1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sepak BolaGlobal

Gareth Southgate dan Malam Penghakiman di Berlin

Hardimen Koto
Hardimen Koto
13 Juli 2024

Ada sederet sisi menarik dari bentrok Spanyol vs Inggris di laga puncak Euro 2024. Tapi, nama Gareth Southgate tetap jadi sorot sentral. Mengapa? Hardimen Koto mengupasnya.

Pelatih Timnas Inggris Gareth SouthgateFoto: Bernd Thissen/dpa/picture alliance

Ya, ini final kedua Southgate diEuro. Beruntun. Final pertama, Euro 2020 yang dipentaskan tiga tahun silam, 11 Juli 2021, Inggris ditebas Italia 3-2 via adu penalti di Wembley. Dramatis.

Kini, Southgate kembali bawa The Three Lions ke final. Juga dibebat drama: tiga kali menang, tiga kali imbang dengan sederet cerita.

Yang menarik, Inggris tidak impresif. Tidak menggoda. Di fase grup, Inggris hanya menang 1-0 vs Serbia lalu ditahan imbang 1-1 Denmark dan 0-0 Slovenia.

Fase gugur, skuad Southgate nyaris kandas di tangan Slovakia sebelum datang gol salto Jude Bellingham menit 90+5, extra-time dan gol Harry Kane membawa mereka ke perempat-final.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

 

Di 8-Besar vs Swiss, hingga extra-time, Inggris imbang 1-1 lewat gol telat Bukayo Saka sebelum adu penalti membawa mereka ke semifinal.

Separuh akhir kontra Belanda, gol penalti Harry Kane, gol yang menyeimbangkan skor pasca gol Xavi Simons, jadi bahan gunjingan.

"Sepakbola sudah dirusak," kecam Ronald Koeman terhadap wasit Felix Zwayer. Kecaman juga datang dari van Hoijdoonk.

Tapi wasit bukan alasan Belanda kalah. Inggris menang berkat penampilan yang jauh berubah: menang penguasaan plus keputusan jitu Southgate menarik Foden dan Kane, lalu menyuntik Palmer dan Ollie Watkins 10 menit sebelum waktu reguler berakhir.

Hasilnya, dua pemain pengganti itu bikin buncah. Watkins, menit 90+1, dari sudut sempit menyelesaikan assist Palmer ke tiang jauh. Verbruggen hanya melongo melihat gawangnya sobek. Belanda kalah, Inggris ke final, Southgate dipuja.

Inggris memang blang-bonteng sebelum tiba di Berlin. Bandingkan dengan Spanyol, yang impresif dengan enam kemenangan: termasuk mendepak Italia 1-0, meredam debutan Georgia 4-1, meredam tuan rumahJerman 2-1 dan membuat Prancis menangis 2-1.

Spanyol pun ke final jauh lebih gagah ketimbang Inggris: mencetak 13 gol dan dua diantaranya lewat Lamine Yamal, bocah 16 tahun yang fenomenal.

Apa yang bakal mencuat dalam laga ke-51 di Olympiastadion Berlin, satu dari 10 stadion yang mementaskan laga-laga sepanjangEuro 2024?

Apakah Spanyol, peraih tiga mahkota juara dalam 16 kali pagelaran Euro, menjadikan final di Berlin sebagai klimaks?

Atau Inggris merebut mahkota pertamanya?

Minggu ini di Berlin sepertinya menjadi malam penghakiman buat Southgate: bertahan atau tidak di kursi panas The Three Lions.

Delapan tahun menukangi Inggris, Southgate praktis tanpa gelar meski dia mampu bawa Inggris ke semifinal Piala Dunia Rusia 2018, perempat final Qatar 2022, semifinal Euro Nations League 2019 dan final Euro 2020.

Kali ini adalah saat yang tepat buat Southgate: mempersembahkan mahkota juara untuk Inggris dan meraup hadiah 8 juta euro.

Southgate secara pribadi ingin menebus dosanya pasca gagal menjadi eksekutor di semifinal Euro 1996 versus Jerman. Dia pun ingin Inggris maksimal dalam laga terakhir di Euro 2024, Euro ke-17 dan melabuhkan trofi Henri Delaunay ke rumahnya.

Cuma, pertanyaannya, mereka berhadapan dengan Spanyol di laga puncak. Dan itu adalah laga penghakiman buat Southgate.

Ah, sepakbola, memang, selalu bicara soal takdir. Takdir buruk atau takdir baik. Entah buat siapa.

Hardimen Koto Jurnalis dengan passion hebat untuk dunia olahraga.