Perusahaan teknologi raksasa Cina, Alibaba, dilaporkan memiliki fitur perangkat lunak pengenal wajah yang dirancang unit komputasi awan untuk membantu pengguna mengidentifikasi etnis Uighur.
Iklan
Sebuah perusahaan riset pengawasan yang berbasis di Amerika Serikat (AS), IPVM, mengungkapkan fitur perangkat lunak pengenal wajah membuat Alibaba, salah satu perusahaan paling berpengaruh di dunia, terlibat dalam kontroversi atas perlakuan pemerintah Cina terhadap warga muslim Uighur.
Alibaba menggambarkan Cloud Shield sebagai sistem yang "mendeteksi dan mengenali teks, gambar, video, dan suara yang berisi pornografi, politik, terorisme kekerasan, iklan, dan spam, serta memberikan verifikasi, penandaan, konfigurasi khusus, dan kemampuan lainnya."
Catatan teknologi yang telah diarsipkan menunjukkan fitur itu dapat melakukan tugas-tugas seperti "pemeriksaan kacamata", "deteksi senyuman", dan secara khusus, "apakah si pengguna itu Uighur?"
Akibatnya, jika seorang warga Uighur menyiarkan langsung video di situs web yang mendaftar ke Cloud Shield, perangkat lunak tersebut dapat mendeteksi bahwa pengguna adalah orang Uighur dan muncul rekomendasi untuk video itu ditinjau atau dihapus, kata peneliti IPVM, Charles Rollet kepada Reuters.
Potret Muslim Uighur di Cina
Cina melarang minoritas muslim Uighur mengenakan jilbab atau memelihara janggut. Aturan baru tersebut menambah sederet tindakan represif pemerintah Beijing terhadap etnis Turk tersebut. Siapa sebenarnya bangsa Uighur?
Foto: Reuters/T. Peter
Represi dan Larangan
Uighur adalah etnis minoritas di Cina yang secara kultural merasa lebih dekat terhadap bangsa Turk di Asia Tengah ketimbang mayoritas bangsa Han. Kendati ditetapkan sebagai daerah otonomi, Xinjiang tidak benar-benar bebas dari cengkraman partai Komunis. Baru-baru ini Beijing mengeluarkan aturan baru yang melarang warga muslim Uighur melakukan ibadah atau mengenakan pakaian keagamaan di depan umum.
Foto: Reuters/T. Peter
Dalih Radikalisme
Larangan tersebut antara lain mengatur batas usia remaja untuk bisa memasuki masjid menjadi 18 tahun dan kewajiban pemuka agama untuk melaporkan naskah pidatonya sebelum dibacakan di depan umum. Selain itu upacara pernikahan atau pemakaman yang menggunakan unsur agama Islam dipandang "sebagai gejala redikalisme agama."
Foto: Reuters/T. Peter
Balada Turkestan Timur
Keberadaan bangsa Uighur di Xinjiang dicatat oleh sejarah sejak berabad-abad silam. Pada awal abad ke20 etnis tersebut mendeklarasikan kemerdekaan dengan nama Turkestan Timur. Namun pada 1949, Mao Zedong menyeret Xinjiang ke dalam kekuasaan penuh Beijing. Sejak saat itu hubungan Cina dengan etnis minoritasnya itu diwarnai kecurigaan, terutama terhadap gerakan separatisme dan terorisme.
Foto: Reuters/T. Peter
Minoritas di Tanah Sendiri
Salah satu cara Beijing mengontrol daerah terluarnya itu adalah dengan mendorong imigrasi massal bangsa Han ke Xinjiang. Pada 1949 jumlah populasi Han di Xinjiang hanya berkisar 6%, tahun 2010 lalu jumlahnya berlipatganda menjadi 40%. Di utara Xinjiang yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, bangsa Uighur bahkan menjadi minoritas.
Foto: picture-alliance/dpa/H. W. Young
Hui Yang Dimanja
Kendati lebih dikenal, Uighur bukan etnis muslim terbesar di Cina, melainkan bangsa Hui. Berbeda dengan Uighur, bangsa Hui lebih dekat dengan mayoritas Han secara kultural dan linguistik. Di antara etnis muslim Cina yang lain, bangsa Hui juga merupakan yang paling banyak menikmati kebebasan sipil seperti membangun mesjid atau mendapat dana negara buat membangun sekolah agama.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Wong
Terorisme dan Separatisme
Salah satu kelompok yang paling aktif memperjuangkan kemerdekaan Xinjiang adalah Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM). Kelompok lain yang lebih ganas adalah Partai Islam Turkestan yang dituding bertalian erat dengan Al-Qaida dan bertanggungjawab atas serangkaian serangan bom di ruang publik di Xinjiang.
Foto: Getty Images
Kemakmuran Semu
Xinjiang adalah provinsi terbesar di Cina dan menyimpan sumber daya alam tak terhingga. Tidak heran jika Beijing memusatkan perhatian pada kawasan yang dilalui jalur sutera itu. Sejak beberapa tahun dana investasi bernilai ratusan triliun Rupiah mengalir ke Xinjiang. Namun kemakmuran tersebut lebih banyak dinikmati bangsa Han ketimbang etnis lokal.
Foto: Reuters/T. Peter
Ketimpangan Berbuah Konflik
BBC menulis akar ketegangan antara bangsa Uighur dan etnis Han bersumber pada faktor ekonomi dan kultural. Perkembangan pesat di Xinjiang turut menjaring kaum berpendidikan dari seluruh Cina. Akibatnya etnis Han secara umum mendapat pekerjaan yang lebih baik dan mampu hidup lebih mapan. Ketimpangan tersebut memperparah sikap anti Cina di kalangan etnis Uighur. Ed.: Rizki Nugraha (bbg. sumber)
Foto: Getty Images
8 foto1 | 8
Alibaba mengaku kecewa
Sementara dalam sebuah pernyataan pada Kamis (17/12) malam, Alibaba mengungkapkan kekecewaannya terhadap Alibaba Cloud yang mengembangkan fitur tersebut.
Teknologi itu hanya digunakan untuk pengujian kemampuan dan tidak digunakan oleh pelanggan mana pun, kata Alibaba, seraya menambahkan bahwa perusahaannya telah "menghilangkan label terhadap etnis apa pun" dalam produknya. Alibaba tidak menyebut etnis Uighur dalam pernyataannya.
"Kami tidak akan mengizinkan teknologi kami digunakan untuk menargetkan atau mengidentifikasi kelompok etnis tertentu," tambahnya.
Alibaba adalah perusahaan e-commerce besar Cina yang memproyeksikan citra positif ke dunia yang dikembangkan oleh miliarder Jack Ma. Perusahaan ini juga telah berkembang ke komputasi awan, bisnis ritel fisik, dan layanan pengiriman, serta ekspansi ke luar negeri.
Iklan
IPVM juga sebut Huawei
Washington pada tahun lalu memasukkan delapan perusahaan teknologi Cina ke daftar hitam karena diduga terkait dengan upaya pengawasan tersebut. Sementara pada awal bulan ini, anggota parlemen AS mengirim surat ke Intel Corp dan Nvidia Corp menyusul laporan tentang chip komputer mereka yang digunakan dalam pengawasan warga Uighur.
Pekan lalu, IPVM juga mengungkapkan perusahaan telekomunikasi Cina, Huawei, telah terlibat dalam pengujian perangkat lunak pengenalan wajah yang dapat mengirim peringatan kepada polisi ketika wajah Uighur dikenali.
Pemerintahan Trump juga telah memberlakukan serangkaian sanksi AS terhadap Huawei atas dugaan kolusi digital dengan keamanan negara Cina dan telah mengisyaratkan untuk menerapkan tekanan pada perusahaan lain, mungkin termasuk Alibaba.