacara kelahiran Turki
Seorang pengacara kelahiran Turki. Seyran Ates meresmikan "Masjid Liberal" ini di Berlin, Jerman. Dia mendeklarasikan diri sebagai imam perempuan di masjid ini. Berlatar belakang profesi pengacara, dia bertahun-tahun berjuang melawan kekerasan dalam rumah tangga, pembunuhan demi kehormatan dan pernikahan paksa.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Sohn
Membantu kaum perempuan tertindas
Keluarga Seyran Ates pindah dari Turki ke Jerman saat ia berusia 6 tahun. Dia kuliah jurusan hukum dan bekerja sebagai pengacara di Berlin. Dengan dana sendiri, dia berhasil membuka kantor konsultasi untuk perempuan Turki. Seyran Ates yang kini berusia 54 tahun menjalani pendidikan sebagai imam. Tahun 2017, Seyran mewujudkan impiannya, membuka sebuah masjid di Berlin.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Stache
Potret keberagaman
Nama masjid itu: "Masjid Ibn-Ruschd-Goethe". Nama tersebut diambil dari nama pemikir Arab Ibnu Rusyd, yang juga dikenal sebagai Averroes (1126 - 1198) dan nama pemikir dan penyair Jerman Johann Wolfgang von Goethe. Lokasi masjid berada di lantai tiga gedung Gereja Protestan Sankt-Johannes-Kirche di kawasan Moabit, di ibukota Jerman. Di dekatnya ada rumah makan India dan Vietnam.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Stache
Tak ada yang bernikab ataupun burka
Meski terbuka untuk umum, Islam yang dipraktikkan di Masjid Ibn-Ruschd-Goethe menurut pendirinya adalah Islam dengan pendekatan "historis-kritis". Tidak nampak, perempuan yang datang dengan nikab atau burka ke masjid ini. Menurut imam di masjid ini, nikab atau burka tidak banyak hubungannya dengan agama, melainkan lebih pada suatu pernyataan politis.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Gambarini
Dialog antar agama
Menurut Seyran, Islam harus mampu memperbarui dirinya. Karena makin banyak umat muslim yang kini merindukan Islam yang damai, yang memelihara dialog dengan agama-agama lain. Namun masjid dengan pemahaman semacam itu masih terlalu sedikit di Eropa.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Sohn
Beribadah berdampingan
Tak seperti masjid pada umumnya, di sini laki-laki dan perempuan beribadah berdampingan. Imam perempuannya pun tidak mengenakan jilbab. Sunni, Syiah, anggota komunitas LGTBQ - semuanya diterima bersholat Jum'at di Masjid Ibn Rusyd-Goethe di Berlin.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Gambarini
Dihujani kecaman
Begitu dibuka Juni 2017, keberadaan masjid ini langsung mendapat gempuran kritik. Surat kabar pro-pemerintah Turki, Sabah menyebutnya "tidak masuk akal" bahwa peribadatan berlangsung di sebuah gereja. Harian Pakistan mengkritik fakta bahwa perempuan berdampingan dalam satu saf dengan pria saat menjalankan sholat.
Foto: DW/S.Kinkartz
Siapa yang menjamin keamanan?
Pada hari pembukaan masjid, beberapa orang khawatir bahwa masjid tersebut dapat menarik para ekstrimis. Untuk menjaga keamanan, pengurus masjid menjalin kontak erat dengan polisi dan kantor jawatan kriminal negara bagian.
Foto: DW/S.Kinkartz
‘Salam, Ibu Imam‘
Imam Seyran Ates merupakan penulis buku "Selam, Frau Imamin" (Salam, Ibu Imam). Buku itu berisi kritik terhadap gejala radikalisme Islam di Jerman. Di buku itu, Seyran juga mengingatkan makna kebebasan beragama, kesetaraan hak antara lelaki dan perempuan dan hak atas orientasi seksual. Ironisnya, radikalisme berkembang, tapi umat Muslim berhaluan liberal tidak memiliki tempat di Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Gambarini
9 foto1 | 9
Dengan deretan aktor dan aktris yang memiliki pengalaman berbeda dan menyerupai karakter fiktif masing-masing, Oray dinilai sukses mengisahkan pergulatan identitas minoritas muslim di Jerman. Film ini tidak dibebani oleh dorongan dramaturgi untuk mendekatkan tokoh utama cerita pada gagasan "jihad" atau "pembunuhan demi kehormatan" yang sering muncul dalam film serupa. Sutradara Büyükatalay tidak membiarkan filmnya dirasuki tren sinema yang cendrung menempatkan Islam dalam dunia hitam dan putih, antara yang jahat dan baik.
Sebaliknya sang sutradara berusaha menggambarkan kerumitan sebuah sistem yang harus membiarkan cakrawala ideologinya dibandingkan dengan realita kehidupan seperti yang juga terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Dengan tokoh pria yang 'nyaring' dan labil, serta tokoh perempuan yang percaya diri dan mampu menyokong dunia patriarki di sekelilingnya, Oray menjadi kisah cinta universal dengan sentuhan psikologi yang kuat, dibalut dalam luapan emosi berupa kerinduan, harapan, ketakutan dan pertentangan di dalam masyarakat.
kna(ap/vlz)
Kelompok Salafis di Jerman
Mayoritas masyarakat Islam di Jerman berpandangan moderat. Ada beberapa kelompok kecil yang bersikap radikal dan bersuara cukup lantang. Tapi kelompok kecil ini tidak mewakili suara Islam di Jerman.
Foto: Reuters/Wolfgang Rattay
Makin Banyak
Menurut laporan, semakin banyak pengikut salafi di Jerman yang menyatakan siap berangkat ke Suriah atau Irak untuk ikut "perang suci". Tahun 2013 tercatat hanya 2.000 anggota salafi yang berniat berjihad, tahun ini mencapai 7.000 orang.
Foto: picture-alliance/dpa/Melanie Dittmer
Pelaku Terorisme
Menurut Badan Perlindungan Konstitusi Jerman, Verfassungsschutz, mayoritas pendukung Salafi di Jerman tidak terkait dengan aksi terorisme. Namun ”hampir semua pelaku dan jaringan teror Islamis yang beraksi di Jerman punya latar belakang Salafi”. Foto: Enea B. anggota Salafi, tersangka pelaku upaya pemboman di Bonn 2012 lalu.
Foto: Reuters
Lebih Disorot
Seiring dengan pernyataan dukungan kepada Islamic State, kelompok Salafi semakin mendapat sorotan tajam di Jerman. Kelompok Salafi mengartikan ungkapan-ungkapan seperti ”Syariah” dan ”Jihad” secara radikal dan hanya berdasarkan pemahamannya sendiri. Pandangan Salafi tidak bisa dianggap sebagai pandangan warga muslim di Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/ W.Steinberg
Islam Moderat
Kebanyakan komunitas mesjid di Jerman dan para imamnya berpandangan moderat. Dan warga Muslim Jerman pun mengutuk kebiadaban teror yang mengatasnamakan Islam. September lalu, dengan motto: Melawan Kebencian dan Ketidakadilan, organisasi-organisasi muslim di Jerman menggelar aksi menentang penyalahgunaan nama Islam. Mereka menolak khotbah kebencian, ekstrimisme dan fanatisme.
Foto: DW/A. Almakhlafi
Memancing di Air Keruh
Ada kelompok populis dari kalangan ekstrim kanan di Jerman yang sengaja memanfaatkan situasi saat ini untuk menyulut kebencian terhadap Islam. Sejak 20 tahun terakhir ada perubahan menarik yang terjadi di kalangan ekstrim kanan. Kalau dulu mereka fokus pada propaganda anti Israel, sekarang mereka makin fokus pada propaganda anti Islam.
Foto: DW/F. Sabanovic
Radikalisme Baru
Fenomena radikalisme baru di Jerman dengan alasan anti Islamis dicemaskan banyak pihak. Disadari, tren yang digalang kelompok Neo Nazi ini merupakan kebalikan dari fenomena makin banyaknya generasi muda Jerman bergabung dengan milisi Islamic State di Suriah.