Film terkenal "The Seed of the Sacred Fig" dipilih sebagai perwakilan Jerman untuk kompetisi Academy Awards 2025. Pembuat filmnya melarikan diri dari Iran dengan berjalan kaki awal tahun ini dan kini ada di Jerman.
Iklan
Sembilan juri memilih film terbaru Mohammad Rasoulof untuk mewakili Jerman di Academy Awards 2025 dalam kategori Film Fitur Internasional Terbaik.
Film "The Seed of the Sacred Fig" terinspirasi oleh protes massa di Iran pada tahun 2022 yang dipicu oleh pembunuhan seorang perempuan muda, Mahsa Amini, yang dilakukan oleh polisi moralitas.
Rasoulof mendengar demonstrasi tersebut dari sel penjaranya ketika ia mendapat ide untuk membuat film bergenre thriller yang mengeksplorasi kekerasan negara, paranoia, dan penyensoran.
Sejak 2017, rezim Iran telah melarang sutradara tersebut membuat film. Oleh sebab itu ia terpaksa melakukan syuting film teranyarnya secara rahasia. Rasoulof harus meninggalkan produksi dan melarikan diri dari Iran dengan berjalan kaki melintasi perbatasan. Ia baru saja dijatuhi hukuman delapan tahun penjara dan hukuman cambuk karena dituduh mengkritik rezim, termasuk tanggapan agresif mereka terhadap protes prodemokrasi.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Setelah meninggalkan Iran, Rasoulof dapat mengajukan suaka di Jerman. Ia pernah tinggal di Jerman beberapa tahun sebelumnya. Paspornya telah disita di Iran, tetapi informasinya sudah ada di arsip otoritas Jerman.
Sutradara tersebut memilih hijrah ke Jerman sebagian karena "The Seed of the Sacred Fig" sedang disunting di Hamburg oleh Andrew Bird, yang juga bekerja sama dengan sutradara Jerman-Turki pemenang penghargaan Fatih Akin.
Namun, Rasoulof belum dapat mengunjungi Jerman itu ketika filmnya "There is No Evil" memenangkan Golden Bear di Festival Film Internasional Berlin pada tahun 2020. Film itu berkisah tentang hukuman mati di Iran, dan ia membuatnya sambil menunggu hukuman penjara lainnya yang akan ditetapkan.
Iklan
Mengapa film Iran mewakili Jerman di ajang Oscar?
German Films yang berpusat di München adalah perusahaan pemasaran sinema yang menunjuk juri independen untuk memilih film yang masuk nominasi Oscar. Juri tahun ini memilih "The Seed of the Sacred Fig" dari antara 13 film.
Di masa lalu, juri telah memilih cerita dan produksi lokal. Film-film tersebut termasuk "The Tin Drum" (1979), karya Volker Schlöndorff, "The Lives of Others" (2006), karya Florian Henckel von Donnersmarck, dan "All Quiet on the Western Front" (2022), karya Edward Berger, yang semuanya memenangkan Academy Award untuk film internasional.
"The Seed of the Sacred Fig" diproduksi oleh Run Way Pictures yang bermarkas di Hamburg, menerima pendanaan dari dewan film Jerman utara, dan distributornya juga perusahaan Jerman. Ini adalah sejumlah syarat untuk bisa dipilih mewakili Jerman.
Juri menyebut kemenangan sinematik terbaru Rasoulof sebagai "karya luar biasa dari salah satu sutradara hebat sinema dunia."
"Kami sangat senang mengetahui bahwa Rasoulof aman di negara kami," lanjut pernyataan juri. "Dan kami senang bahwa ia akan mewakili Jerman di Oscar pada tahun 2025."
Sutradara dan produsernya mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pilihan tersebut "menunjukkan betapa kuatnya pertukaran antarbudaya dapat terjadi dalam masyarakat yang bebas dan terbuka."
Masih menjadi pembangkang di pengasingan
Rasoulof dianugerahi penghargaan juri khusus untuk "The Seed of the Sacred Fig" di Festival Film Cannes pada bulan Mei tidak lama setelah melarikan diri dari Iran dan menyelesaikan film tersebut di luar negeri. Film tersebut juga memenangkan penghargaan Fipresci dari industri film, yang diberikan selama festival tersebut.
"The Seed of the Sacred Fig" mengikuti Iman, seorang penyidik untuk Pengadilan Revolusioner Iran yang setia kepada rezim tersebut tetapi mulai mempertanyakan sifat sewenang-wenang dan ringkasan dari surat perintah hukuman mati yang diminta untuk ditandatanganinya.
Pria-pria Berhijab
Pria-pria di Iran tunjukkan rasa solidaritasnya kepada kaum perempuan, dengan cara mengenakan hijab. Sejak Revolusi Islam tahun 1979, perempuan di Iran wajib berhijab.
Foto: facebook/my stealthy freedom
#MenInHijab
Tagar #Mrdan_Bahjab" dan #MenInHijab di jejaring sosial telah menjadi salah satu tagar atau hashtag paling populer di pertengahan tahun 2016.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Laki-laki Iran mengenakan hijab
Kini foto-foto pria berjilbab membanjiri media sosial, sebagai wujud solidaritas terhadap ibu, istri maupun saudara perempuan mereka yang diharuskan mengenakan hijab di Iran.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Mendadak heboh
Kampanye protes pemaksaan jilbab ini menjadi heboh, tatkala mulai dipampang di laman medsos Facebook : #MyStealthyFreedom, yang diinisiasi mereka yang memang berada di garda depan dalam pembelaan hak-hak perempuan. Follower akun : My Stealthy Freedom kini sudah melebihi satu juta orang.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Aturan masa lalu
Seorang pemuda yang mengirimkan foto tantangan pria berhijab ini prihatin ketika ibu, saudara perempuan dan kawan-kawan perempuannya dipaksa mengenakan sesuatu,.Menurut dia pemaksaan berbusana adalah bentuk hukum dari abad lalu.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Sudah dua tahun berkampanye
Inisiator gerakan ini adalah Masih Alinejad. Ia sejak dua tahun lalu meluncurkan kampanye memprotes pemaksaan berjilbab terhadap perempuan. Kampanyenya kini makin menarik perhatian internasional soal isu jilbab. Masih Alinejad yang berlatarbelakang aktivis dan jurnalis sendiri terkejut ketika kampanyenya menjadi arus besar yang ramai diperbincangkan.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Bukan cuma masalah perempuan
Menurut Masih Alinejad, jilbab bukan hanya masalah yang dihadapi kaum perempuan. Ini masalah seluruh masyarakat. Gambar-gambar dan pesan-pesan yang disampaikan dalam kampanye menegaskan hal tersebut. Kini kaum laki-laki Iran mengemukakan protes mereka secara terang-terangan.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Isu sensitif
Setiap kali persoalan hijab disentil di Iran, berbagai kalangan segera bereaksi berang. Mereka beralasan, amat penting bagi kaum hawa menjaga martabat dengan cara menutupi tubuhnya dengan hijab.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Awalnya menertawakan
Seorang anak muda berkontribusi dalam kampanye yang sedang ‘ngetren’ ini, dengan melampirkan foto bersama ayah dan saudara lelakinya: “Kami menerima tantangan in. Waktu melihat berita ini di TV dimana pria-pria memutuskan memakai hijab, awalnya kami tertawa-tawa, lalu semenit kemudian kami menyadari, bahwa pemaksaan bukan hal yang baik, jadi kami ikut berkampanye.”
Foto: facebook/my stealthy freedom
Melawan pemaksaan terhadap perempuan
Berusaha melawan paksaaan, dengan tidak bercadar. Berdasar laporan Amnesty International tahun 2015, 2,9 juta perempuan Iran mendapat peringatan polisi karena dianggap tak mematuhi aturan berbusana. Lebih dari 200 ribu orang di antaranya menandatangani perjanjian bahwa tak akan melakukannya lagi.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Tak mau menindas perempuan
Foto-foto dan pesan-pesan yang dikirimkan orang-orang ke media-media lokal di Iran banyak yang menyertakan pesan, bahwa kami tidak mau menindas perempuan dengan pemaksaan.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Mengharap dukungan masyarakat
Seorang prai mengemukakan harapannya agar media setempat pun mendukung gerakan anti pemaksaan ini. Menurut dia harapan itu wajar karena media luar Iran, seperti London Times atau the Independent menulis rinci persoalan ini.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Sepupu pria mereka bersemangat
Sepupu pria kami gegap gempita menyambut seruan bergabung dengan kami dalam foto. Dengan harapan bahwa semua orang di Iran lebih menghormati kaum perempuan dan hak –hak mereka atas diri mereka sendiri, ujar kedua perempuan dalam foto.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Bergaung ke seluruh dunia
Gaung kampanye ini mengglobal. Selain media Inggris juga media Perancis, media Jerman, televisi Belgia dan Belanda serta media di Italia memberitakan fenomena pria berjilbab ini.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Mencerahkan pandangan orang
Pria ini bersama putranya berpose dengan mengenakan syal sebagai hijab dalam sebuah foto keluarga. Dengan turut serta mendukung kampanye ini, ia ingin agar pemikiran orang-orang tercerahkan, bahwa perempuan punya hak atas tubuhnya sendiri.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Mengalami yang dirasakan saudara perempuan
Setiap hari, saudari saya harus mengenakan chador atau syal penutup kepala. Saya ingin ikut merasakan apa yang ia alami dengan pemaksaan busana itu. Kesedihannya, perasaannya... uajr seorang pria yang juga ambil bagian dalam kampanye ini.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Istri, ibu, dan adik saya menderita jika dipaksa
Ayah dan putra perempuan ini juga menjawab tantangan berhijab dengan untaian kata: "Beberapa orang berkomentar di Facebook bahwa tidak sepantasnya memperlihatkan istri saya tanpa chador. Saya harus mengatakan itu adalah suatu kefasikan, yang disebut cemburu. Ini berarti bahwa Anda dengki terhadap mereka yang menghormati hak-hak perempuan. Sementara istri, ibu, dan adik saya menderita. "
Foto: facebook/my stealthy freedom
16 foto1 | 16
Di rumah, istri dan anak perempuannya terjebak dalam aksi protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun dalam tahanan.
Amini telah ditahan karena dituduh tidak mengenakan jilbabnya dengan benar dan dilaporkan dipukuli oleh polisi.
"Sangat jelas bagi saya bahwa yang terpenting sekarang adalah terus membuat film dan menceritakan kisah saya," kata Rasoulof di Cannes. "Saya punya banyak cerita untuk diceritakan, dan tidak ada yang bisa menghentikan saya untuk menceritakannya."
Nominasi untuk Academy Award untuk kategori Film Feature Internasional Terbaik akan diumumkan pada bulan Januari, dan pemenangnya akan diumumkan pada bulan Maret 2025. (ap/hp)