1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Fokus ke Indo-Pasifik, Jerman Kirim Tentara ke Australia

11 Juli 2023

Pengiriman pasukan ke Australia menandai fokus Jerman ke Indo-Pasifik. Militer Jerman akan berlatih gabungan dengan tentara dari AS, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Prancis, dan Inggris.

Foto: Ilustrasi jet militer milik angkatan udara Jerman
Foto: Ilustrasi jet militer milik angkatan udara JermanFoto: localpic/IMAGO

Untuk pertama kalinya, Jerman akan mengirim pasukan ke Australia sebagai bagian dari latihan bersama dengan sekitar 30.000 tentara dari 12 negara lain. Langkah ini menggarisbawahi peningkatan fokus Berlin ke Indo-Pasifik di tengah meningkatnya ketegangan dengan Cina di kawasan tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir kehadiran militer Jerman di Indo-Pasifik memang meningkat. Namun, kehadiran militer Jerman ini juga bisa menandakan meningkatnya kepentingan ekonomi Jerman di kawasan tersebut.

"Ini adalah wilayah yang sangat penting bagi kami di Jerman dan bagi Uni Eropa karena saling ketergantungan secara ekonomi," ujar Panglima Angkatan Darat Jerman, Alfons Mais, kepada kantor berita Reuters dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Senin (10/07), beberapa jam sebelum pasukan pertama Jerman berangkat ke Australia.

Cina adalah mitra dagang terpenting Berlin, dan 40% perdagangan luar negeri Eropa harus dikirimkan melalui Laut Cina Selatan, jalur air yang menjadi titik fokus sengketa teritorial di Indo-Pasifik.

Pada 2021, sebuah kapal perang Jerman berlayar ke Laut Cina Selatan untuk pertama kalinya dalam hampir 20 tahun. Tahun lalu, Berlin mengirim 13 pesawat militer untuk latihan bersama di Australia. Ini adalah pengiriman terbesar angkatan udara Jerman dalam masa damai.

Ikut latihan perang gabungan terbesar AS-Australia

Mais mengatakan, ada sekitar 240 tentara Jerman, di antaranya 170 pasukan terjun payung dan 40 marinir, yang akan ambil bagian dalam latihan gabungan Talisman Sabre dari 22 Juli hingga 4 Agustus 2023. Ini adalah latihan gabungan terbesar antara Australia dan AS, yang diadakan dua kali setahun.

Jerman akan berlatih perang di hutan dan operasi pendaratan bersama tentara dari negara-negara seperti Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Prancis, dan Inggris.

"Kami bermaksud menunjukkan bahwa kami adalah mitra yang andal dan mampu berkontribusi untuk menstabilkan tatanan berbasis aturan di kawasan ini," kata Mais.

Ketika ditanya pesan apa yang ingin dikirim kepada Cina dengan pengerahan pasukan Jerman ke Australia, Mais menggarisbawahi bahwa Berlin tidak bermaksud memusuhi siapa pun. 

Drone Makin Banyak Digunakan dalam Pertempuran

03:50

This browser does not support the video element.

"Secara umum, adalah sangat masuk akal untuk bisa mengetahui perspektif yang dimiliki orang lain terhadap dunia," kata Letnan Jenderal Mais, seraya menambahkan bahwa tantangan keamanan saat ini jauh lebih tidak jelas daripada sebelum tahun 1990.

"Perang Dingin itu mudah, itu adalah ketika dunia (terbagi menjadi) dua kutub. Hari ini, kita tidak bisa lagi fokus pada Eropa saja… Kita harus memposisikan diri kita jauh lebih luas," panglima angkatan darat itu menekankan.

Mais berencana mengunjungi pasukan Jerman di Australia dan pabrik Rheinmetall yang merakit kendaraan pengangkut lapis baja Boxer untuk kedua angkatan bersenjata pada pertengahan Juli, sebelum melakukan perjalanan ke Jepang dan Singapura.

Rheinmetall berproduksi di Australia

Pada hari Senin (10/07), Australia dan Jerman menandatangani perjanjian untuk mengirimkan lebih dari 100 kapal induk Boxer buatan Australia ke Jerman. Kesepakatan untuk mengekspor teknologi militer Jerman kembali terjadi di tengah perang di Ukraina yang memaksa negara-negara Eropa untuk mengisi ulang dan melengkapi peralatan militer mereka.

Perusahaan kontraktor pertahanan asal Jerman, Rheinmetall, mulai membuat kendaraan pengintai tempur di negara bagian Queensland timur laut pada bulan Maret. Rheinmetall menandatangani kontrak untuk memasok 211 kendaraan ke militer Australia, menciptakan 1.000 pekerjaan selama satu dekade. 

Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan itu adalah "salah satu penjualan alat pertahanan terbesar dalam sejarah Australia dan bernilai lebih dari $1 miliar bagi perekonomian Australia." Saat ini Albanese tengah berada di Berlin untuk membahas pertahanan dan perdagangan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz.

Pada hari Selasa (11/07), ia akan menghadiri pertemuan puncak para pemimpin NATO di Lituania, di mana Australia diundang sebagai mitra Indo-Pasifik, bersama dengan Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan.

"Jepang adalah mitra yang memiliki banyak potensi untuk memperdalam kerja sama militer bilateral kita," kata Panglima Angkatan Darat Jerman, Alfons Mais. Adapun untuk latihan gabungan Talisman Sabre, pasukan Jerman sudah mendapat perintah untuk kembali ke Australia untuk latihan berikutnya pada tahun 2025.

ae/hp (Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait