Finlandia: NATO Kunci Keamanan Uni Eropa dan Kekuatan AS
Jon Shelton
23 Oktober 2024
Presiden Alexander Stubb menekankan perlunya pencegahan kuat dari NATO sebagai dasar keamanan Eropa. Dalam wawancara dengan DW, ia juga mengatakan bahwa masuknya Ukraina ke NATO hanya masalah waktu, bukan kemungkinan.
Stubb berbicara dengan koresponden politik DW, Hans Brandt, pada hari Selasa (22/10) selama kunjungannya ke Berlin untuk memperingati 25 tahun kedutaan besar negara-negara Nordik di kota tersebut.
"Rusia sedang melakukan perang agresi yang melanggar setiap prinsip hukum internasional... baik itu piagam PBB, integritas teritorial atau kedaulatan, atau bahkan OSCE," kata Stubb kepada DW.
"Saya pikir sangat penting bahwa NATO memiliki pencegahan yang kuat, dan pencegahan itu didasarkan pada pasukan, rudal, dan pencegahan nuklir."
Finlandia, yang berbatasan dengan Rusia, sangat terkejut oleh keputusan Putin untuk menginvasi Ukraina pada Februari 2022 sehingga negara itu, bersama dengan Swedia, mengakhiri kebijakan lama netralitas militernya dan bergabung dengan aliansi NATO.
10 Negara Paling Damai di Dunia
Global Peace Index adalah gambaran kesediaan negara untuk berdamai, berdasarkan perbandingan relatif. Indeks dibuat komisi pakar internasional, yang bekerja sama dengan harian The Economist. Berikut peringkat 1-10.
Foto: Getty Images/P. Walter
Islandia
Islandia terkena dampak kemerosotan ekonomi dunia akhir 2008. Industri investment bankingnya ambruk. Karenanya terjadi demonstrasi dan sejumlah orang cedera. Itu juga sebabkan pemerintah koalisi ambruk Januari 2009. Tapi Islandia tetap damai dan kembali berkembang. Bagi penggagas GPI, Steve Killelea, ini indikasi dan contoh jelas bahwa negara damai lebih ulet dan mampu mereparasi diri.
Foto: picture-alliance/dpa
Denmark
Denmark sudah duduki peringkat kedua sejak tahun lalu. Seperti negara Skandinavia lainnya, Denmark menikmati hubungan internasional yang baik dan tingkat kriminalitas rendah. Tingkat kepemilikan senjata juga rendah, demikian halnya dengan konflik terorganisir. Sebagai anggota NATO Denmark kirim 500 tentara ke Irak mulai Juni 2003. Tentara ditarik kembali Agustus 2007.
Foto: Karsten Bidstrup/picture-alliance/dpa
Austria
Austria nyatakan diri permanen netral 1955. Artinya: tidak memihak siapapun dalam peperangan. Anggaran militernya secara persentasi dari GDP adalah yang terkecil di dunia. Austria kirim tentara untuk misi penjagaan perdamaian di Serbia dan Afghanistan. Poin diraih dari angka kriminal kecil plus hubungan baik dengan negara tetangga. Negara ini juga diberi nilai bagus dalam hal HAM. Foto: Wina
Foto: imago/V. Preußer
Selandia Baru
Negara ini berada di peringkat atas dalam beberapa tahun terakhir. Negara pulau kecil di bagian selatan Samudra Pasifik populasinya hanya empat juta penduduk, 80% tinggal di perkotaan. Menyangkut hubungan antara warga asli Maori dan pendatang Eropa, penggagas GPI Killelea mengatakan negara itu beri contoh kemampuan jembatani perbedaan etnis dan jadi bangsa yang damai. Foto: ibukota Wellington
Foto: DW /Ulrike Sommer
Swis
Swis punya ekonomi dan pemerintahan yang stabil. Negara di pegunungan Alpen itu sudah bersikap netral sejak sebelum Perang Dunia I. Tingkat kriminalitas rendah, tetapi jumlah pembunuhan tinggi. Tentara Swis boleh membawa senjatanya pulang. Bank-bank besar Swis sejak lama jadi surga investor asing karena tingkat kerahasiaan yang tinggi, dan ikut terkena dampak krisis ekonomi global. Foto: Bern.
Foto: Getty Images/M. Hewitt
Finlandia
Rakyat Finlandia nikmati politik kuat dan stabil. Kasus kriminal berat sangat rendah. Tetapi negara itu catat angka pembunuhan sedikit lebih tinggi daripada negara tetangga Skandinavia. Pemerintah Finlandia jalankan politik non aliansi sejak berakhirnya Perang Dingin dan netral menyangkut perang Irak. Finlandia bukan anggota NATO tapi ikut kirim tentara untuk jaga perdamaian di Afghanistan.
Foto: picture alliance/Alexander Farnsworth
Kanada
Tingkat keamanan dalam negeri Kanada hampir sama dengan negara-negara Skandinavia. Negara itu ikut misi NATO di Afghanistan mulai 2008, dan mengalami kerugian berupa korban jiwa. Foto: sebuah feri di teluk Howe Sound dekat Vancouver
Foto: picture-alliance/robertharding/C. Kober
Jepang
Ekonomi Jepang termasuk dalam lima besar di dunia. Penduduknya berjumlah 127 juta orang, dan dilarang memiliki senjata api. Dari segi rendahnya tingkat kriminalitas dan angka pembunuhan Jepang termasuk yang paling baik di dunia. Foto: skyline Tokyo
Foto: AFP/Getty Images/K. Nogi
Australia
Australia adalah negara keenam terbesar di dunia secara geografis. Tingkat konflik intern terorganisir rendah, dan HAM cukup diperhatikan. Tetapi peringkat negara ini turun karena sejak 2003 negara itu kirim ratusan tentara ikut dalam misi di Irak dan Afghanistan yang dipimpin AS. Ekonomi negara itu relatif sehat. Foto: Brisbane.
Foto: Fotolia/kraskoff
Republik Ceko
Dianggap "salah satu negara bekas komunis yang paling stabil dan maju di Eropa Tengah/Timur" oleh CIA. Ceko jadi anggota Uni Eropa 2004 dan ikut dalam grup mata uang Euro di 2012. Tingkat kriminal terorganisirnya rendah. Ceko punya hubungan baik dengan negara tetangganya, kecuali perseteruan soal pembangkit tenaga nuklir dekat perbatasan dengan Austria, yang ditentang warga Austria. Foto: Praha
Foto: Kamelia Hajghasem
10 foto1 | 10
Finlandia sebagai kontributor aktif di NATO
Stubb mengatakan bahwa kemampuan militer Finlandia memiliki arti bahwa negaranya akan menjadi penyedia keamanan dalam NATO, bukan hanya sekedar anggota yang membayar.
Iklan
"Kami memiliki salah satu militer terbesar di Eropa, dengan sistem rudal canggih di udara, laut, dan darat, yang kami kembangkan untuk memastikan kami bisa mempertahankan diri secara mandiri dan berkontribusi pada keamanan kolektif aliansi," katanya kepada DW.
Politisi itu juga menekankan perlunya Eropa untuk berinvestasi dalam pertahanan dan proaktif menghadapi ancaman yang muncul.
"Dalam kebijakan luar negeri, tidak ada yang tetap. Anda harus khawatir setiap hari, karena jika tidak khawatir, Anda tidak siap," kata Stubb.
Rusia dan Ukraina: Kronik Perang yang Tidak Dideklarasikan
Akar konflik antara Rusia dan Ukraina sangat dalam. Semuanya diyakini bermuara pada keengganan Rusia untuk menerima kemerdekaan Ukraina.
Foto: Maxar Technologies via REUTERS
Berkaitan, tetapi tak sama
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina memiliki sejarah sejak Abad Pertengahan. Kedua negara memiliki akar yang sama, pembentukan negara-negara Slavia Timur. Inilah sebabnya mengapa Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut kedua negara itu sebagai "satu orang". Namun, sebenarnya jalan kedua negara telah terbagi selama berabad-abad, sehingga memunculkan dua bahasa dan budaya — erat, tapi cukup berbeda.
Foto: AP /picture alliance
1990-an, Rusia melepaskan Ukraina
Ukraina, Rusia, dan Belarus menandatangani perjanjian yang secara efektif membubarkan Uni Soviet pada Desember 1991. Moskow sangat ingin mempertahankan pengaruhnya di kawasan itu dan melihat Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) yang baru dibentuk sebagai alat untuk melakukannya. Sementara Rusia dan Belarus membentuk aliansi yang erat, Ukraina semakin berpaling ke Barat.
Foto: Sergei Kharpukhin/AP Photo/picture alliance
Sebuah perjanjian besar
Pada tahun 1997, Rusia dan Ukraina menandatangani Treaty on Friendship, Cooperation and Partnership, yang juga dikenal sebagai "Perjanjian Besar". Dengan perjanjian ini, Moskow mengakui perbatasan resmi Ukraina, termasuk semenanjung Krimea,kawasan hunian bagi mayoritas etnis-Rusia di Ukraina.
Krisis diplomatik besar pertama antara kedua belah pihak terjadi, saat Vladimir Putin jadi Presiden Rusia masa jabatan pertama. Pada musim gugur 2003, Rusia secara tak terduga mulai membangun bendungan di Selat Kerch dekat Pulau Tuzla Ukraina. Kiev melihat ini sebagai upaya Moskow untuk menetapkan ulang perbatasan nasional. Konflik diselesaikan usai kedua presiden bertemu.
Foto: Kremlin Pool Photo/Sputnik/AP Photo/picture alliance
Revolusi Oranye
Ketegangan meningkat selama pemilihan presiden 2004 di Ukraina, dengan Moskow menyuarakan dukungannya di belakang kandidat pro-Rusia, Viktor Yanukovych. Namun, pemilihan itu dinilai curang. Akibatnya massa melakukan Revolusi Oranye atau demonstrasi besar-besaran selama 10 hari dan mendesak diadakannya pemilihan presiden ulang.
Foto: Sergey Dolzhenko/dpa/picture alliance
Dorongan bergabung dengan NATO
Pada tahun 2008, Presiden AS saat itu George W. Bush mendorong Ukraina dan Georgia untuk memulai proses bergabung dengan NATO, meskipun ada protes dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Jerman dan Prancis kemudian menggagalkan rencana Bush. Pada pertemuan puncak NATO di Bucharest, Rumania, akses dibahas, tetapi tidak ada tenggat waktu untuk memulai proses keanggotaan.
Foto: John Thys/AFP/Getty Images
Tekanan ekonomi dari Moskow
Pendekatan ke NATO tidak mulus, Ukraina melakukan upaya lain untuk meningkatkan hubungannya dengan Barat. Namun, musim panas 2013, beberapa bulan sebelum penandatanganan perjanjian asosiasi tersebut, Moskow memberikan tekanan ekonomi besar-besaran pada Kiev, yang memaksa pemerintah Presiden Yanukovych saat itu membekukan perjanjian. Aksi protes marak dan Yanukovych kabur ke Rusia.
Foto: DW
Aneksasi Krimea menandai titik balik
Saat kekuasaan di Kiev kosong, Kremlin mencaplok Krimea pada Maret 2014, menandai awal dari perang yang tidak dideklarasikan antara kedua belah pihak. Pada saat yang sama, pasukan paramiliter Rusia mulai memobilisasi pemberontakan di Donbas, Ukraina timur, dan melembagakan "Republik Rakyat" di Donetsk dan Luhansk. Setelah pilpres Mei 2014, Ukraina melancarkan serangan militer besar-besaran.
Gesekan di Donbass terus berlanjut. Pada awal 2015, separatis melakukan serangan sekali lagi. Kiev menuding pasukan Rusia terlibat, tetapi Moskow membantahnya. Pasukan Ukraina menderita kekalahan kedua, kali ini di dekat kota Debaltseve. Mediasi Barat menghasilkan Protokol Minsk, sebuah kesepakatan dasar bagi upaya perdamaian, yang tetap belum tercapai hingga sekarang.
Foto: Kisileva Svetlana/ABACA/picture alliance
Upaya terakhir di tahun 2019
KTT Normandia di Paris pada Desember 2019 adalah pertemuan langsung terakhir kalinya antara Rusia dan Ukraina. Presiden Vladimir Putin tidak tertarik untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Rusia menyerukan pengakuan internasional atas Krimea sebagai bagian dari wilayahnya, menuntut diakhirinya tawaran keanggotaan NATO bagi Ukraina dan penghentian pengiriman senjata ke sana. (ha/as)
Foto: Jacques Witt/Maxppp/dpa/picture alliance
10 foto1 | 10
Washington butuh Eropa
Ukraina, yang menjadi fokus utama dalam setiap diskusi tentang aliansi militer, juga dibahas dalam percakapan Stubb dengan DW. Presiden Finlandia jelas tentang posisinya terkait keanggotaan NATO untuk Kyiv.
"Pada akhirnya, Ukraina akan menjadi anggota NATO, kapan, kita belum tahu, tapi undangan itu harus segera diberikan," kata Stubb.
Dalam hal mendukung Ukraina, Stubb mengatakan negaranya memahami permintaan Presiden Volodymyr Zelenskyy.
"Pesannya adalah dia membutuhkan senjata, dan dia membutuhkan tidak ada batasan penggunaan senjata tersebut. Finlandia tidak memberlakukan batasan pada senjata yang bisa digunakan Ukraina yang berasal dari Finlandia," kata Presiden Finlandia tersebut.
Terakhir, DW bertanya kepada Stubb tentang pandangannya mengenai masa depan NATO terkait pemilihan presiden AS yang akan datang.
Meskipun ada kekhawatiran di Eropa tentang kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump dan dampaknya terhadap hubungan transatlantik, Stubb tetap optimis dengan relevansi NATO yang terus berlanjut.
"Siapapun yang terpilih, tujuan utama Amerika Serikat adalah tetap menjadi negara adidaya," kata Stubb.
"Jika musuhmu adalah Cina, kamu membutuhkan sekutu, dan 40 hingga 50 sekutu itu berasal dari Eropa. Amerika Serikat tidak akan mampu kehilangan Eropa."